Anniversary ke-8

340 15 0
                                    

"Dra..."
"Ya, Renn?
"Kita bertemu jam lima sore di restaurant biasa."
"Ada apa?"
"Suprise. Kamu datang saja. Ada sesuatu yang harus kubicarakan."
"Oke. See you, love you."
"Love you too." Ujar Renno sambil memutuskan panggilan teleponnya.

***

"Mau kemana loe?"
"Mau jalan sama Alexandra."
"Pakai apa?"
"Mobil."
"Nggak boleh!"
"Why?"

"Karena semua benda di rumah ini milik gue dan loe nggak punya hak untuk itu!"
"Loe kayaknya amnesia deh. Gue beli mobil ini dari hasil kerja keras gue sendiri. Bukan dari orang tua. So, this car is mine. Not yours. Loe nggak punya hak atas itu. Karena semua surat-surat atas nama gue. Jangan lupa, tiga per empat saham mama dan papa milik gue!"

"Loe benar-benar, ya!" Ujarnya sambil mencengkram kerah Renno.
"Kenapa? Nggak suka? Gue bicara soal fakta! Loe bilang gue pembunuh. Kalau seperti ini, apa perbedaan kita?"

Arthurpun melepaskan cengkramannya.

"Terserah loe. Gue capek berantem sama loe! Gue mau pergi! Jangan halangin gue pergi! Karena nggak ada gunanya!"

***

Renno mengatur napasnya. Mencoba menetralisir rasa sakitnya. Ketika ia merasa lebih baik, ia langsung melajukan mobilnya.

***

"Hei, maaf aku terlambat menjemputmu."
"Nggak apa-apa kok."
"Really?"
"Yes, of course."

***

"Sekarang kamu boleh buka mata kamu."

Ia tatap sekelilingnya. Begitu indah.

"Ini serius? Kamu siapin semuanya?""Ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini serius? Kamu siapin semuanya?"
"Ya."
"Sendirian?"
"Iya. Aku mau minta tolong sama siapa lagi coba? Kamu nggak suka tempatnya? Atau kamu nggak suka decornya?"

Alexandra langsung memeluk erat Renno.

"Nggak, sayang. Aku suka banget. Makasih sudah menyiapkan semuanya. Aku bahagia sekali. I love you."
"I love you more."

***

Ia tatap sebuah foto keluarga yang bahagia. Namun ia tersenyum sinis.

"Dulu, foto itu bahagia. Tapi, tidak dengan sekarang. Harusnya loe yang mati! Bukan mama ataupun papa! Loe lebih pantas mati daripada mereka!"
"KAK!"

***

"Di anniversary kita yang kedelapan tahun ini, kebahagiaanku berlipat ganda. Aku masih nggak nyangka, kita bisa sampai saat ini. Makasih buat kamu yang selalu mencintaiku apa adanya."
"Terimakasih juga untukkmu, karena selalu menerima setiap kekuranganku. Aku berjanji padamu, aku akan selalu membahagiakanmu disisa hidupku ini. Aku akan selalu mencintaimu sampai aku mati."
"Aku juga. Aku semakin mencintaimu, Renno."
"Aku ternyata bisa membuat seorang Alexandra luluh juga."
"Apaan 'sih kamu. Rese deh." Ujarnya sambil mencubit pergelangan tangan Renno.
"Arggh, sakit tahu."
"Bodo amat!"
"Untung cinta. Kalau nggak, abis kamu aku kelitikin !"
"Sudahlah. Ayo makan."
"Ayo."

***

"Kakak ngomong apa tadi?"
"Lexy? Kok kamu bisa ada disini?"
"Kakak belum jawab pertanyaan aku. Kakak masih menyimpan benci terhadap kak Renno?"
"Iya."
"Why? Karena dia yang menyebabkan mama dan papa meninggal?"
"Bukan."
"Lalu?"
"Itu karena...dia..."

***

Bersambung

So hello, guys! Sorry karena ceritanya ngaret di-post. Kemarin kelupaan, hehe. But, aku janji  besok akan di post beberapa part untuk menebus dosa aku kemaren. So, happy reading :)

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang