Renno's Lifesaver

87 7 0
                                    

"What do you mean?"
"Renno..."

***

"I want to see your smile, cause it's been so long time. I don't see your smile. I want it. I really want it. Please, wake up. Don't leave me. Don't leave me, please. I love you."

***

Arthur langsung berlari meninggalkan ruangan Reza. Rezapun mengejar Arthur yang kalut. Arthur terus saja berlari. Tak peduli ia menabrak orang-orang yang berlalu lalang.

Tak peduli, ia membuat seorang pasien jatuh. Ia menghiraukan segala cacian, makian, dan ucapan marah dari orang-orang yang ia tabrak. Ia menghapus air matanya. Iapun terhenti. Ketika melihat seseorang melalui kaca pembatas. Iapun mendekat. Rezapun terhenti.

"It's...."
"Ya, it's him."

"You're not joking right?"
"Yes, I'm not."

"It's serious?"
"Yes, of course. Why you don't believe?"

"It's my bro! Yes, it's Renno! He's alive. But, why he still close his eyes?"
"Actually, he is still in a coma. His condition is still critical."

"W--why? You say, he has had an operation, but why is his condition still critical?"

"Okay. Let me explain. Renno baru saja menjalani operasi besar. Saat operasi, ia kehilangan banyak darah. Karena ternyata, terdapat pendarahan di perutnya. Kondisinya juga sempat drop saat di operasi. So, itulah mengapa keadaannya masih kritis."

"Tapi, sampai kapan?"
"Om nggak tahu. Tapi, kita berdoa saja. Supaya kondisi Renno semakin membaik."

"Then, siapa pendonornya?"

Setetes air mata berhasil jatuh dari pelupuk mata Reza. Ia menghapusnya.

"Why you're crying?"
"Pendonornya adalah Alexa."

"Alexa? Alexa anak om, itu berarti sepupuku? Hah?"
"Ya. Tadi siang, Alexa gugur dalam misinya. Ia berhasil menyelamatkan nyawa banyak orang. Tapi, tidak dengan nyawanya. Karena ia tertembak tepat pada dadanya."

"Lalu, kenapa om memilih menyelamatkan Renno ketimbang anak om sendiri?"

"Alexa meninggal saat dibawa menuju ruang UGD. Sesaat sebelumnya, ia sempat mengatakan kata-kata terakhirnya."

"Give my heart and my two capsules to Renno. I know, he's really need it."
"No. I won't you die! I won't!"

"Dad, please. Look on my eyes. Renno need it."

"Dok, pasien bernama Renno mengalami henti napas."

"Apa?"

"Selamatin Renno, dad."
"Nggak, Xa. Listen. Daddy akan selamatin kamu dulu. Daddy nggak mau kehilangan kamu. Daddy akan selamatin kamu, walaupun Daddy harus kehilangan Renno." Ujarnya sambil mengelus puncak rambut Alexa.

"Nggak, Dad. I want to go. Please, do it. I love you, dad. See you again. I always proud of you. Take care of your health and I entrust Lex also Liex." Ujarnya sambil menutup matanya.

"Alexa! No!" Ujarnya sambil menguncangkan tubuh yang sudah terkulai lemas itu.
"No! No!" Ujarnya sambil terisak.

"Om harap, pengorbanan Alexa nggak sia-sia."
"Pengorbanan Alexa pasti nggak akan sia-sia. Memang berat kehilangan orang yang kita cintai. Tapi, kita harus tetap menjalani hidup. Om masih punya Lex dan Liex. Mereka pasti akan menyembuhkan luka kehilangan akan Alexa perlahan."

"Walaupun om masih punya Lex dan Liex, berat rasanya harus kehilangan Alexa. Satu-satunya putri om. Dia yang termuda. Kenapa dia harus pergi terlebih dahulu? Berat rasanya harus merelakan seorang anak pergi. Tapi, kamu benar. Let everything flow. I'll try to let Alexa goes."

"Aku turut berduka."
"Terimakasih, Thur. Om permisi. Renno pasti sembuh. Kamu harus percaya akan itu."

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang