Tetap Kuat Untuknya

264 11 0
                                    

Ia terlutut dan menangis. Hampir saja. Hampir, ia kehilangan pemuda itu. Pemuda yang sangat ia cintai.

Arthur menghampiri Lexy yang  sedang menangis.

"Kamu ngapain masih disini? Ayo kita pulang."
"Nggak, kak. Aku mau disini sampai Kak Renno sadar. Aku nggak mau kejadian tadi terulang kembali." Ujarnya sambil terisak.
"Kamu ngapain nangis buat dia? Dia itu bukan siapa-siapa kamu. Lagian dia itu lebih pantas mati daripada hidup!"

PLAKKK

Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi sebelah kanan Arthur.

"Kalau ngomong itu dijaga! Aku selalu sabar sama sikap kakak terhadap Kak Renno! Binatang saja sayang sama keluarganya. Tapi, kakak?"

"Kamu!" Ujarnya sambil mengangkat tangannya. Tapi, tak berapa lama ia kembali menurunkannya.

"Kenapa? Kakak mau tampar aku? Tampar! Ayo, tampar! Aku memang nggak berguna dan nggak ada artinya buat kakak, iya 'kan?"

"Xy, nggak gitu. Sorry."

"Sorry. Sorry. Sorry. Itu yang selalu kakak lakukan. Meminta maaf itu mudah. Tapi, proses pemaafan itu nggak mudah. Kalau kakak mau tahu, cuma Kak Renno yang sayang dan perduli sama aku. Dulu, dia yang selalu menggantikan setiap luka dengan cinta. Dia yang selalu care sama aku."

"Tapi, kakak? Apa kakak perduli saat aku jatuh dihadapan kakak? Nggak. Kakak cuma tersenyum dan meninggalkanku. Kakak sama sekali nggak perduli saat aku menangis. Kakak bilang sayang dan cinta sama aku. Tapi, mana buktinya! Nggak ada!"

"Aku butuh bukti, bukan sekedar janji! Aku benar-benar kecewa sama kakak! Pergi!"

"Xy..."
"Pergi sekarang! Aku benci sama kakak!"
"No, Xy. Please..."
"Pergi sebelum satpam  yang usir kakak!"

Arthur  menurut. Iapun meninggalkan Lexy yang masih terisak disana. Ingin sekali menghapus air matanya dan memeluknya. Tapi, ia tak bisa.

"Maafin kakak, Xy. Kakak sayang sama kamu."

***

"Hei, kamu harus bangun. Kamu nggak boleh menyerah. Please, jangan pergi. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku nggak mau, perjuangan kita terhenti sampai disini. Masih banyak kenangan yang harus kita bangun. I love you. Please, don't go." Ujar Alexandra sambil mengecup kening Renno.

***

"Xy, kenapa loe nangis? Ada yang sakitin loe? Siapa? Bilang sama gue."

"Nggak, kak. Aku nggak apa-apa. Bagaimana kondisi Kak Renno? Sudah ada perkembangan?"
"Belum. Oh iya, ada sesuatu yang pengen gue bicarain sama loe. Tapi, kayaknya nggak disini. Di Taman Rumah Sakit aja."

Lexypun menggangguk.

***

"Gue tahu, loe berdebat sama Arthur dan gue juga tahu, Arthur sangat membenci Renno."

"Dari dulu juga seperti itu. Kak Arthur memang nggak pernah berubah. Dia masih sama. Nggak tahu kapan dia akan berubah."

"Renno pernah bilang sama gue, kalau dia akan selalu sayang sama Arthur. Mau sebagaimanapun dia benci sama Renno. Dia tegar, yah. Kalau gue, nggak bisa setegar itu. Gue pasti sangat tersakiti."

"Aku juga, kak. Tapi, lebih menyakitkan melihat dua orang yang paling kita sayang bertengkar. Apalagi nanti, aku harus memilih salah satu dari mereka."

"Kamu nggak usah memilih. Mereka pasti baikkan, kok."
"Semoga."

"Kamu jangan sedih lagi, ya. Kita harus kuat. Supaya kita bisa menjadi sumber kekuatan Renno."
"Iya, kak."

***

Bersambung


Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang