Jangan lagi...

55 6 0
                                    

"Renno?"
"Om tolong Kak Renno, secepatnya."
"Okay. Kamu tunggu disini."

***

"Kak, kok murung gitu mukanya? Abis berantem sama Kak..."
"Nggak. Kakak cuma capek aja. Kerjaan kakak banyak banget hari ini. Jadi, kakak terpaksa pulang larut. Oh ya, kamu kok belum tidur?"
"Aku nungguin kakak. Kakak mau aku buatin apa nggak? Kakak udah makan?"
"Buatin kakak teh hangat aja, ya. Gulanya sedikit aja. Kakak mandi dulu ya."
"Okay, nanti aku antar ke kamar kakak."
"Thanks, Dra."

Alexandra pun tersenyum.

"Kakak nggak tahu, apakah kakak mampu mengatakan yang sebenarnya terhadapmu? Kakak rasa belum siap."

***

"Om, gimana kondisi Kak Renno? Dia baik-baik aja 'kan?"
"Bisa kita bicara di ruangan om?"
"Jadi, gimana om? Kondisi Kak Renno?"
"Kakakmu minum lagi ya?"
"Iya, om. Memangnya kenapa?"
"Arthur, kamu tahu nggak sih? Alkohol dalam bir itu sangat berbahaya untuk kesehatan Renno. Itu menyerang langsung ke hatinya."
"Maksud om?"

"Buat apa Renno operasi kalau dia ingin mati juga? Hah? Renno baru menerima cangkok hati dan dia sudah mau merusaknya lagi?"
"Tapi, sudah hampir satu tahun 'kan om?"

"Proses kecocokan atau tidaknya hanya bisa dilihat pada jangka 1,5 tahun. Kalau begini terus, Renno bisa bertambah parah."
"Maksud om apa? Aku bener-bener nggak ngerti."

"Renno diperkirakan mengalami gangguan berat pada hatinya. Karena metabolismenya belum bekerja seperti seharusnya. Hatinya juga masih syok dengan menyerap alkohol itu. Kakakmu bisa koma karena ini. Kalian itu kenapa sih? Kalian bertengkar? Nggak mungkin Renno minum kalau nggak ada penyebabnya."

"Aku juga nggak tahu, om. Sudah tiga hari Kak Renno nggak pulang. Saat aku temui, dia sedang balapan dengan kondisi mabuk berat. Tapi, Kak Renno nggak akan mengalami kondisi sebelumnya 'kan?"
"Om belum bisa memastikan soal itu. Tapi, kalau seperti ini terus Renno bisa merusak hatinya. Kamu harus jaga pola makan, jam tidur, dan aktivitas yang Renno kerjakan. Okay? Om cuma nggak mau kondisi Renno memburuk. Cukup serangan ini saja."
"So, Kak Renno baik-baik saja 'kan?"
"Iya. Untuk saat ini. Jangan biarkan dia mabuk lagi. Beberapa jam lagi, dia pasti sadar."
"Okay, om. Terimakasih."

***

Tubuh kekar itu kembali terbaring. Lemah tak berdaya. Jarum infus itu kembali tertanam pada punggung tangannya.

"Gue cuma bisa berharap, loe baik-baik aja. Gue cuma mau loe sehat, kak. Loe bisa bareng-bareng lagi sama kita semua. Apalagi lima bulan lagi, loe menikah. Gue harap, kalau loe ada masalah loe bisa membaginya dengan gue. Gue ataupun Lexy siap untuk menjadi pendengar yang baik, kak. Disaat loe sungkan untuk bercerita pada Kak Alexandra."

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang