Luka Lama Yang Kembali

196 11 3
                                    

Renno melangkahkan kakinya pada Ruang Kerja Arthur. Tak tahu mengapa, ia sangat ingin masuk ke dalam ruangan itu. Tampak foto Arthur dengan jas kebanggaannya. Namun, ia menemukan foto mereka bertiga. Saat berbahagia dahulu.

"Gue percaya, loe banyak berubah. Tapi mungkin, itu terlambat. Semuanya nggak akan kembali seperti semula. Tapi setidaknya, kita pernah mengukir cerita bersama." Ujarnya sambil tersenyum.

***

Alexandra terisak di kursi itu. Ia teringat akan kenangannya bersama Renno. Begitu indah. Tapi, akankah berakhir dengan indah juga?

***

"Kamu tahu, alasan aku mencintaimu  karena satu hal yang jarang dilihat oleh laki-laki terhadap perempuan yang dicintainya."
"Apa itu?"

"Aku mencintaimu bukan karena kamu cantik. Bukan juga, karena kamu populer. Aku mencintaimu, karena hatimu. Aku nggak akan biarin kamu pergi dari hidupku. Karena kamu, adalah masa depanku."
"Aku juga, sayang."

Rennopun merangkul Alexandra dan mencium pucuk kepala Alexandra.

"I love you, Renno!"
"I love you more than anything, Dra! I love you, I love you, I love you!"

Alexandrapun langsung memeluk Renno.

"I don't want to lose you. Because, you're my future husband. We live in present. Not in the past."
"You're my future too. My future wife. No, you're my amazing wife for me. I love you."

"You're my perfect husband. I love you too, Babe."

"Langit akan menjadi saksi suci cinta kita."
"Bumi akan melihat, bahwa masih ada cinta yang setia. Cinta yang asli. Cinta yang tak memandang batasan. Ini bukan tentang cinta yang singgah sebentar lalu pergi!"

Mereka berpelukkan dengan sangat erat. Sunset itu menjadi saksi tegarnya cinta mereka.

***


Alexandra semakin terisak. Ia membutuhkan kata-kata itu sekarang. Ia hanya ingin, memeluk Renno. Karena hanya pelukan itu yang sangat ia rindukan.

Seseorang memberikan sapu tangan tepat di depan wajah Alexandra. Sontak, Alexandra menatapnya. Ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat.

***

Renno menemukan banyak berkas disana. Awalnya ia tak tertarik dengan berkas-berkas itu. Tapi, pandangannya terhenti pada salah satu berkas. Iapun mengambil dan membacanya.

"Rumah Sakit Harapan? Hasil test apa  ini?"

***

"Vinth?"
"Kamu kenapa nangis? Dia pasti nggak bisa bahagian kamu, ya? Nggak jauh beda sama aku atau dia lebih nyakitin kamu?" Ujarnya dengan sinis.

"Dia nggak sejahat itu! Kamu nggak sadar? Atau pura-pura? Hah? Kamu lupa? Kamu yang tinggalin aku, tanpa kepastian dan sekarang kamu kembali? Buat apa?"
"Aku mau kita balikan, Dra."

"Balikkan? Kamu gila? Aku sudah menemukan kebahagiaanku. Selama delapan tahun, aku selalu bahagia dengan Renno. Kamu nggak berhak merampasnya!"
"Kenapa? Apa kurangnya aku? Aku punya segalanya. Aku punya uang yang lebih banyak daripada dia! Mobil aku jauh lebih keren. Kamu mau apapun, akan aku belikan."

"Aku nggak butuh itu! Aku cuma butuh cinta yang tulus dan setia!"
"Bullshit! Mana ada cewek yang nggak mau harta?"

"Aku nggak butuh uang kamu! Apalagi butuh kamu! Aku benci sama kamu! Kamu nggak pernah berubah! Kenapa kamu kembali? Hatiku bukan tempat persinggahan!"
"Kamu lupa? Kita masih punya hubungan. Aku masih pacar kamu! Kamu nggak bisa pacaran sama dia!"

"Oh, ya? Kamu lupa, kamu yang putusin aku lewat telepon. Bersama dengan perempuan baru kamu!"
"Soal itu aku minta maaf, aku khilaf. Aku mohon, kita ulangi semuanya dari awal."

"Sorry, aku nggak bisa!"
"Apa sulitnya? Kamu tinggal putusin dia!"

"Putus? Nggak segampang itu! Delapan tahun, kujalani dengannya dan aku nggak mau kehilangan cinta tulusnya!"
"Buka mata kamu, Dra! Aku jauh lebih sempurna darinya! Aku punya semuanya! Termasuk harapan hidup yang pasti! Apa 'sih yang mau kamu harapin dari cowok penyakitan itu? Palingan, sebentar lagi mati!"

PLAKKK

"Kalau ngomong itu dijaga! Dia nggak akan pergi! Dia akan selalu bertahan! Lagipula, kamu yakin setelah ini kamu masih hidup? Kamu bukan Tuhan dan kamu, nggak pantas untuk mengatur hidup orang lain!"
"Aku cinta sama kamu."

"Cinta yang mana ini? Cinta yang berakhir dengan pengkhianatan lagi? Aku sudah muak dengan semua itu!"
"Dra..."

"Lebih baik aku mati bersamanya, dibandingkan harus kembali ke dalam jurang luka yang paling dalam! Pergi! Jangan pernah temui aku lagi! You're so fucking guy!"

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang