AMSTERDAM!

48 3 0
                                    

"Pak Bima!"
"Den Renno?"
"Iya, pak. Ini saya."
"Nggak nyangka udah sebesar ini. Padahal baru kemaren bapak ngurus kamu disini."
"Bapak bisa aja."
"Hei, by. I'm looking for you."
"Ini calon istri aden, lebih cantik dari foto ya."
"By?"

"Ini yang namanya Pak Bima. Dia yang ngurus aku selama aku ada disini. Ya, hampir 13 tahun. Dia ini supir yang kerja dari mama masih sma. Kalau diitung-itung udah hampir 40 tahun dia kerja sama keluarga aku."

"Oh ini? Renno suka cerita soal bapak dan katanya kangen."
"Aden mau pindah kesini?"
"Belum tahu sih, tapi rumah ini udah lama banget nggak aku kunjungi. Kerjaan numpuk soalnya."
"Jadi, di rumah ini cuma ada bapak aja?"
"Nggak, non. Disini ada 6 orang. Saya, Pak Dama, Pak Asa, Bik Nana, Pak Tama, dan Bik Lestari. Semenjak den Renno kuliah di London, rumah ini dititipkan pada kita ber-6."

Alexandra hanya ber-oh ria saja.

"Sok atuh aden sama non masuk, biar kopernya saya yang bawakan."
"Terimakasih ya, pak."

***

"Kamu boleh pilih mau kamar yang mana. Banyak kamar disini. It's up to you."
"Tapi, nggak angker 'kan?"
"Kamu takut?"
"Ya..."
"Aku berani jamin, tempat ini nggak angker kok."

"Serius?"
"Kamu nggak percaya sama yang tinggal disini hampir 13 tahun?"

"Bukan gitu. Aku percaya kok sama kamu."
"Ya udah, kamu siap-siap. Dandan yang cantik, karena kita mau dinner romatis."
"Okay. Aku bakalan dandan secantik mungkin dan pakai baju yang bagus."
"Nggak usah terlalu berlebihan, kamu udah cantik kok. Ya udah sana."

***

Renno terduduk dibawah shower yang mengalir deras. Rasanya ia begitu lemas dan begitu mual. Ia rasakan ia sudah tak mampu lagi untuk sadar. Ia kehilangan kesadarannya.

***

"Hello."
"Hai."
"Hm, all the food will ready on 10 minutes. Would you like to wait?"
"Sure. Thank you."

"Renno mana ya? Kok dia belum turun juga?"

***

Renno tergeletak tak sadarkan diri dibawah shower yang terus saja mengalir. Jari jemarinya bergerak-gerak.

"Renn...Renno...bangun, sayang. Wake up. Don't like this, please. I just..."

"Don't leave me, now. I can't. Please! JANGAN!"

Rennopun tersadar dan memijit pelan kepalanya.

"Astaga."

Rennopun bangkit secara perlahan. Iapun mematikan shower yang mengalir deras.

Kepalanya masih terasa sangat pening. Ia hampir terjatuh, namun ia berhasil menahannya. Ia melihat ke arah jam dan ia sangat terkejut.

"Gue pingsan tiga jam. Gawat. Alexandra pasti marah banget sama gue. Gue harus siap-siap."

***

"Den Renno?"
"Alexandra mana, pak? Kok disini sepi?"
"Non Alexandra udah pergi ke kamarnya dua jam yang lalu. Saya pikir aden ketiduran."
"Astaga."

"Dra, sayang?"

Namun Alexandra tak menjawab. Walaupun sudah berulang-ulang.

"Buka dulu dong pintunya."

Alexandra membuka pintunya.

"Ngapain kamu disini? Pergi kamu. Tidur aja sana. Nggak usah janji sama aku kalau kamu nggak bisa nepatin."
"Kamu marah sama aku? Aku minta maaf. Aku cuma..."
"Cuma apa? Udah ah. Kamu jangan ganggu aku. Aku mau tidur. Aku capek. Apalagi sama kamu! Bye!" Ujar Alexandra menutup pintunya.

"By, shit!"

"Terus aja gitu. Lupa lagi lupa lagi. Bohong lagi bohong lagi. Gitu aja terus sampe kiamat."

***

TUK...TUK...TUK...

"Siapa sih? Ganggu aja."

Alexandrapun membuka jendelanya dan melihat kebawah. Ada sebuah pemandangan yang indah. Bahkan sangat.

"Jadi, kamu mau maafin aku nggak? Hm?" Ujarnya sambil membawa sekuntum bunga berwarna merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, kamu mau maafin aku nggak? Hm?" Ujarnya sambil membawa sekuntum bunga berwarna merah.

Alexandrapun menutup jendelanya dan langsung berlari ke bawah. Iapun langsung memeluk Renno.

"Jadi, kamu udah maafin aku ya? 'Kan udah kamu peluk."
"Ih, kenapa sih? Kamu selalu aja bisa buat aku nggak marah lagi sama kamu?"
"Ya, that's my job. Buat kamu selalu bahagia, calon istriku."
"Makasih, calon suamiku yang paling ganteng."
"Sama-sama." Ujarnya sambil mengeratkan pelukan Alexandra.

***

"Kita mau kemana sih?"
"Udah, kamu ikut aja."
"Ih, rese!"
"Biarin wleee!"

"Hati-hati, sayang."
"Iya, bawel. Udah boleh buka belom nih?"
"Tunggu-tunggu. Sekarang, kamu boleh buka."

Alexandrapun membuka matanya dan ia langsung tersenyum dengan apa yang ada dihadapannya, yang selama ini begitu ia inginkan.

Alexandrapun membuka matanya dan ia langsung tersenyum dengan apa yang ada dihadapannya, yang selama ini begitu ia inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"K-kamu serius? Ini..."
"Ya, sebagai permohonan maaf aku. Karena aku, kemarin kita nggak jadi dinner. So, ya. This it. Kamu suka nggak? Jelek ya?"

Alexandrapun langsung memeluk Renno.
"Ini yang selama ini aku inginkan. Dinner romantis sama kamu di Amsterdam. Makasih, Renn! Makasih!"
"So, are you happy?"
"Of course! Aku seneng pake banget!"
"Lebay kamu."
"Ya udah, kita makan sambil ngobrol. Gimana?" Ujarnya sambil duduk di kursinya.
"Hm, boleh."

"Makasih banget, Renn. Kamu udah buat aku bahagia berkali-kali lipat. Aku sayang sama kamu."
"Aku juga. Aku seneng lihat kamu seneng. Makasih kamu udah mau jadi bagian dalam hidup aku. Itu sangat berarti. Love you, more."

"I wish, I could with you everyday. But, I don't know, how did the death come? It's hurt or not. You see it or not. But, I wish you never see my pain. I just want to make you happy. Just it and today, I succeess to make you happy. I love you unlimited, Dra."

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang