What?

101 10 0
                                    

"Please, Thur. Biarin aku bebas. Biarin aku menjalani kehidupanku seperti biasa. Aku janji, aku nggak akan melukai siapapun."

Arthur mencengkram rahang bawah Ribka dengan keras.

"Nggak semudah itu! Gue nggak akan pernah biarin hidup loe aman! Karena apa? Karena loe, nyawa kakak gue dalam bahaya!" Ujarnya sambil melepaskan cengkramannya.

Ribkapun semakin terisak.

"Aku minta maaf, Thur. Maaf. Tolong ampuni aku."

"Maaf loe nggak akan berarti apa-apa! Maaf loe nggak akan bisa mengubah keadaan! Nyawa kakak gue di ujung tanduk itu karena siapa? Karena loe! Loe pembunuh! Loe membunuh kakak gue secara perlahan! Loe, Ribka! Loe!"

***

"Kondisinya semakin kritis. Kita hanya bisa pasrah. Karena belum ada pendonor yang cocok untuk Renno. Tubuhnya mulai berhenti merespon obat-obatan yang masuk. Kalau seperti ini terus, kita bisa kehilangan Renno."

Alexandra meneteskan air matanya. Ia menggeleng.

"Nggak, om. Renno pasti bisa sembuh. Aku nggak mau kehilangan Renno! Nggak!" Ujarnya sambil meninggalkan Reza.

"Ompun sepertimu, Dra. Om nggak mau kehilangan orang yang om cintai lagi."

***

"Loe yang menghancurkan harapannya untuk hidup bahagia! Loe, Ribka! Loe! Kenapa bukan loe aja yang mati! Kenapa harus kakak gue? Hah!"

"Karena dia adalah alat balas dendamku!"

"Apa?"

"Hatiku patah karenamu dan aku akan melakukan hal yang sama. Melalui kakakmu."

"Loe benar-benar keterlaluan!"
"Aku tahu, aku memang salah. Tapi, nggak ada kata terlambat untuk meminta maaf. "

"Sayangnya, permintaan maaf loe itu nggak berarti apa-apa!"

***

"Renn, bangun! Jangan tinggalin aku! Aku belum siap untuk itu! Please, tetap bertahan. Be brave! Don't give up! I love you. I love you so much. I don't wanna to lost you, babe." Ujarnya sambil menggenggam tangan yang dingin itu.

***

"Okay. Aku akan lakuin apa yang kamu mau! Asal aku bisa menebus dosa-dosaku terhadap kamu dan keluargamu. I'm so sorry."

"Okay. Buktiin kalau kamu memang serius. Let's do it!"

***

Alexandra semakin terisak. Tanpa ia sadari, setetes air mata berhasil keluar dari kelopak mata yang tertutup itu.

"I don't want! I don't want!"

"I'm so sorry to always make you cry and disappointed. But, I love you. I love you so much. Argggh. Damn it! Damn it! These damn eyes so hard to open and these hands are too stiff to remove your any tears.  "

***

Ribka terjatuh di hadapan Reza.

"Aww!" Rintihnya.

"Arthur? Apa-apaan kamu?"

"Maksud om apa?"

"Kenapa kamu dorong Ribka? Dia itu perempuan. Kamu nggak pernah seperti ini. This is you? Really?"

"Yes. Here I am. Dia nggak pantas dilembutin. Asal om tahu, Kak Renno seperti itu karena dia! Dia yang nembak Kak Renno!" Ujarnya dengan emosi.

"Okay. Calm down. What are she doing here? You say, she is the killer. Right?"

"Dia mau menjadi pendonor untuk Kak Renno."

"Pendonor? Itu nggak mungkin!"
"Why?"

"Because, it's too late. It's too late, Thur!"

Arthur dan Ribka menatap Reza dengan kebingungan.

***

Bersambung

Melepaskan Yang Terlalu Berharga (New Version) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang