Pergi

246 11 0
                                    

"Arghh!" Ujarnya sambil menjatuhkan semua barang-barang yang ada dihadapannya.

"Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa harus ada loe 'sih dalam hidup gue? Kenapa harus ada Renno dalam hidup gue! Loe benar-benar penghancur! Loe harusnya mati! Loe nggak pantas untuk hidup! Gue benci sama loe!"

***

Pemuda itu masih saja terlelap. Ia tampak tenang dalam tidurnya. Mungkin, ia sedang bermimpi indah. Sendirian.

"Hei. Kamu kapan bangun? Aku sudah rindu berat sama kamu. Kamu harus kuat. Kamu harus tetap bertahan. Ingat, masih ada hal yang perlu kamu jelaskan padaku. Jangan pergi sebelum semuanya jelas. Supaya aku tak salah paham terhadapmu." Ujarnya sambil mencium punggung tangan Renno yang terbebas dari jarum infus itu.

Lexy terisak mendengar setiap kata yang dibicarakan Alexandra.

"Maafin aku, kak. Saat kakak kesakitan, aku nggak ada buat kakak. Aku nggak ada di samping kakak buat kasih kakak kekuatan. Maafin aku, kak. Maafin, aku. Please, bertahan. Buka mata kakak!" Ujarnya sambil terlutut.

***

Lexy memasukan semua bajunya dan baju Renno kedalam koper. Iapun mengambil dua kunci mobil dan memasukkan salah satunya ke dalam tas.

"Xy, kamu sudah pulang? Syukurlah."

Lexy pun menghiraukan Arthur. Ia mengangkat kedua koper itu dan bergegas meninggalkan Arthur. Namun, langkahnya terhenti karena tangan Arthur menariknya.

"Apaan 'sih! Lepas!"

"Hei. Kamu mau kemana? Kenapa kamu bawa koper?"
"Aku mau pergi. Pergi dari rumah ini. Pergi menjauh dari kehidupan kakak. Kakak nggak perlu cari aku. Lagipula, mulai sekarang kakak nggak perlu capek-capek lihat aku dan Kak Renno. Karena kita, akan pergi sejauh mungkin dari kakak." Ujarnya sambil melepas genggaman Arthur.

Lexypun bergegas meninggalkan Arthur. Ia memasukkan kopernya ke dalam mobilnya dan memasukkan koper Renno ke dalam mobil Renno. Ia menyerahkan kunci mobil Renno pada Alexandra.

"Ayo, kak."

Alexandrapun menggangguk.

"Xy, tunggu! Kamu nggak boleh pergi! Buka mata kamu! Jangan terhasut sama omongan ular dia!"

"Kak, jalan duluan. Nanti, aku menyusul."
"Okay."

"Xy, please. Jangan pergi. Kamu nggak boleh pergi sama dia. Dia nggak pantes pergi sama kamu. Dia nggak berhak maksa kamu untuk pergi!"

"Udah ya, kak. Aku capek debat sama kakak! Let me go. Semoga kakak bahagia setelah kepergian kami. Aku sayang sama kakak." Ujarnya sambil memeluk Arthur dan memasuki mobilnya.

"Kamu bohong, Xy! Kamu bohong! Kalau kamu sayang sama kakak, kamu nggak akan ninggalin kakak sendiri. Kamu nggak akan pergi. Apalagi pergi sama dia!"

Lexypun langsung melajukan mobilnya. Arthurpun bergegas mengejarnya. Namun, ia kalah cepat. Kecepatan mobil Lexy lebih cepat daripada kecepatan mobilnya.

"Shit!" Iapun memukul setir mobilnya.

"Gagal lagi! Gagal lagi!"

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang