HARI KE-12

35.3K 2.4K 311
                                    

Dendy sedang berbicara dengan seorang petugas, sedangkan Sally memilih untuk duduk di atas koper besarnya. "Kita ke arah sana," ucap Dendy yang menghampiri Sally.

Sally menarik koper dengan langkah gontai. Tubuhnya sudah sangat letih, karena perjalanan yang memakan waktu 15 jam dan setelah sampai di Frankfurt Airport, Dendy sempat terlihat bingung untuk mencari stasiun kereta yang berada di dalam bandara.

Kini keduanya berjalan cukup jauh dan kembali Dendy menghentikan langkahnya. "Lo tunggu sini aja ya. Jagain koper. Gue mau beli tiket kereta dulu." Dendy mengacak-acaki rambut Sally dan segera berlari menuju mesin pembelian tiket yang berada di bagian basement bandara.

Sally mendudukan tubuh di salah satu kursi, mengambil iPod dan memakai headset. Ia memutar sebuah lagu dan memperhatikan sekitar. Mencoba membaca beberapa kata yang ada di papan informasi, lantas tertawa karena baginya terdengar sangat aneh. Ia menoleh ke sisi lain, mencari kata-kata lainnya. "Cocis. Halah unyu amet. Bilang aje sosis," monolog Sally. Ia kembali membaca tulisan lain, tapi kini pemandangannya tertutup dengan sebuah cup kopi yang berada di tangan Dendy.

Sally mengambil dan mencium aroma kopi dengan menutup kedua matanya. "Dihayati amet, Neng!" seru Dendy yang kini ikut duduk di sampingnya.

"Wangi kopi itu enak, Kak. Bisa jadi aroma terapi," jelas Sally.

Kini Dendy mengikuti gerakan Sally, menaruh cup di depan hidung, menarik napas agar aroma kopi memenuhi ruang penciuman dan menutup kedua mata. Sally yang menatap Dendy hanya bisa tersenyum.

"Itu keretanya. Sini kopernya biar gue aja, lo pegangin cup gue." Dendy menarik kedua koper di tangan. Keduanya memasuki kereta, menaruh koper pada rak yang sudah disediakan, lalu duduk pada kursi sesuai nomor yang tertera pada tiket.

Sally menatap jendela di sampingnya. "Kak, berapa lama sampai Freiburg?" tanya Sally sembari meminum kopi.

"3 jam kayanya. Kenapa ngantuk? bobo aja nanti gue bangunin kalau udah sampe," jelas Dendy yang ikut meminum kopinya.

"Nggak kok. Kan tadi di pesawat gue tidur terus." Sally kembali menatap jendela.

"Lebih baik kaya gitu dari pada jetlag." Dendy menarik napas. Ia merebahkan kepala dan menghabiskan kopinya.

Sally kini beralih menatapnya. "Kak, lo udah siap ketemu bokap lo?"

Dendy menoleh dan tersenyum. "Siap-siap aja." Jawabnya.

"Kita nanti cari kemana dulu?" tanya Sally lagi.

"Sebenernya gue masih punya satu alamat yang belum gue cek waktu sama JUDI. Tapi, itu kan 8 tahun yang lalu waktu gue masih kuliah di sini." Dendy mengambil secarik kertas dari dompet dan memberikannya pada Sally.

"Nggak ada salahnya dicoba, Kak!" ucap Sally yang mengembalikan kertas tersebut.

"Besok aja tapi ya. Kita kan punya 3 hari disini. Hari ini kita istrirahat dulu. Tar lo tidur sambil jalan lagi kaya zombi." Dendy menggoda Sally dan mendorong bahu Sally dengan bahunya.

Sally menahan tawa dan membalas dengan mendorong bahu Dendy juga menggunakan bahunya. Dendy tidak tinggal diam, ia pun membalasnya dan kembali Sally membalasnya juga. Sesekali mereka berdua tertawa.

Aksi balas membalas itu pun terhenti, saat keduanya di tegur oleh salah seorang pria paruh baya yang duduk di belakangnya, karena mengganggu keheningan di dalam kereta.

~~~

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CEO SOMPLAK (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang