He Lost Everything

175 14 0
                                    

"Kak, aku pulang dulu. Mau mandi sama cari makan."
"Oke."

"Kalau kakak butuh sesuatu, telepon atau chat aku aja. Bye, kak."
"Bye." Ujarnya sambil tersenyum.

***

"Waktu gue tinggal seminggu. Tapi, gue nggak perduli. Gue akan selalu mencintai Agatha, sampai gue mati."

***

Renno tatap sekelilingnya. Ia merasa begitu bosan. Ia berniat untuk pergi ke taman belakang Rumah Sakit.

Tapi, ia urungkan. Saat ia, rasakan kakinya mati rasa.

"Apa yang terjadi?"

***

"Aku rindu kamu, Renn. Bahkan sangat. Aku ingin menemuimu, tapi aku nggak bisa untuk saat ini. Kamu harus tetap kuat. Aku mencintaimu dan akan selalu begitu."

***

"Om?"
"Maaf Renn, kanker kamu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu. Bahkan sampai ke otakmu."

Setetes air mata berhasil jatuh dari pelupuk mata itu.

"Untuk sekarang, kamu hanya kehilangan saraf motorikmu."
"Lalu aku akan kehilangan apalagi, om? Hah? Aku akan kehilangan ragaku juga 'kan?"

"Renn. Kamu nggak boleh bicara seperti itu."
"Tapi, memang itu kenyataannya."

"Walaupun kamu kehilangan semuanya, kamu nggak akan kehilangan penglihatanmu, pendengaranmu, suaramu, dan kamu bisa bernapas dengan normal. Masih ada harapan, Renn."

"Harapan? Harapan yang 0,1 persen itu? Iya. Kalau aku menjalani chemoteraphy dan operasi. Tapi, bukankah itu akan menjadi hal yang sia-sia? Aku pasti akan pergi juga."

"Renn, masih ada harapan walau itu kecil. Jangan menyerah seperti ini. Cobalah bertahan untuk kami semua. Orang-orang yang kamu cintai."

Renno terdiam.

"Om sudah bilang, ini yang akan kamu dapatkan. Om, sudah membicarakannya dari awal. Renn, om nggak mau kehilangan kamu. Seperti om, kehilangan mama dan papa kamu."

***

"Kakak kenapa? Kakak marah sama aku? Kakak jangan seperti ini terus. Jangan diemin aku. Aku punya salah apa? Please, kasih tahu aku. Aku akan melakukan apapun untuk membuat kakak bicara. Aku janji."

"Kalau begitu, kasih tahu dimana kakak, keberadaan Arthur."

"Apa?"

"Iya, keberadaan Arthur."

"Hmm, itu..., kakak makan dulu ya. Kakak 'kan harus minum obat."

"Kamu belum jawab pertanyaan kakak. Kakak nggak mau makan, kakak cuma butuh tahu, dimana keberadaan Arthur."

"Ka--k Arthur..."
"Iya?"

"Hmm, Kak Arthur ada di suatu tempat. Iya."

"Iya, dimana?"

"Hmm, kayaknya aku lupa sesuatu. Oh iya, dompetku ketinggalan di mobil. Aku ambil dulu, ya. Bye."

"Xy. Lexy!"

Namun, Lexy sudah pergi meninggalkan Renno sendirian.

"Xy, kamu belum jawab pertanyaan kakak."

***

Lexy menyenderkan tubuhnya di salah satu tembok Rumah Sakit.

"Renno kehilangan semuanya. Ia kehilangan nafsu makannya, ia kehilangan saraf motoriknya yang berfungsi secara normal, bahkan ia kehilangan harapan hidup terbesarnya. Alexandra."

Lexy terisak. Mengingat semua perkataan Reza.

"Kak Renno nggak kehilangan Kak Alexandra. Tapi, Kak Renno yang melepaskan Kak Alexandra untuk laki-laki lain. Laki-laki lain yang bisa membuatnya lebih bahagia."

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang