HARI KE-30

31.4K 2.3K 495
                                    

"Pagi," seru Sally pada semua orang yang berada di kubikel masing-masing.

Semuanya memberi balasan salam bersama-sama.

Sally melangkah mendekati meja Lala. "Pagi, mbak Lala!" sapanya.

"Nah gitu dong, main kesini. Sepi tau gak ada lo," balas Lala.

Sally tersenyum dan menaikan alisnya sembari bergantian menatap pintu ruang kerja Dendy.

"Iya, bapak ada di dalam," ujar Lala yang paham dengan kode Sally.

Sally lekas membuka pintu. "Pagi," seru Sally.

"Eh, lagi ada tamu. Maaf." Baru saja Sally menutup pintu, Dendy lebih dulu berdiri dari kursinya.

"Gapapa, Beb. Masuk sini," ujar Dendy.

Sally tersenyum tipis. Ia kembali melangkah memasuki ruang kerja.

Dendy menaikan satu tangan untuk menunjukan seorang wanita didepannya. "Kenalin ini Titid, temen gue pas kuliah di Jerman."

"Den, plis deh. Nama gue disambung mulu, sih!" Titi penepuk tangan Dendy kesal.

Sally mengerutkan kening, ada raut tidak suka disana.

"Halo, gue Titi Diana. Panggil aja Titi. Jangan ngikutin Dendy ya. Bahaya nanti salfok," Titi mengulurkan tangan.

Sally menyambut tangan Titi. "Sally," singkatnya.

"Udah pada makan siang belum? Kita makan yuk? Gue traktir," Titi memandang Dendy dengan senyum semangatnya.

"Boleh. Gimana, lo mau gak?" tanya Dendy pada Sally.

Sally menarik sebelah bibirnya. Dengan senyum yang dipaksakan ia mengangguk.

"Yuk," Titi mengambil tas di kursi dan memakainya.

Ini cewek ke kantor pake mini dress? Ngepres banget lagi sama badan. Gue tau, lo punya badan bagus. Dada bulet penuh, pantat semok, pinggang kecil, kaki jenjang, muka cantik. Tapi, saltum deh. Kecuali lo mau dugem. Ini gaya dia kaya gitu, apa cuma buat ngegoda laki gue?. Sally terus saja memperhatikan sosok Titi yang kini berjalan didepannya dan asik mengobrol dengan Dendy.

"Beb, kok diem aja sih?" Dendy melingkarkan lengan kiri pada bahu Sally.

"Eh, anu." Sally mengerutkan kening. Bingung harus menjawab apa.

Dendy menarik kursi didepannya. "Silahkan, tuan putri."

Sally tersenyum tipis dan mendudukan tubuhnya.

Dendy kembali menarik kursi yang berada di samping Sally.

"Lo suka makan disini?" tanya Titi.

"Loh, lo gak tau apa? Ini resto yang punya bininya Juju," jawab Dendy.

"Masa? Yang pebisnis muda resto itu? Gue baru tau," Titi memperhatikan interior resto dan saat wajahnya bergerak ke arah depan, ia justru mendapatkan wajah Sally.

"Aniwei, kalian udah lama pacaran?" tanya Titi.

Dendy tersenyum menatap Sally disampingnya. "Iya udah lama banget, mungkin dari kita berdua masih berbentuk zigot."

Sally menoleh. Ia tersenyum lebar dan memukul lengan Dendy kencang.

"Lucu ih berdua. Jangan lupa undangannya ya?" Titi tersenyum, yang kalau lebih diperhatikan lagi, ada gerak-gerik mencurigakan pada senyumnya itu.

"Lo kerja dimana, Sally?" tanya Titi.

"Gue penulis," jawabnya.

"Penulis? Novel?".

"Iya."

"Novel apa?".

Sally mengeluarkan kartu nama dari dalam tas dan memberikan pada Titi.

"Salah satu novelnya malah udah siap difilmkan," tambah Dendy.

"Masa?" seru Titi dengan nada sedikit terkejut.

Kali ini, Sally tersenyum lebar dan menaikan dagunya tinggi-tinggi.

Gue boleh kalah body. Tapi, status gue menang. Sorry, bitch. Gue pastiin gak akan ada lagi acara gulat kali ini. Sally menatap tajam pada Titi.

"Lo baca dong novelnya. Anti-mainstream. Di jamin lo suka," Dendy kembali menoleh pada Sally.

Sally melingkarkan tangannya pada lengan Dendy dan tersenyum. "Makasi ya selalu support gue," ucap mesra Sally.

Dendy mencubit hidung Sally dengan gemas.

"Kita pesan sekarang yuk. Laper gue," ujar Titi yang malas melihat kemesraan keduanya.

~~~

"Gue pulang," Sally melangkah berbelok menuju area parkir.

Dendy berhenti dan ikut berbelok. Cepat ia menarik lengan Sally.

"Kok jadi ketus?" tanya Dendy.

Sally menarik tangannya. "Bad mood,".

Dendy kembali menarik lengan Sally. Kali ini, ia juga melingkarkan tangan kanannya pada pinggang Sally. Menarik tubuh mungil Sally kedekapannya.

"Selama di resto bae-bae aja. Kok balik dari sana malah bad mood. Lo kesamber?" Dendy menatap kedua mata Sally lekat-lekat.

Sally menarik napas. "Gue gak suka lo bertemen sama Titi. Oke? Dan gue, beneran pengen pulang." Sally balas menatapnya.

Raut wajah Dendy berubah, ia justru tersenyum. "Oh ada yang cemburu neh," goda Dendy.

Sally membuang pandangan dan menekuk wajah.

"Cieee ... ada yang cemburu,". Tidak ada balasan dari Sally, Dendy memperhatikan situasi disekelilingnya.

Ia menarik dagu Sally perlahan. Ditatapnya kembali kedua mata Sally.

"Kata orang, cemburu itu tanda sayang." Dendy mengusap pipi Sally dengan jemarinya.

Sally masih tidak membalas perkataan Dendy.

"Kalau diem terus gitu, gue cipok neh." gemas Dendy.

Benar saja, Dendy mulai memajukan wajahnya. Saat bibirnya hanya berjarak beberapa centi saja dari bibir Sally, ia berhenti.

"I love you so much," ucap Dendy pelan dan kembali bergerak hingga akhirnya ia mencumbu Sally dengan dalam.

Sayang, aksi keduanya ternyata sedang menjadi bahan tontonan para sekuriti gedung yang melihatnya dari layar CCTV ruangan.

CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang