Sally memilih menutup kedua telinga dengan headset iPod dan memandang keluar jendela. Dendy yang berada di sampingnya terus saja menatapnya dalam diam. Sejak pagi, keduanya sudah harus menaiki kereta menuju Frankfurt Airpot untuk kembali ke tanah air. Karena jarak yang yang cukup jauh, mereka akhirnya memilih untuk sarapan di dalam kereta. Membeli roti croissant untuk Sally, roti kesukaannya dan juga cappucino latte hangat. Dendy pun mengikuti apa yang di pilih oleh Sally.
"Cireng," panggil Dendy.
Masih tidak ada balasan dari cewek yang duduk di sampingnya, ia akhirnya menarik sebelah headset di telinga Sally. "Ck, rese banget sih!" kesal Sally.
Dendy tersenyum lebar tanpa raut bersalah sama sekali. "Lagi dapet ya kok marah-marah mulu dari kemarin?" Dendy mendorong bahunya pada bahu Sally.
"Iya!" ketus Sally lagi.
Dendy menarik sebelah headset yang terlepas dan memakai di telinganya. "Gue ikutan dengerin boleh?" Sally menarik napas kasar dan mengganti lagu. Ia menekan layar iPod dan sebuah lagu dari The Rain feat Endank Soekamti yang berjudul terlatih patah hati, mulai mengalun di telinga mereka.
Dendy menoleh cepat. "Kok lagunya beginian?"
Sally hanya menaikan kedua bahunya. "Dengerin aja."
"Lo lagi patah hati?" tanya Dendy yang menundukan wajahnya agar lebih jelas melihat wajah Sally.
"Kaga." Sally semakin membuang pandangannya.
"Ya Tuhan, kenapa wanita itu sulit untuk di mengerti!" seru Dendy sembari mengusap dadanya.
~~~
"Kak, gue ke kamar mandi dulu," ujar Sally yang memasuki pintu toilet di Airport.
Dendy berhenti melangkah dan menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ia melipat kedua tangan di dada dan memandang sebuah toko jewellry yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan kening berkerut, ia melangkah menghampiri etalase kaca toko tersebut.
Di lihatnya sebuah pulpen bertabur kristal swarovski dengan sebuah bandul berbentuk hati kecil. Dendy tersenyum dan menganggukan kepala. Ia lekas memasuki toko.
Sally merapikan penampilan pada cermin di depannya. Ia menarik napas. Berdiri tegak dan diam tanpa kata. "Kenapa gue masih kesel aja ya? Harusnya kan gue biasa aja gitu. Mana masih lama lagi hari ketiga puluh." Sally menyalakan air dan mencuci kedua tangan.
"Ayo Sally, lo harus bisa. Jangan sampai rancu perasaan lo. Semua harus selesai tepat jadwal." Ia mengangkat tinggi-tinggi tangan kanan dan menarik bibir di kedua sisi. Kini Sally mulai melangkah riang keluar dari toilet dan menghampiri Dendy yang tengah berdiri di depan sebuah toko mainan. "Kak!"
Dengan memegang sebuah tongkat kecil berujung bulan sabit berwarna kuning, Dendy berbalik. "Dengan kekuatan bulan ... aku akan menghukum mu ... Criiiing ...." Dendy menggerakan tongkat tersebut pada Sally.
Sally menarik napas, menepuk kening, dan tanpa menunggu lama, ia memilih untuk melangkah meninggalkan Dendy yang masih bergaya seperti di dalam film kartun. "Cireng, tunggu!" Dendy menaruh tongkat dan mengejarnya.
Sally tidak memperdulikan panggilan Dendy, ia terus saja berjalan menuju Gate 11. Gate yang akan membawanya menuju ke Dubai International Airport untuk berganti pesawat sama seperti saat kedatangan sebelumnya. "Cireng ... kok Kangmas ditinggal sih!" Dendy melingkarkan tangan kanan pada bahu Sally.
