"Lo sakit?" Dendy menaruh punggung tangan di kening Sally.
Sally memundurkan kepala agar tangan Dendy tidak begitu lama menyentuhnya. "Nggak," ucapnya datar.
"Kok pucet? kantong mata lo item banget. Lo nggak tidur semalam?" tanya Dendy panik.
Sally menghentikan makannya dan memandang Dendy. Ia bisa melihat sebuah raut wajah khawatir di sana. "Iya semalaman gue nonton Sex And The City Season 6 sampe habis," jelas Sally santai dan kembali memakan sarapannya.
"Kok gue nggak diajak? gue juga mau lah. Apa lagi bagian Samantha," Dendy meminum susu hangatnya.
Sally mengerutkan kening. "Kok lo sampe apal Samantha juga? lo suka nonton SATC?"
Dendy menganggukan kepala. "Seru kali itu serial sama Scandal juga bagus," jawab santai Dendy.
"Iye paham gue. Lo sukanya yang banyak ena-enanya."
"Biar kenapa. Gue udah gede ini."
"Percuma udah gede kalau lawannya nggak ada," celetuk Sally. "Ups!
Dendy yang tengah memakai dasinya terhenti. Ia memandang Sally lalu tersenyum licik. "Oh, ada yang nantangin Kangmas ternyata."
Sally meminum habis jus jeruk dan cepat ia melangkah mengambil sepatu converse. Dendy melangkah santai menghampiri Sally yang terlihat salah tingkah. Ia menundukan kepala dan berhenti tepat di samping telinga Sally. "Mau liat video rekaman ena-ena kita waktu itu?" bisik Dendy.
Tubuh Sally menegang. Kedua tangannya terhenti. Ia menatap horor pada Dendy. "Kak ... jangan bilang--" Sally menelan ludahnya.
Dendy menaikan kedua alis dan kembali tersenyum. Dengan santai ia mengambil kunci mobil yang berada di atas meja. "Yuk jalan, gue ada meeting jam 10."
"Kak!" pekik Sally.
"Apa?"
"Vi ... video ... itu ...." gugup Sally.
Dendy kembali menghampiri Sally yang masih terduduk di sofa dan menatapnya dengan raut wajah menggoda. "Lo waktu mabok itu ternyata ngambil kamera yang ada di atas meja gue, terus lo nyalahin tuh, terus ke rekam deh dari awal kita di kamar sampai ...." Dendy tidak melanjutkan ucapannya. Ia kini melihat wajah pias dari Sally. "Astaga, Cireng ... segitu takutnya lo? tenang aja. Nanti gue apus."
"Eh, jangan diapus dulu. Gue mau liat," ucap cepat Sally.
Dendy terhentak. "Yee ... muka pucet tapi otak omesnya mah jalan terus."
"Mana?" pinta Sally.
"Tuh dikamar kameranya."
Sally berlari memasuki kamar Dendy dan kembali keluar dengan sebuah kamera hitam di tangannya. "Jangan ditonton sekarang juga, ini gue mau meeting. Jangan dibawa ke kantor, kalau orang lain liat bahaya." Sally tidak menanggapi omongan Dendy, ia terus fokus pada kamera di tangannya.
Dendy menarik kamera di tangan Sally. "Pulangnya kan bisa. Napsu banget sih?" Dendy menaikan tinggi-tinggi tangan kanannya.
Sally berusaha mengambilnya dengan terus melompat-lompat. "Kak, barusan baru sampe lo copot kancut. Gue mau liat dulu, biar ada bayangan si otong kaya apa!" seru Sally yang lagi-lagi melompat, berusaha mengambil kamera dari tangan Dendy.
"Nah kan. Udah langsung apus aja lah." Dendy kini menggenggam kamera dengan kedua tangannya.
Panik Dendy akan menghampus file video, Sally justru menarik wajah Dendy dan mencium bibirnya. Seketika tubuh Dendy membeku, gerakannya terhenti. Bahkan, ia tanpa sadar menurunkan kedua tangannya. Merasa Dendy sudah diposisi aman, Sally melepaskan ciuman dan meraih kamera dari tangannya.
"Anjay, bisa banget lo ngalihin perhatiannya." Dendy yang meringis. "Bibir gue lo gigit ya? kok perih?"
Sally menghiraukan perkataan Dendy dan kini ia memasuki kamar dan menguncinya dari dalam. Dendy yang melihat tingkah Sally hanya bisa menggelengkan kepala. Dan tersenyum.
Dendy mendudukan tubuhnya di badan sofa dengan memasukan kedua tangan ke dalam saku celana. Ia hanya berdiam diri menatap pintu kamar Sally. Entah apa yang kini ia pikirkan. Yang hanya terlihat jelas adalah sebuah senyuman bahagia pada bibirnya yang sedikit luka.
Tidak berapa lama Sally keluar dari dalam kamar dengan raut wajah puas. "Ngapa lo senyum-senyum?" tanya Dendy yang merasakan sesuatu tidak beres.
"Udah gue apus," jawabnya.
"Yah kok diapus? kan mayan buat kenang-kenangan."
PLAK
"Kenapa gue ditabok? Tadi bibir gue sekarang pipi gue? KDRT ini sih namanya!" Dendy yang mengusap pipinya.
"Palelo, video kaya gini kenang-kenang. Sampe ke sebar ke seluruh Indonesia, mau di kata apa nanti," ketus Sally.
"Eh, gue sih wajar CEO bujangan. Malah bisa naikin pamor gue macam CEO di novel-novel yang laris manis itu," ucap Dendy santai.
"Bodo amet." Sally menyodorkan kamera pada Dendy.
"Taro lagi sana, lo yang ngambil juga." Dendy masih mengusap pipi kanannya yang mulai memerah.
Lo kira gue nggak punya kopiannya. Batin Dendy.
Sally melangkah memasuki kamar Dendy dan menaruh kameranya.
Dia nggak tau aja udah gue copy. Batin Sally.
~~~
"Desahan gue yang lebih seksi, lo mah apaan kaya kodok gitu suaranya," ujar Dendy yang mendapat sebuah pukulan di lengan kirinya.
"Serah dah serah," kesal Sally.
Keduanya melangkah keluar dari lift menuju ruang kerja Dendy. "Pagi," sapa Cecilia yang sedang duduk di ruang depan di samping meja sekertaris.
"Cicil!" seru Dendy.
Sally mendengus sinis melihat Cecilia yang sudah berdiri menghampiri Dendy. Lala menghampiri Dendy dengan membawa beberapa berkas yang akan di bahas pada meeting pagi ini. Ia memandang ketiganya bergantian. Bahkan beberapa karyawan di sana pun ikut memperhatikan ketiganya.
"Eh, mbak Lala itu berkas meeting pagi ini kan? Kak, udah jam sepuluh lebih lima menit, telat loh nanti" ujar Sally.
"Eh, iya mana sini berkasnya," pinta Dendy pada Lala.
Lala memberikannya dengan melirik Cecilia sebentar. "Semuanya sudah siap di ruang meeting, Pak!" ujar Lala takut-takut.
"Kamu lagi ada meeting? Ya sudah, kalau gitu nanti saja kita ngobrolnya." ucap Cecilia kikuk.
Dendy menatap Cecilia dengan kening berkerut. "Apa ada yang penting banget? gue bisa telat sebentar kok!" ucap Dendy.
"Gimana kalau nanti kita makan siang?" tanya Cecilia yang memilin rambut panjangnya, berusaha bersikap manis di depan Dendy.
Dendy kini beralih pada Sally. Sally melipat kedua tangan di dada dan menatap balik Dendy. "Oke. Kita bertiga makan siang bareng di sapu Lydie." Dendy lekas melangkah cepat meninggalkan keduanya, berusaha menghindar dari situasi yang tidak mengenakan.
Kini tinggal Sally dan Cecilia yang terdiam dan menatap tajam satu sama lain.
Oke, kikil gue pastikan lo nggak akan selamat sampai makan siang nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO SOMPLAK (TERBIT)
Humor#1 in newadult. AVAILABLE ON ONLINE BOOKSTORE. SEBAGIAN PARTS SUDAH DIHAPUS. ✖️✖️✖️✖️✖️ Selama 30 Hari Sally harus mengikuti bahkan tinggal satu atap dengan Dendy, seorang CEO sukses, tampan, kaya raya sayangnya berstatus Jones demi riset kepenu...