Kabar Bahagia :)

188 15 0
                                    

Tubuh itu. Tubuh itu mengejang disertai dengan garis lurus yang kembali nampak pada mesin EKG itu.

Arthur langsung menekan tombol darurat disebelah bangsal Renno.

"Please, tetap kuat. Jangan pergi. Gue masih butuhin loe. Gue sayang dan gue nggak akan rela kehilangan loe, kak."

***

PLAKK

Sebuah tamparan berhasil mendarat mulus di pipi Arthur. Sontak, Arthurpun terkejut.

"Udah puas kamu sekarang? Udah puas kamu buat Renno seperti itu? Hah! Selamat, sebentar lagi keinginanmu terwujud. Ini 'kan yang kamu mau? Kematian Renno!" Ujarnya sambil terisak.

"Aku nggak menginginkan itu, kak. Aku hanya ingin melihat Renno, lebih lama bersama dengan kita. Aku sadar, aku terlalu egois. Aku terlalu jahat. Tapi, aku nggak pernah sekalipun ingin Renno pergi. Dia kakak aku satu-satunya dan aku nggak mau kehilangan dia."

Alexandra hanya terisak di dalam pelukan Alexander. Ia sungguh takut. Takut kehilangan Renno.

"Sudah, Dra. Sudah. Kita nggak boleh kayak gini. Kita harus kuat. Renno nggak ingin kita kayak gini."
"Tapi, kak..."
"Sudah."

***

"Apa loe masih nggak mau kembali, kak? Apa loe ingin berhenti berjuang? Gue harap, loe nggak pernah lakuin itu. Itu adalah hal terberat buat kita semua. Kehilangan loe lebih menyakitkan daripada setiap luka yang gue terima atas perlakuan papa dan mama saat mereka lebih memperhatikan loe,"
"Loe itu satu-satunya kakak buat gue dan gue nggak mau kehilangan loe. Mungkin, dulu gue bodoh karena gue nggak mau memiliki seorang kakak. Seperti loe. Gue bodoh karena gue nggak sadar, kalau loe adalah sosok kakak terbaik buat loe. Please, jangan pergi. Gue nggak mau kehilangan temen bercanda, temen cerita, dan temen buat balapan. Gue nggak mau kehilangan semua itu, kak. Please, bertahan lebih lama. Untuk semua orang yang loe cintai. Gue sayang sama loe, lebih dari yang loe tahu."

***

Rezapun keluar dari Ruang ICU.

"Om, bagaimana kondisi Renno?"
"Renno sempat mengalami henti jantung untuk kesekian kalinya. Tapi, kondisinya sudah stabil. Renno bisa dipindahkan ke ruang rawat dan dalam beberapa hari, Renno akan sadar."
"Om serius 'kan?"
"Iya. Om sangat serius."

Arthurpun memeluk Lexy sambil tersenyum.

***

"Cepatlah kembali, sayang. Aku menunggumu disini. Aku sangat mencintaimu." Ujarnya sambil mencium punggung tangan Renno yang terasa mulai menghangat itu.

***

"Maafin gue, kak. Gue..."
"Sudahlah, Thur. Soal tadi, kita lupakan. Aku cuma terbawa emosi. Maafin aku, ya."
"Iya, kak."

***

"Thur..."
"Agatha? Kok kamu bisa ada disini? Kamu tahu darimana?"
"Itu nggak penting. Kamu nggak apa-apa 'kan? Kamu ada yang luka? Kamu udah sembuh?" Ujarnya sambil menutar-mutar tubuh Arthur.

"Nggak. Aku dirawat? I'm fine. What do you mean?"
"Jadi, bukan kamu yang dirawat? Terus siapa?"
"Kak Renno." Ujar Lexy pelan.
"Terus, keadaannya bagaimana?"
"Sudah stabil dan beberapa hari lagi akan sadar."
"Syukurlah kalau begitu."

Lexy hanya menahan tawa.

***

Tangan itu mengepal. Peluh mengalir dengan deras. Dahinya berkerut. Bibir yang pucat itu, seperti ingin mengucapkan sebuah kata.

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang