Trust me, please...

100 8 0
                                    

"Ayo makan lagi. Buka mulutnya, sayang. Aaaaa..."
"Dra, aku sudah kenyang. Please."
"Tapi, kamu baru beberapa suap."
"Aku akan abisin kalau kamu yang masak. Karena makanan yang kamu masak itu, rasanya lebih enak dari apapun."

"Gombal kamu." Ujarnya sambil tersipu malu.
"Aku serius. Aku serius, sayang. Bahkan aku serius untuk menikah sama kamu. Menikah sama si chubby ini." Ujarnya sambil mencubit pelan pipi Alexandra.
"RENNO! Kamu, ya. Awas aja pipi aku makin bengkak, aku nggak akan masakin makanan buat kamu."
"Iya, deh. Maaf."

"Ya sudah, kalau begitu kamu minum obatnya terus istirahat."
"Apa kurang aku setengah tahun tidur? Kini aku harus tidur lagi?"
"Renn...." ujarnya sambil berkaca-kaca.
"Hei, sayang. Bukan maksudku seperti itu. Aku cuma ingin melihat kamu lebih lama. Aku masih ingin melihat senyummu, tawamu, dan merasakan setiap detik cinta itu. Aku hanya takut. Ini takkan bertahan lama. Satu hal lagi, aku rindu. Padamu."
"Renn..." ujarnya sambil memeluk Renno.

"Babe..."
"Kamu akan selalu lihat aku. Karena seperti yang kamu bilang, kita akan menikah. Kamu akan lihat aku dan begitupun sebaliknya. Kamu akan selalu melihatku tersenyum saat kamu bangun tidur. Aku yang akan memasak makanan kesukaanmu setiap hari. Aku akan selalu berada disisimu. Kamu jangan berbicara seperti itu. Aku nggak mau kehilanganmu. Aku pernah merasakan itu. Bahkan aku hampir kehilanganmu. Hampir kehilanganmu selamanya. Aku nggak mau hal itu sampai terjadi."

"Dimana ada kelahiran, disitupun ada kematian. Semua yang hidup pasti mati, Dra."
"Ya, tapi nggak sekarang! Aku nggak mau kehilangan kamu! Aku belum siap!"

"Me too. Come here. Hug me. Do you want to kiss my cheeks? Kiss it."
"No. I don't. I just want to see you everyday in my live. No other."

"Yes, you will get it. I love you and this love never endless. Trust me."
"Yes, of course! I love you somuch!"

" I love you more than anything, babe."

Alexandra menghapus air matanya. Ia memeluk Renno semakin erat.

***

"Sekarang, kamu harus cek up dulu. Tes darah dan X-Ray. Untuk memastikan semuanya baik-baik saja pasca operasi."
"Doain aku supaya semuanya baik-baik saja." Ujarnya sambil tersenyum.
"As always. Love you."
"Too, babe."

"Pokoknya kamu harus rileks. Jangan tegang. Aku akan selalu ada disamping kamu. Aku disini dan nggak akan kemana-mana."
"Okay."

Reza berhasil menancapkan suntikan itu dan mengambil sampel darah Renno. Renno menahan rasa sakitnya. Ototnya lemah karena ia terlalu lama dalam koma.

"Sabar sayang, sabar."
"It's hurt."
"No. I'm here for you. I'll be your power. Trust me."

Suntikan itu perlahan ditarik Reza. Rasanya lebih menyakitkan daripada saat ditancapkan. Mata Renno berair. Ia menutup matanya sejenak.

"Argh." Ujarnya pelan.
"It's over, Renn. You do it. You're success!" Ujar Alexandra sambil memeluk Renno.

Rennopun tersenyum.

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang