Membuatmu Bahagia

462 21 0
                                    

"Kamu harus sering check up. Minum obat teratur. Jangan terlalu lelah."
"Iya, om."
"Jangan buat om takut lagi. Kamu harus tetap kuat. Tetap bertahan."
"Aku nggak bisa janji soal itu, om."

"Om tahu kamu capek. Tapi, hanya ini hal yang bisa om lakukan untuk menebus kesalahan om pada tujuh tahun yang lalu."
"Om. Itu bukan salah om. Itu kecelakaan. Lagipula saat itu, om sedang berusaha menyelamatkanku. Arthur benar. Akulah yang salah. Seandainya saja, aku nggak collapse, kita nggak akan pernah kehilangan mama dan papa. Rasa benci Arthurpun nggak akan pernah ada."
"Renn..."

***

"Hei!"

Ia berbalik dan langsung memeluk seseorang yang menyapanya.

"Renno! Kamu kemana aja? Kenapa kamu nggak ada kabar? Kamu buat aku khawatir tahu nggak!"
"Hei. I'm fine. Jangan khawatir."
"Gimana aku nggak khawatir? Dua minggu, Renn. Dua minggu! Kamu nggak kabarin aku."
"Aku baik-baik saja." Ujarnya sambil tersenyum.
"Tunggu. Kamu sakit?"
"Ng-gak."
"Muka kamu pucet banget. Suhu tubuh kamu juga, agak dingin."
"Hei. Aku nggak apa-apa."
"Kamu harus bilang sama aku kalau kamu sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."

"Dra, dengerin aku. Aku nggak apa-apa. Gini deh, nanti malam kita jalan. Menghabiskan waktu bersama."
"Untuk?"
"Untuk menebus kesalahanku. Karena sudah membuatmu khawatir."
"Kamu nggak perlu lakuin itu. Kamu jangan merasa bersalah. Aku cuma butuh kamu baik-baik aja."
"Iya. Aku minta maaf, sayang." Ujarnya sambil memeluk Alexandra.

"I love you and I don't want to lose you, babe."
"Me too, baby."

"Aku janji, aku akan selalu buat kamu bahagia dengan sisa waktu yang aku punya."

***

"Hari ini, indah sekali. Ada kamu, ada aku, dan ada kita."
"Dra, bukan kita yang membuat hari ini indah. Tapi, kamu. Kamu yang selalu buat hariku lebih indah."
"I love you."
"I love you more. Sekarang saatnya kita makan." Ujar Renno sambil tersenyum.

***

"Makasih, karena kamu selalu ada buat aku."
"Sama-sama. Makasih juga, kamu selalu mau mengerti akan aku. Maaf, kalau aku masih egois."
"Nggak apa-apa, Dra. Kamu nggak usah merasa bersalah kayak gitu. Ya sudah, ini sudah malam. Lebih baik kamu masuk. Bersih-bersih dan istirahat."
"Kamu nggak mau mampir?"
"Lain kali saja, ya. Aku harus pulang sekarang."
"Okay. Bye, Baby. See tou tomorrow!"
"Ya."

Rennopun melesatkan mobilnya dan Alexandra langsung masuk ke dalam rumahnya.

***

Sesampainya di rumah, Renno langsung memasuki kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya.

Ia mencengkram kuat bagian perutnya yang terasa nyeri. Kepalanya terasa begitu sakit.

Ia berjalan dengan sekuat tenaganya untuk meraih obat-obatan yang ada di nakas itu. Ia langsung menuangkan sebanyak dua butir ke telapak tangannya. Ia menelan obat itu dengan paksa.

"Ingin rasanya aku menyerah, tapi aku tak bisa. Aku harus selalu bertahan untukmu, Dra. Aku ingin sembuh. Walaupun itu mustahil. Tapi, aku akan selalu berusaha untuk membuatmu bahagia dengan sisa waktu yang kumiliki. Walaupun itu tak panjang." Ujarnya sambil memejamkan matanya.

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang