HARI KE-23 (2)

27.2K 2.3K 621
                                    

Mamak's Note:
Thankyou so much from the bottom of my heart for your support guys. Sekali lagi terimakasih. Semoga dibalas olehNya buat kebaikan kalian semua. Mamak loves you 💋
Back to update, hari ini 2 chapters gue beri kalau lapaknya RUSUH BANGET!!! Hidup belut!!!

▪️▫️▪️▫️▪️


"Permisi mbak," ucap Sally yang berdiri di depan meja meja administrasi.

"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Saya mau tanya nomor kamar atas nama Cecilia Alika," jawab Sally.

"Sebentar," Ia mulai menggerakan jemari diatas komputer.

"VIP 3," jawabnya dengan senyuman.

"Terimakasi," Sally lekas berjalan.

Ia memilih untuk menaiki tangga karena ruang VIP yang memang berada satu lantai di atasnya.

"Tiga ...." Ia memperhatikan setiap nomor yang tertera pada pintu.

Langkahnya terhenti. "Nah, ini dia!"

Sally menatap pintu kamar yang terbuka sedikit. Ia tidak mengetuk melainkan membukanya sedikit lebih lebar lagi.

Ia hanya mengintip dan bisa melihat jelas punggung Dendy yang tengah terduduk disisi tempat tidur Cecilia.

Dendy menarik tangan Cecilia hingga menyentuh wajahnya.

"Kamu harus sembuh dulu," ucap Dendy.

Sally memajukan sedikit wajahnya agar lebih jelas mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Buat apa aku sembuh. Aku nggak guna lagi." Cecilia mulai menangis.

Dendy bangkit dari duduknya dan mengusap wajah Cecilia dengan lembut.

"Kata siapa nggak berguna lagi? Jangan ngomong kaya gitu!" ujar Dendy.

"Aku nggak akan bisa jadi wanita sempurna lagi, bahkan hati aku tinggal tunggu bocor aja lalu-" Dendy menutup bibir Cecilia dengan jemarinya.

"Jangan diterusin lagi. Sekarang istirahat ya?!" Dendy membenarkan selimut Cecilia.

"Bahkan, kamu juga akan ninggalin aku!" lirih Cecilia.

Dendy merapikan anak rambut Cecilia. "Kata siapa? buktinya aku disini sama kamu."

"Kalau aku sembuh," timpa Cecilia.

Dendy menghentikan gerakan tangannya.

"Aku mohon jangan tinggalin aku. Aku mohon. Aku mohon-" Cecilia menangis dengan kencang ia bahkan mulai menarik kembali jarum infus yang baru saja dipasangkan, setelah sebelumnya ia mencabut dengan kasar dan mengakibatkan darah terus mengalir dari pergelangan tangannya.

Dendy menahan kedua tangannya. "Aku nggak akan ninggalin kamu. Aku nggak akan pergi. Kita akan sama-sama selamanya," ucap Dendy yang panik.

"Hhh ...." Sally menyentuh dadanya seakan tertusuk oleh sesuatu.

Cecilia mulai menghentikan tangis dan tenang seperti semula. Dendy mengusap kepala Cecilia dengan penuh kelembutan.

"Kita minum obatnya dulu ya terus istirahat," Dendy mengambilkan beberapa butir obat serta segelas air dari atas meja.

Sally melangkah mundur hingga punggungnya terbentur dengan dinding.


Flashback off

~~~

Indra memasuki Lobby dan menghampiri Dendy yang tengah terduduk.

"Ada apa lo sama Sally?" tembak Indra seketika.

"Semalam dia nginep di apartemennya Ricky," jawab datar Dendy.

Indra menarik kerah baju Dendy hingga tubuhnya terangkat. "Lo bilang apa barusan?" teriak Indra.

Dendy terdiam.

"Shit!" Indra melepaskan baju Dendy dan kembali Dendy jatuh terduduk.

"Kenapa bisa sampai kaya gitu?" tanya Indra frustasi.

"Gue balik dari rumah sakit dia nggak ada di apartemen. Gue sms gue telepon gak diangkat. Pagi tadi dia pulang dan sekarang dia milih buat balik ke rumah ... dia ... nggak mau nerusin risetnya lagi!" jelas Dendy yang kini menelengkupkan kepala.

Indra ikut duduk di samping Dendy. "Dan tadi lo berdua ribut?"

Dendy menganggukan kepala.

"Apa Sally tau kalau lo sayang sama dia?" Indra memandang sahabatnya dengan kondisi kacau.

Lagi, Dendy hanya mengganggukan kepala.

"Damn! Kacau sudah semuanya." Kali ini Indra yang mengusap wajarnya gusar.

"Dia pasti sakit hati lo lebih perhatian sama Cicil. Gue nggak mau ikut terlibat lebih jauh sama hubungan lo berdua. Kalian udah sama-sama dewasa. Gue hanya bantu sebagai seorang sahabat, bukan sebagai kakak dari Sally." Indra menepuk bahu Dendy dan meninggalkannya untuk menjemput Sally.

~~~

"Dek, ini Kakak!"

Sally membuka pintu dengan sebuah koper yang sudah siap ia tarik.

Indra memperhatikan kedua mata Sally yang membengkak. Baru kali ini, ia melihat Sally menangis.

Di balik sifatnya yang manja, Sally termasuk gadis yang kuat. Indra tahu pasti, setiap adiknya putus cinta tidak pernah menangisi bahkan membuang-buang waktu meratapi hubungannya yang kandas.

Sally justru bisa lebih produktif lagi dalam menulis. Baginya, itu semua adalah pelajaran berhaga, entah untuk dirinya entah untuk tulisannya.

"Lo yakin mau udahan?" tanya indra hati-hati.

Sally hanya menganggukan kepala.

"Ya sudah, ayo pulang." Baru saja Sally melangkah keluar dari kamar, Dendy memasuki apartemen dan menghampirinya.

Sally memilih untuk membuang pandangan sembari tetap melangkah menuju pintu.

Indra menggelengkan kepala, memberi kode pada Dendy agar tidak menghampirinya sekarang ini.

Dendy menurut. Ia memilih diam dan menatap punggung Sally hingga pintu tertutup dan ia berdiri seorang diri.

~~~

Setelah hanya duduk diam dengan pandangan kosong menatap jalan. Sally memilih untuk menyalahkan player.

Ia memasukan dvd yang ia bawa dari dalam tas dan memilih sebuah lagu dari Avril Lavigne yang berjudul complicated.

Ia mengencangkan suara, menekuk kedua kaki dan mengambil buku catatannya.

Indra yang melihat kelakuan adiknya itu hanya bisa menggelengkan kepala dan memilih untuk fokus dengan jalan di depannya.

***Catatan Sally : Kangen cipokannya si Jambul. Kalau tadi gue gak kesel, mungkin bakalan jadi cipokan terhot dari sang CEO Jones.

Sayang sekali Jambul, lo gak akan bisa hidup dengan 2 wanita sekaligus. Sorry, gue gak mau di madu sekalipun gue nantinya jadi istri tua.

Lah emang gue udah nikah? Bego deh Sally.

Gue benci sama lo. Gue juga sayang sama lo.

Lo menang Kikil. Lo menang!!!

CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang