Miracle!

181 12 1
                                    

"Renn, come on! Wake up! Wake up, please!" Ujarnya sambil terisak.

Kenangan indah kembali terulang. Kenangan terindah yang mereka lalui bersama.

"Kamu cantik. Aku cinta kamu, selamanya. Kita akan jadi pasangan kekasih terhebat. Kamu mau, jadi pacarku?"

"Nggak ada alasan untuk menolakmu, Renno!"

"Aku janji, aku nggak akan pernah menyakiti kamu dan akan selalu membuatmu bahagia. Aku janji. Kita akan mengukir kebahagiaan ini bersama. Selamanya!"

***

"Ayo, by."
"Xy. Tapi..."

"Come on ada aku disini. Kamu nggak perlu takut."

"Bukan itu, Xy."
"Ya, terus?"

Vinth menyentuh bahu Lexy pelan dan memutarnya ke arah yang berlawanan.

Lexy begitu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Begitu menyakitkan. Lexy langsung meluruh. Ia terlutut.

Dengan sigap, Vinth langsung memeluknya. Lexy terisak dalam pelukan itu.

"Xy..."

Lexy tak menjawab sepatah katapun.

"Kita harus kuat, ya. You must be brave! Kita harus bisa menerima semua ini!"

Lexy menggeleng.

"Kak Renno! Nggak! Ini nggak mungkin! Ini pasti mimpi! Ini pasti mimpi! Bilang sama aku, kalau Kak Renno baik-baik saja. Dia nggak pergi 'kan, dia cuma tidur. Iya 'kan?"

Vinth hanya menatapnya.

"Vinth! Jawab! Ini semua cuma halusinasi aku aja 'kan? Vinth!"
"Xy. Terkadang untuk melepas sesuatu maupun seseorang yang sangat kita cintai itu tidak mudah. Tapi, kita harus ikhlas."

"Nggak, Vinth. Kak Renno nggak mati! Nggak! Dia nggak boleh pergi!"
"Xy, kita harus ikhlas. Ini semua sudah rencana Tuhan. Ini sudah takdir. Kita nggak bisa lakuin apa-apa lagi. Cuma ikhlas yang bisa kita lakuin, sekarang."

Lexy mencengkram kuat bahu baju yang dikenakan Vinth. Demi mengurangi rasa nyeri yang terasa.

"Aku nggak bisa. Aku nggak bisa kehilangannya, Vinth. I can't."

Vinthpun semakin mempererat pelukannya.

***

"Aku janji, aku akan berikan semuanya padamu. Semua yang terbaik. Karena kamu layak mendapatkannya! Apalagi mendapatkan kebahagiaan."
"Gombal, kamu!"

"Serius. Aku janji, aku akan menikahimu. Menjalani hidup sebagai keluarga yang utuh dan menua bersamamu. I'm promise."

"Hmm. I love you."
"I love you, more. Baby!"

"Bangun, Renn! Bangun! Kamu udah janji sama aku! Kamu akan menikahiku dan menua bersamaku. Kamu boleh pergi. Tapi, nggak sekarang. Kamu belum penuhi janji-janji kamu. Please, kembali. Kembali, Renn. Karena aku nggak sanggup kehilangan kamu!"

"Nggak ada alasan yang bisa buat kamu mengingkari semua janji-janji kamu!"

"Will you marry me?"
"Yes, I will!"

"I love you, baby."
"I love you too!"

"Kamu pernah janji, kamu nggak akan pernah menyakitiku. Kalau begitu, buktikanlah. Kembali, Renn! Kembali! Kalaupun kamu ingin pergi, hapus kenangan indah kita dari benakku tanpa tersisa selamanya."

***

Alexander menyembunyikan tubuhnya di belakang tembok Rumah Sakit. Ia terisak tanpa suara.

Menyakitkan rasanya, harus melihat adiknya memohon kepada sahabatnya. Sahabat, yang harus bisa ia ikhlaskan pergi.

"Kalau loe memang serius mencintai Alexandra, maka kembalilah. Jangan membuatnya menangis, memohon seperti itu. Karena loe pernah janji sama gue, loe nggak akan pernah menyakitinya! Come back, Renn! Come back, bro! Please!"

"Gue janji sama loe, gue akan mencintai dan menjaga Alexandra lebih dari diri gue sendiri!"
"Okay. Gue pengang janji loe!"

***

Alexandra memeluk tubuh itu. Ia semakin mempereratnya. Tubuh yang ia rasakan dingin, tiba-tiba menghangat. Disertai dengan beberapa pergerakan. Alexandra melepas pelukannya. Begitupun dengan Arthur.

Reza langsung bangkit dan langsung memasangkan kabel-kabel itu. Ajaib memang. Ia kembali. Dengan detak jantung yang lebih kuat.

Merekapun tersenyum.

"Ia kembali. This is a miracle!"

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang