Petunjuk

37 3 0
                                    

"Renn, kamu dimana? Kenapa kamu nggak pulang? Kalau kamu mau pergi, kenapa kamu sama sekali nggak kabarin aku? Aku cuma ingin dengar, kalau kamu baik-baik saja. Tapi, kenapa? Kamu nggak lakuin itu?" Ujarnya sambil terisak.

"Gue tahu ini sulit buat loe, Dra. But, trust me. You'll be okay and Renno too."

***

"Kak, kita mau cari Kak Renno kemana lagi? Hampir semua tempat kita kunjungi. Tapi, kita nggak menemukan tanda-tanda keberadaan Kak Renno. Kita mau cari kemana lagi?"
"Jangan putus asa. Kak Renno pasti ketemu."
"Ya, terus kemana lagi? Handphone Kak Renno pun nggak bisa terlacak karena nggak aktif."
"Gue tahu satu tempat, mungkin seseorang tahu dan kita bisa menemukan Kak Renno."
"Are you sure?"
"Yes I'm."

***

"Dra."
"Kak Alex."

Alexandra langsung menghapus air matanya.

"Loe nggak usah sembunyiin air mata loe. Kesedihan loe. Gue tahu ini berat buat loe. Tapi, kita harus kuat. Gue ada disini buat apa? Buat bikin loe senyum, buat loe kembali bahagia. That's it."
"But..."
"Please, smile for me."
"No...."
"Okay. Let's do this."
"What do you? Aaaaa."

Alexandra pun berteriak karena Alex menggelitikinya.

"Stop."
"No, never."
"Aa, please."
"Never until I see your smile."
"Okay. I'll smile for you."

Alexandra pun tersenyum dan Alex pun menghentikan menggelitik Alexandra.

"Gitu, dong. Ini baru adik gue!"
"Makasih ya, kak."
"For what?"
"Loe selalu bisa nemuin  cara buat gue bahagia. Cara bahagaimana membuat gue lebih nyaman. Gue sayang banget sama loe." Ujarnya sambil memeluk Alexander.
"Yourwell, Dra."
"You're the best brotha I never had."

Alexander pun mengeratkan pelukannya.

"Gue tahu, itu hanya sebatas tertawa biasa. Bukan tertawa lepas. Gue tahu betapa loe terluka dan kehilangan Renno di hidup loe. Walaupun dia mungkin takkan kembali, gue akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat setiap tangis berubah jadi tawa. Gue akan balikin Alexandra yang dulu, yang tak mengenal kesedihan ataupun tangis. I'm promise."

***

"Sampai kapan kondisinya seperti itu, om?"
"Sampai saat ini, om masih belum dapat memastikannya, Ltaz."
"Tapi, om. Kondisi Reynald terus saja memburuk. Sedangkan donor sampai sekarang belum ditemukan. Aku nggak tahu lagi harus berbuat apa."
"Kita cuma bisa berharap, semuanya akan baik-baik saja. Percayalah."

***

"Renno, kapan kamu pulang? Aku rindu. Bahkan sangat. Aku harap kamu ada disini, aku nggak akan pernah biarin kamu pergi lagi. Aku cuma ingin kamu ada disini, memelukku dan tersenyum padaku."
"Renn, harusnya loe nggak ninggalin dia saat seperti ini. Harusnya loe nggak menghilang secara misterius, disaat Alexandra masih mengharapkan kehadiran loe di hidupnya."

***

"Om, jujur sama kita. Dimana Kak Renno!"
"Om nggak tahu, Renno sudah lama nggak kesini. Kemarin harusnya jadwal check up nya, tapi dia nggak datang. Om nggak tahu dia berada dimana."
"Please, om. Jangan bohongi kita lagi. Kita udah cari Kak Renno kemana-mana, tapi kita nggak menemukannya. Aku, cuma ingin lihat Kak Renno. Memastikan kalau dia baik-baik saja."
"Kita hanya perlu tahu, apakah Kak Renno baik-baik saja atau tidak."
"Dia pasti baik-baik saja."

***

"Dra, apa kamu masih ingin bertemu dengan Renno?"
"Kok loe ngomong kayak gitu sih? Ya pastilah. Masa nggak. Buat apaa gue cari dia selama ini, kalau gue nggak mau lihat dia? Emangnya kenapa, kok tiba-tiba loe tanya ini?"
"Gue nggak mau lihat loe terus-terusan kayak gini. Nangis terus. Gue nggak mau lihat loe sedih. Gue nggak rela lihat loe kayak gini. Gue minta maaf."
"Loe nggak perlu minta maaf. Ini kebodohan gue, gue yang nangisin orang yang jelas-jelas menghilang tanpa kabar. Entah kemana. Loe nggak perlu minta maaf."
"Gue minta maaf karena gue, sudah menyembunyikan kebenaran."
"Soal?"
"Gue tahu Renno dimana. Ikut gue. Nanti loe akan tahu sendiri, betapa lebih baik loe nggak pernah tahu keadaan yang sebenarnya."
"Maksud loe apa?"
"Sekarang, ikut gue. Gue akan kasih tahu semuanya."

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang