HARI KE-21 (2)

34.7K 2.5K 799
                                    

Sally yang duduk di samping Dendy hanya memakan nasi goreng di depannya dengan sedikit kikuk. keduanya fokus pada makanan masing-masing.

Julian dan Indra sempat memandang keduanya dengan raut bingung. "Sel, udah sampe mana novelnya?" tanya Julian yang memecahkan keheningan di acara makan siang bersama kali ini.

"Umm ... udah setengah jalan kok," jawab Sally dengan tersenyum tipis.

Julian kembali bertanya, "Terus udah sampai mana jalannya hubungan lo sama Dendy?"

"UHUK ... UHUK ...." baik Dendy dan Sally terbatuk bersamaan.

Keduanya mengambil gelas masing-masing dan meminumnya hingga tandas.

Julian dan Indra menahan tawanya. "Maksud gue jalan risetnya. Sorry, kadang otak sama bibir suka nggak bisa saling koordinasi," ucap Julian santai.

Baik Sally dan Dendy mendelik kesal pada Julian. CEO yang penuh dengan tato pada lengan kirinya itu, kembali meneruskan kalimatnya. "Kadang di otak tuh kangen banget eh bibir malah nyosor duluan," Julian menggelengkan kepala.

Sally yang tengah memasukan sesendok nasi ke dalam mulutnya terhenti dan menatap horor pada Julian. Sedangkan Dendy, sudah memerah.

"Lo berdua kenapa?" tanya Indra yang melihat keanehan pada raut dan gerak-gerik keduanya.

"ENGGAK!" seru keduanya bersamaan dan kembali bergerak dengan normal. Berusaha normal.

Indra meminum airnya dan menelengkupkan sendok garpu di atas piring yang sudah kosong. "Kata Dendy lo kemarin jalan sama Ricky ke toko buku?" tanya Indra pada adik tercintanya.

"Iya. Malah kemarin malam kita makan malam di sini kok. Dia masakin pasta apaan gitu. Enak banget masakannya," Sally tanpa sadar menoleh pada Dendy yang sudah lebih dulu memandangnya tajam. "Ups!!!"

"Lo bawa masuk si playboy ke sini en nggak bilang sama gue?" tanya tajam Dendy.

"Kan lo lagi sibuk sama Cicil. Lagian gue sms lo lagi gak ada jawaban," jawab Sally.

"Tapi kan ... paling nggak lo bilang kalau dia mau datang," timpa Dendy.

"Lah dia datangnya juga tiba-tiba kok, bukan gue yang undang dia ke sini."

Julian dan Indra saling lempar pandangan. Dendy menaruh sendoknya, hilang sudah napsu makannya. Begitu pula dengan Sally, yang terdiam dengan mengaduk nasi di atas piring dengan gusar.

Julian menggeser tubuh agar mendekat pada Indra. "Ini tuh lagi part ketidakharmonisan sebuah rumah tangga?" bisik Julian.

"Ho'oh. Gara-gara "papa nggak pulang beibeh ... papa nggak bawa uang beibeh ...." Indra menyanyikan sebait lagu.

Dendy mendelik kesal pada Indra. Sedangkan Sally, mengangkat piring kosong miliknya menuju kitchen set, ia mengambil air dan meminumnya, lalu bergegas kembali memasuki kamar.

"Kan, ngambek kan jadinya." Julian menyindir Dendy.

"Jangan terlalu keras sama Sally. Lo inget, dia emang manja banget tapi masalah jaga diri gue udah percaya banget sama dia," jelas Indra pada Dendy.

"Bukan masalah jaga diri gue sih, tapi jaga hati," ceplos Dendy yang kini menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Ilah, jangan sok-sokan keceplosan gitu. Gue paham kali lo ada rasa sama Sally," Indra menyandarkan punggung dan melipat kedua tangan, menatap Dendy yang juga tengah menatapnya.

Julian mengikuti gaya Indra dan juga menatap Dendy dengan mengusap rambut halus yang mulai tumbuh di dagunya. "Satu hal yang perlu gue tegasin. Jangan sakitin adik tercinta gue. Lo selesaiin apa yang harus lo selesain sama Cicil, gue bisa liat Sally juga ada rasa sama lo." Jelas Indra.

CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang