HARI KE-8

31.6K 2.3K 347
                                    

Dendy menggengam tangan mungil di dadanya. Ia tersenyum dengan mata masih tertutup.

Sejak kapan si Cacan jadi anget gini.

Dendy terdiam. Berusaha berpikir. Cepat ia membuka kedua mata, menatap tangan mungil yang tengah ia genggam.

Dendy membalikan tubuhnya. "CIRENG!" pekiknya.

Karena suara kencang Dendy, Sally yang tadinya sedang tertidur, mulai membuka kedua matanya. "Berisik banget, sih!" Sally membalikan tubuh, dan kini Dendy menatap punggung putih mulus Sally yang terekspos jelas hingga ke pinggulnya.

Dendy membuang pandangan. Ia menarik selimut yang menutupi tubuh adik ketemu gede itu.

"GUE BUGIL!" teriak Dendy yang kini menarik selimut lebih tinggi, hingga menutupi dada. Aduh anak perawan, gitu aja kok panik! "Cireng, Bangun woy!"

Sally akhirnya terbangun. Ia mendudukan tubuh dengan mata setengah terbuka.

"Buset. Tutup woy tutup." Panik Dendy menarik selimut agar tubuh Sally tertutup dengan benar.

Sally tersadar. Ia terdiam menatap tubuhnya yang tidak lagi memakai kaos Slank kesayangan. Cepat ia menarik selimut dan menatap Dendy di sampingnya yang juga tengah menatap balik. "Ini ... KAK LO PERKOSA GUE SEMALAM, HAH?" teriak Sally yang mengambil sebuah bantal, memukuli Dendy dengan kencang.

"PALELO. JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN!" teriak balik Dendy yang menarik bantal dari tangan Sally. "Eh, gue tadi bangun lo yang meluk gue dari belakang. Jadi, jelas lo yang merkosa gue."

"Lah, keren amet cewek merkosa cowok. Kaga ada itu cerita di romance manapun. Eh, kalau di bagian ceweknya punya kelainan seksual bisa aja sih." Sally terdiam memikirkan teorinya.

"ASTAGA ... GUE UDAH GAK PERJAKA LAGI!" teriak Dendy kali ini.

"GUE JUGA UDAH GAK PERAWAN LAGI!" teriak balik Sally.

Kini keduanya saling memukuli bantal masing-masing. Hadeuh, dua anak manusia yang masih polos.

"Duh!" Sally memegangi kepalanya yang mulai berdenyut.

"Pusing?" tanya Dendy.

"Iya. Lo kaga pusing emangnya?" tanya balik Sally.

"Pusing kok." Jawabnya.

"Semalam gue nggak inget apa-apa pula," jelas Sally yang memilih untuk menyandarkan punggung.

"Sama gue juga nggak inget. Kayanya kita mabok banget deh," timpa Dendy yang ikut menyandarkan punggungnya.

"Jadi, kita beneran ML semalam?" tanya Sally.

"Meneketehe. Gue aja lupa semalam abis berapa gelas." Dendy mengusap wajahnya.

Sally menaikan selimut. "Kok nggak ada bercak darahnya. Kan gue masih perawan," ucap Sally yang memandang Dendy.

Dendy hanya menaikan kedua bahunya. "Indra juga nggak cerita masalah darah pas belah semangka."

PLAK

Sebuah pukulan mendarat di kepala Dendy.

"Kak Sarah itu udah jebol. Tiga kali malah. Mana ada darahnya, bego!" Sally kesal. Benar-benar tidak berpengalaman CEO satu ini.

"Nah lo berarti udah nggak perawan," jawab asal Dendy yang mendapatkan lirikan tajam dari Sally.

"Enak aja!" ketus Sally dengan wajah ditekuk.

Keduanya terdiam dengan pikiran yang berkecamuk. Sesekali, Dendy menarik napas panjang, sedangkan Sally mulai memijat kepalanya. "Kak, pusing banget!" rengek Sally.

CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang