Happy Reading♡
.
.
.
.
.
[Fake Love]Mata Seulgi melotot dengan tangan yang menunjuk ke arah Jimin, "Lo!?"
Jimin berdiri santai disamping Seulgi dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya, menatap Seulgi dengan manaikkan satu alisnya, lalu tersenyum miring. "Yang tadi jalan ngeliatin tas aja ya?--- ups."Seulgi memutar kedua bola matanya malas, dan duduk dengan kesal disamping ibunya namun ternyata Jimin duduk disampingnya membuat Seulgi menatapnya sinis. "Ngga usah ngeliat sinis nanti naksir," bisik Jimin dengan nada mengejek, oh jangan lupakan tatapan mengejeknya juga
"Najis!" ucap Seulgi tanpa suara dan dia yakin Jimin pasti mengetahui umpatannya.
"Aku mau ngajak Seulgi pergi--boleh 'kan?" Tanya Jimin memandang orang tua Seulgi, dan tentu saja mereka -orang tua Seulgi maupun Jimin- tersenyum senang, Seulgi hanya menganga saat mendnegar ucapan lelaki yang kini menatapnya seolah menyuruhnya untuk ikut dengannya.
"Mau kemana?" Tanyanya tanpa mau bangkit dari posisinya, bahkan Seukgi malah asik memakan cakenya
"Kita harus kenal lebih deket 'kan? Seengganya malam ini aja karena seminggu ke depan kita ngga akan ketemu sampe hari pernikahan."
Dengan malas Seulgi bangkit dari posisinya dan berpamitan, mengikuti Jimin yang berjalan di depannya. Jika dilihat kembali, lelaki dihadapannya ini memang tampan dan juga imut. Namun sayang wajah dengan sikapnya tak sebanding. Cihh
Gadis itu berdiri sambil di depan restaurant sambil memeluk tubuhnya sendiri, anginnya cukup kencang mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Seulgi tak membuntuti Jimin untuk ke mobilnya, memilih berdiri diluar dan berniat untuk memesan taksi online. Lagipula untuk apa dirinya mengikuti lelaki macam Jimin.
Panggilan masuk dari nomor tak dikenalnya dan mobil terparkir dihadapannya dengan kaca yang terbuka. Sangat jelas jika yang menghubunginya adalah Jimin karena lelaki itu menatapnya sambil menempelkan benda pipih itu ditelinganya.
"Cepet masuk!" Suara yang pertama kali di dengar oleh Seulgi saat mengangkat panggilan tersebut adalah kalimat perintah dari Jimin, memutar bola matanya malas dia langsung melangkah masuk ke dalam mobil Jimin. Bukan didepan tetapi dibelakang.
"Pindah ke depan!" Titah Jimin santai, memperhatikan Seulgi dari kaca yang menggantung di tengah. Gadis itu tersenyum miring sambil menggeleng, mengejek seorang Park Jimin.
"Mau pindah sendiri atau gue pindahin!" Seulgi memilih diam sambil memainkan ponselnya membalas pesan dari teman-temannya, toh ucapan Jimin hanya sekedar ancaman--
"Anjim! Ngapain sih?!" Teriak Seulgi saat Jimin menggendongnya dan mendudukannya ke kursi depan, lelaki itu mendekatkan wajahnya dan membisikan sesuatu kepada Seulgi membuat gadis itu menampar wajahnya kesal.
"Gue bukan supir lo bitch!"
Jimin melotot dan memegang pipinya, dia berdiri tegap sementara Seulgi langsung menutup pintu mobilnya kencang. Enak saja dirinya dipanggil bitch, memangnya Jimin tau apa tentang dirinya, baru juga pertama kali bertemu. Dengan sengaja dia menyalakan lagu yang tersambung dengan ponselnya, membesarkan volume musiknya membuat Jimin yang baru masuk ke dalam mobil berdecak sebal.
Sepertinya gadis ini memang benar-benar menyebalkan dan juga berisik! Mendengarkan Seulgi bernyanyi membuat hati Jimin tenang karena jujur suara Seulgi terdengar halus. Tapi sikapnya saat menampar pipinya tadi membuatnya kesal setengah mati dan juga malu karena ada beberapa orang yang melihatnya.
Dengan sengaja Jimin mematikan sound mobilnya dan menatap lurus ke arah jalanan tanpa merasa bersalah, Seulgi yang tengah asik bernyanyi terpaksa berhenti dan menatap horror lelaki yang sibuk menyetir itu. "Najis!"
"Gue mau lo batalin pernikahan ini, gimanapun caranya!" Ucap Jimin secara tiba-tiba, mereka berhenti dilampu merah tetapi lelaki yang tadi berbicara ini tak melirik ke arah Seulgi yang menatapnya bingung.
"Kenapa?" Tanya Seulgi dengan wajah bingungnya, saat lampu berubah menjadi hijau Jimin kembali menjalankan mobilnya. Seulgi berusaha menghangatkan tubuhnya karena hujan mulai turun, Jimin yang menyadari jika Seulgi kedinginan menyuruh gadis itu mengambil selimut di kursi belakang.
Alis Seulgi terangkat, "Emang ada?"
"Ada."
"Ngga ada, tadi pas gue duduk dibelakang ngga ada."
"Ada, ini mobil gue bukan mobil lo!" Jimin menatap Seulgi dengan tatapan yang sulit diartikan, "Gue ngga mau lo mtmati kedinginan!"
"Setan!" Seulgi kesal, dia berbalik mencari selimut yang Jimin maksud, setelah dapat dia langsung menghangatkan tubuhnya. Wangi selimut Jimin dapat menenangkan Seulgi, aromanya seperti bayi.
"Gue punya pacar dan gue bakal nikahin pacar gue."
[Fake Love]
"My baby!" Seulgi sedikit berteriak gemas saat lelaki dihadapannya ini ber-aegyo hanya demi sekotak susu yang dipegangnya. Kim Baekhyun, lelaki itu mendengus sebal saat mendengar Seulgi berteriak karena gemas dengan dirinya. Dia menutupi wajahnya yang ditataop gemas dari orang yang berada di kantin dengan telapak tangan, sementara tangan satunya merampas susu yang dipegang Seulgi.
"Tau gini mah ngga mau gue nitip beli susu ke lo!" Gerutu Baekyun sambil menusukkan sedotan lalu meminumnya.
Wajah tampan namun masih terlihat seperti bayi, postur tubuh yang tinggi dan jangan Lupakan otaknya yang pintar disegala bidang membuat Baekhyun memiliki banyak enggemar dari kalangan perempuan. Biasanya lelaki ini memang selalu tebar pesona kesana kemari, menggoda para perempuan namun entah mengapa hari ini justru Baekhyun meminta Seulgi untuk membelikannya susu stoberi.
"Ada masalah lo?" Tanya Irene yang datang dengan membawa mie ayam pesanan Seulgi dan juga bakso miliknya, sementara Wendy membeli siomay. Baekhyun mengganguk sebagai jawaban, dia terlihat sangat lesu.
"Proyek kerjasama gue batal," ucap Baekhyun dengan bibir yang cemberut, lelaki itu menatap satu persatu perempuan yang duduk dihadapannya. Wendy, gadis itu orang pertama yang shock bahkan hingga sedikit menggebrak meja.
"Kenapa?" Tanya Wendy pelan saat semua mata memandang ke arahnya,
"Ngga tau, katanya desainnya ngga menarik dan monoton." Lagi, Baekhyun mengeluh hingga tubuhnya lemas, menjatuhkan kepalanya ke meja. "Padahal gue udah ngerjain itu proyek selama hampir sebulan."
Baekhyun telah bekerja keras untuk proyeknya ini, bahkan demi proyek kerjasamanya itu Baekhyun jarang tidur dan meninggalkan beberapa pelajaran. Proyek untuk memperluas perusahaan yang diwariskan oleh ayahnya itu, perusahaan yang bergerak dibidang fashion.
Tangan Seulgi terulur untuk mengusap kepala Baekhyun berusaha memberi ketenangan kepada lelaki yang juga berparas cantik itu. Ah-- lelaki dihadapannya ini terlihat sempurna dimata Seulgi, bertalenta, pintar dan berparas sempurna.
"Udah ah jangan sedih lagi," Seulgi masih mengusap puncuk kepala Baekhyun sementara Wendy berpindah duduk disamping lelaki itu dan menepuk pundaknya.
"Gue bantu deh, nanti pulang sekolah gue liat desainnya." Kata Seulgi dan membuat Baekhyun mengangkat kepalanya dan tersenyum tapi hanya sebentar kemudian dia murung lagi dan menjatuhkan kepalanya diatas meja. Lagi.
Baekhyun mengercutkan bibirnya, "Percuma juga orang udah ditolak,"
Sambil meminum es dari sedotan,juga tersenyum kaku dan menggaruk belakang lehernya Seulgi berbicara, "O--oiya ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love [END]
General FictionKalian tahu apa hal yang paling dibenci oleh anak para pebisnis? Jawabannya adalah dijodohkan. Tidak memungkinkan jika di era yang modern ini anak pebisnis tidak akan dijodohkan, karena memang pada hakikatnya anak pebisnis harus menikah dengan anak...