"Lo tuh harusnya jadi taksido bertopeng, bukan sailormoon. Mau lo berubah pake rok pendek?" ujar Sally.
"Lah iya lupa gue. Ya udah nanti gue jadi Avatar Aang aja. Biar bisa melindungi lo di saat negara api menyerang."
"Bodo amet."
~~~
"Kak, ini Gate 15 sebelah mana deh?" tanya Sally yang menatap layar informasi di Dubai International Airport.
Dendy hanya terdiam dengan mata yang nyaris tertutup.
"Kak, ih. Waktu berangkat lo bilang gue kudu tidur kan di pesawat? sekarang gantian malah lo yang nggak tidur en sekarang jadi ngantuk kan?" Sally bertolak pinggang dan memarahi Dendy yang kini menundukan kepala. "Hadeh. Pesawat kita tinggal sejam lagi. Kalau beda terminal bisa makin lama. Bangun nggak lo?"
"Ck, iya!" Kesal Dendy yang kini memperhatikan papan informasi. "Ada di terminal ini. Lurus ke kanan."
Sally melangkah dengan menggenggam lengan Dendy. "Ayo cepetan. Tidurnya di pesawat aja." Benar saja, Gate yang di tuju ternyata tidak begitu jauh. Kini mereka memilih untuk duduk di ruang tunggu. Terlihat beberapa orang pun ikut menunggu bersama keduanya. Sally yang tengah memperhatikan beberapa orang di sekitar, terkejut dengan kepala Dendy yang tiba-tiba jatuh ke atas bahu kanan. "Kak," ujar Sally yang menggerakan bahu.
"Kak!" panggilnya lagi. "Kak, jangan tidur dulu deh." Kini Sally menarik bahu dan tubuh Dendy jatuh di atas pangkuannya.
"Astoge, Kak! Ini orang tidur apa mati?" Sally menaruh jari di bawah hidung Dendy, merasakan napasnya. "Syukurlah, masih idup."
Ia terdiam, memperhatikan kepala Dendy yang berada dipangkuan. Sedikit ragu ia kini memindahkan jemari, mengusap pelan rambut Dendy. Tanpa Sally ketahui, Dendy tersenyum.
~~~
"Ke Leaf Apartemen, Pak!" ujar Dendy setelah memasuki taksi.
"Cape ya?" tanya Dendy yang melihat Sally sudah menekuk wajah.
Sally hanya menjawab dengan menganggukan kepala dan masih memajukan bibirnya. "Tadi di pesawat kenapa nggak tidur lagi?" Dendy menggeser tubuhnya agar lebih mendekat pada Sally.
"Udah kenyang tidur dari Frankfurt ke Dubai," jawab Sally malas. "Sekarang ngantuk ... tapi laper juga," rengek Sally yang kini merebahkan kepala pada kursi.
Dendy menarik kepala Sally dengan tangan kiri hingga, lengannya melingkar di bawah dagu gadis tersebut, dan membawanya agar bersandar pada bahunya. Sally memilih untuk diam dan mengikuti apa yang dilakukan oleh Dendy.
"Udah bobo, tar kalau sampe gue bangunin!" ucap Dendy pelan dan ikut merebahkan kepala di atas kepala Sally. Sally berusaha menutup kedua mata dengan menahan detak jantung dan sejuta rasa indah yang timbul dihatinya.
Kepadamu pencuri hati
Yang tak ku sangka kan datang secepat ini
Padamu pencuri hati
Biarkan ini menjadi melodi cinta berdua
Dan ku terdiam di keheningan malam
Ku ingin memastikan diri apakah ku telah jatuh hati
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SOMPLAK (TERBIT)
Humor#1 in newadult. AVAILABLE ON ONLINE BOOKSTORE. SEBAGIAN PARTS SUDAH DIHAPUS. ✖️✖️✖️✖️✖️ Selama 30 Hari Sally harus mengikuti bahkan tinggal satu atap dengan Dendy, seorang CEO sukses, tampan, kaya raya sayangnya berstatus Jones demi riset kepenu...