Yang Terbaik :)

97 10 2
                                    

"Come on! Wake up! Wake up! Wake up, Renn! Don't give up! I know you're strong! I know that! So please, wake up. Wake up for me and people who do you love." Ujar Alexandra dengan nada yang perlahan  melemah.

***

Arthur mengubah posisinya setara dengan Lexy yang sedang memohon padanya.

"Kamu lihat 'kan  dua orang yang ada di dalam itu? Yang sedang terbaring di atas brankar dan seseorang yang sedang menyemangatinya? Kamu lihat itu?"

Lexy hanya terdiam.

"Jawab! Gue paling nggak suka kalau gue ngomong nggak di jawab ataupun tidak di dengarkan! Loe lihat atau tidak! Loe buta, tuli, atau nggak bisa bicara? Hah!"
"Iya. Aku lihat. Aku lihat dan mendengar semua yang kakak katakan!"

"Bagus. Tapi, asalkan loe tahu, dua orang di dalam itu sedang berjuang. Dua orang yang saling mencintai itu sedang berjuang mengembalikan cinta mereka yang hilang dan loe menghancurkan. Meminta salah seorang dari mereka untuk menyerah? Punya hati nggak sih loe? Hah?"
"Maafin aku, kak!"

"Jangan minta maaf sama gue! Minta maaflah kepada orang yang loe inginkan mati!"
"Nggak gitu, kak. Aku cuma khilaf."

"Khilaf? Khilaf loe bilang? Segampang itu? Gila loe! Terbuat dari apa sih hati loe ini?"
"I'm so sorry. I just..."

"Loe hanya apa? Hah?"
"Aku cuma nggak mau lihat kakak terus bersedih dengan kondisi Kak Renno sekarang. Aku tahu kita semua sedih. Aku tahu, kita kehilangan sosok kakak selama setengah tahun ini. I know. Aku cuma mau kasih yang terbaik buat Kak Renno."

"Jadi kematian itu adalah yang terbaik buat dia? Iya?"
"Kak Renno pernah bilang sama aku kalau dia ingin pergi. Karena dia sudah nggak sanggup lihat kita seperti ini. Selalu menangisinya ketika kondisinya memburuk. Aku cuma mau lakuan apa yang Kak Renno inginkan. Cuma itu. Nggak lebih! Adik mana yang sanggup melakukan itu? Nggak ada. Aku juga sama. Aku cuma mau yang terbaik buat Kak Renno dan juga kita. Itu aja."

Arthur mengacak-acak rambutnya.

***

Jari jemari itu perlahan bergerak disertai dengan mata yang mulai terbuka. Jelas. Buram. Jelas. Buram. Jelas. Ia melihatnya dengan jelas. Wanita yang ia cintai menangisinya dan pertengkaran yang bisa ia lihat tapi tak bisa ia dengarkan. Ia mengangkat perlahan tangannya yang terasa kaku. Ia meraih tangannya dan mengelusnya perlahan. Namun tak ada reaksi apa-apa yang diberikan wanita itu.

Ia pun membuka mulutnya dan berbicara...

"Come on! Look at me and hug me! I'm here! Don't crying! I love you!"

Alexandra mengangkat wajahnya dan ia begitu terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"RENNO!" Teriaknya.

Teriakannya membuat pertengkaran antara Arthur dan Lexy terhenti. Mereka pun langsung bangkit berdiri dan melihat apa yang sedang terjadi.

"You're back! You're back! Oh!" Ujarnya sambil memeluk Renno.

Semuanya langsung tersenyum. Arthur, Lexy, dan Agatha berpelukan. Mereka sangat bahagia dengan kabar itu.

"Akhirnya."

"Jangan tinggalin aku lagi. Jangan kayak gitu lagi! Aku nggak sanggup ngeliat kamu kayak gitu!"

Renno tersenyum dan membelai rambut Alexandra.

"Iya, aku janji."

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang