HARI KE-10

33.2K 2.5K 574
                                    

Warning ngENA

Sally terus saja menekan-nekan layar handphone di tangannya. Sesekali ia tersenyum bahkan tertawa. Dendy yang sejak awal serius dengan jalan di depannya, kini mulai merasa jengah dan meliriknya tajam.

"Lo lagi chatting?" tanya Dendy yang menghentikan mobil, tepat saat lampu berubah menjadi merah.

"Iya," jawab Sally yang tidak melepaskan tatapannya pada layar handphone.

"Sama siapa sih kok kayanya seru banget? dari sarapan gue dicuekin."Dendy yang berusaha melirik layar handphone Sally.

"Mantan." Kali ini Sally tertawa terbahak-bahak. Ia bahkan sampai memegangi perutnya.

"Masih mau lo sama mantan lo itu? tukang 'main piano' sama nyosor mulu kan kata lo?" Dendy mulai menjalankan kembali mobilnya.

"Bukan yang itu. Ini mantan gue yang sebelum, sebelum, en sebelumnya lagi," jelas Sally yang kini menatap Dendy.

"Emang mantan lo ada berapa?" Dendy mengerutkan kening seraya menoleh sebentar.

"Sesuai umur gue, dua puluh lima!"

"WAT DE PAK? serius lo?" kaget Dendy.

"Ho'oh."

"Lo pacaran dari umur setaon?"

"Si Jambul kepinteran. Ya kali, pas gue masih owe-owe udah ngerti laki ganteng."

"Lagian banyak amet," sinis Dendy.

"Gue gitu loh, laku. Emang situ!" sindir Sally.

"Terus sekarang ceritanya mau balikan gitu sama tuh mantan?" kepo Dendy.

"Nggak tau, liat nanti aja." Sally menaikan bahu.

Seketika Dendy membunyikan klakson mobil dengan sangat kencang. Sally tersentak kaget. "Kak, apaan sih. Kaget gue!" Sally menaruh handphone di pangkuan dan menatap ke arah depan mobil.

"Ada lobang!" ketus Dendy.

"Kok? Lobang lo klaksonin?" Bingung Sally mengerutkan kening.

"Iya!"

"Ini kan di tol mana ada lobang, jalannya mulus kok." Sally masih memperhatikan jalan.

"Lobangnya ada di hatiku saat ini." Dendy mengedipkan matanya.

Sally menatap kesal Dendy. "Serah!"

"Mantep kan gombal gue?" tanya Dendy bangga.

"Jayus!" Sally yang kembali asik dengan handphone.

~~~


Sally terdiam menatap laptopnya. Ia menghentikan menulis novel terbarunya itu, dan beralih memilih lagu di Youtube. Ia mendengarkannya melalui headset yang terpasang pada kedua telinga. Dengan meluruskan kedua kaki, sembari menyandarkan punggung, ia menatap sang CEO yang tengah asik membaca dokumen di tangannya sesekali menatap laptop dan menuliskan sesuatu.

Kini, Sally memilih untuk memperhatikan CEO ternama itu. Memperhatikan raut wajahnya yang serius. Mengerutkan kening. Terkadang ia bersandar pada sofa hitam besarnya dan menupu dagu pada satu tangan.

***Catatan Sally : Kak, lo kalau lagi serius en diem kaya gitu ganteng deh. Sumpah, lo cakep Kak. Gue baru sadar, rahang lo yang tegas, mata lo yang nggak besar, nggak kecil tapi kalau lagi tersenyum nyata banget rasa bahagianya, bibir lo ... bibir lo tebel bawahnya en untung gue pernah gigit tuh bibir. Sekarang gue makin sadar kalau ... ternyata jakun lo, seksi.

CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang