KAMU PERGI KEMANA?

58 4 0
                                    

TOK...TOK...TOK

"Iya, sebentar."

CKLEK...

"Kak Alexander!" Ujarnya sambil memeluk sang kakak.
"Hm, tumben nih." Ujarnya sambil membalas pelukannnya.
"Gue 'kan kangen sama orang yang paling ganggu hidup gue. Masa nggak boleh sih."
"Mon maap, kangen sih kangen. Tapi, kalimat belakangnya kok nggak enak."
"Eh, keceplosan. Intinya gue kangen sama loe."
"Iya-iya. Gue juga kangen sama loe. Lagian, lama banget liburannya."
"Hehe."

***

"Hei!"
"Hei! How are you?"
"I'm fine. Gimana? Seneng nggak? Liburan berdua sama aku?"
"Jelaslah. Aku seneng banget. Aku nggak sabar deh, ketemu kamu besok."
"Aku juga. Aku malah nggak sabar buat milikin kamu seutuhnya."
"Eh, sama. Ya udah, kamu istirahat. Pasti kamu capek banget nemenin aku waktu belanja kemarin."
"Nggak ah."
"Kenapa?"
"Aku masih pengen liat kamu, lihat kecantikanmu."
"Gombal kamu. Udah ah, aku mau tidur. Aku ngantuk. Bye. Love you."
"Love you too, Dra. Jangan lupa mimpiin aku, yah."
"Iya, bawel. Bye!"

Panggilan itupun tertutup.

"Rasanya bahagia deh, bisa buat kamu bahagia. I don't know why, tapi hanya itu yang bisa kulakukan untuk membuatmu  bahagia. Karena yang aku ingin cuma satu, kamu tertawa bahagia. Itu udah lebih dari cukup untukku."

***

"Renno, andai kamu tahu. Betapa beruntungnya aku bisa memilikimu dalam hidupku. Mungkin aku nggak akan pernah tahu apa alasan yang buatmu jatuh cinta sama aku. Tapi satu yang kutahu. Kamu mencintaiku. Bahkan sangat dan aku pun begitu. Aku cinta banget sama kamu!"

***

"Tumben kamu udah sarapan. Biasanya tuh susah banget. Apalagi liburan kayak gini."
"Ish."
"Oh iya, Kak Renno mana?"
"Masih tidur deh, kayaknya. Maklum, baru pulang kemarin. Kak Renno butuh istirahat yang banyak kali. Kasian."
"Ya udah, kakak anterin sarapan buat Kak Renno yah. Kamu lanjutin aja sarapannya."
"Okay."

***

"Kak, sarapan dulu yah. Ini udah gue bawain."

Namun tak ada jawaban.

"Kak?"

Masih tak ada jawaban. Berkali-kali Arthur memanggil. Masih saja tak ada jawaban. Arthur menjadi semakin panik. Ia menyibakkan selimut itu.

"No!"

Namun, tak ada Renno disana. Ia hanya menemukan sebuah tab yang terbuka note disana.

"JANGAN PERNAH CARI GUE. MAU APAPUN ATAU BAGAIMANAPUN JUGA, JANGAN PERNAH CARI GUE! SEKALIPUN KALIAN TAHU GUE DIMANA, JANGAN PERNAH TEMUI GUE!"

"LEXY!" Teriaknya.

***

"Hm, enak nih wanginya. Renno pasti suka."
"Hmm, keknya enak nih. Hm." Ujarnya sambil mencolek sedikit kue itu.
"Ish, jangan! Ini buat Renno! Kue coklat spesial buat Renno!"
"Bagilah. Gue juga mau kali. Masa Renno doang."
"Eits, nggak. Buat loe nanti aja. Gue mau anterin ini dulu. Bye!" Ujarnya sambil mengemas kue itu dan segera pergi dari Alexander.
"Dra!"
"BODO AMAT!"

***

"Ada apa sih, kak? Kok teriak-teriak?" Ujarnya sambil meletakkan sepiring pancake yang baru saja ia buat.
"Kak Renno..." Ujarnya sambil terengah-engah.
"Kenapa sih?"
"Kak Renno."
"Iya, kenapa sama Kak Renno? Jangan buat gue tambah khawatir. Loe minum dulu."

Arthur langsung menenggak air mineral itu sampai habis.

"Sekarang, loe jelasin pelan-pelan."
"Kak Renno nggak ada di kamarnya."
"Mungkin Kak Renno lagi jogging. Bisa aja kan?"
"Bukan itu masalahnya."
"Then?"
"Loe baca ini."
"JANGAN PERNAH CARI GUE. MAU APAPUN ATAU BAGAIMANAPUN JUGA, JANGAN PERNAH CARI GUE! SEKALIPUN KALIAN TAHU GUE DIMANA, JANGAN PERNAH TEMUI GUE!" Ujarnya pelan.
"Apa!"

Kue yang ia pegang tadi jatuh dan hancur.

"Apa maksud kalian!"
"Kak Alexandra?"
"Dimana Renno? Hah?"
"Kak..."
"Jawab gue!"
"Kak Renno pergi entah kemana. Dia menghilang begitu aja."
"Wait, Renno nggak pernah pergi tanpa alasan. So?"
"Sebenarnya..."

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang