[Who ?]

3.6K 155 10
                                    

Happy Reading♡
.
.
.
.
.

[Fake Love]


Semburan air dari mulut seorang gadis dengan piyama berwarna mustard itu memperlihatkan jika dirinya terkejut, sedikit kasar menyimpan gelas yang ada digenggamannya dan menoleh ke arah wanita yang duduk dengan elegan di meja makan. "Ngga usah kaget gitu lah," ucap sang wanita santai.

Bagaimana dirinya tidak terkejut saat ibunya mengatakan ingin menikahkan dirinya dengan anak dari temannya, gadis itu duduk di hadapan ibunya dan menatapnya datar. "Mamah serius?" Tanyanya memastikan

Sang ibu yang sedang asik mengupas apel untuk kemudian dipotong dadu itu mengangguk sebagai jawaban, memasukkan satu apel ke dalam mulutnya dan menatap serius anaknya itu. "Dan pernikahan kamu tanggal dua puluh,"

Uhuk

"Mamah bisa ngga sih kalo ngomong yang sekiranya bikin aku kaget ngeliat waktu, aku keselek mulu daritadi." Gerutu sang gadis kesal saat dirinya tadi sempat berlari untuk mengambil minum karena tersedak sast memakan apel. Ibunya ini memang sengaja membuatnya tersedak atau memang dirinya yang mudah tersedak?

"Ya kamunya aja lebay,"

Jung Seulgi, gadis itu menganga mendengar ucapan ibunya, "Untung emak.." gumamnya pelan dan memilih pergi meninggalkan ibunya tanpa mau mempertanyakan pernikahannya ini, toh percuma karena nanti dia mau tak mau harus menerimanya.

"I can hear you baby,"

"Yes mom, sorry."

Ini adalah ancaman bagi sebagian anak pebisnis, dijodohkan. Meskipun dunisudah semakin modern, ditambah dengan para orang-orang yang mulai menjalin kasih diusia yang terbilang sangat muda, sekolah dasar. Dan juga memberikan segalanya untuk sang kekasih.

Seulgi duduk di kursi dekat jendela, memandang ke arah luar rumahnya yang sepi. Seulgi itu orangnya berisik, dan lingkungan rumahnya sangat sepi membuat dirinya tidak nyaman. beberapa kali membuang nafasnya pelan yang terdengar putus asa, dia tidak mau dijodohkan tapi tidak bisa menolak kemauan kedua orang tuanya.

Dia tidak suka menolak perintah kedua orang tuanya. "Masa iya sih gue mo dijodohin!" Gerutunya sambil beberapa kali berteriak dibalik bantal yang dipangkunya.

Tadi ibunya datang ke kamar memberitahu jika malam akan ada pertemuan keluarga, gadis itu jadi berpikiran tentang lelaki yang akan menjadi pendamping hidupnya nanti. Apakah lelaki tua dengan rambut yang botak dibagian tengah, atau justru lelaki yang kurus dan terlihat cupu.

Kepalanya menggeleng berusaha mengusir pikiran negatif nya, mana mungkin ayah dan ibunya tega menikahkan anaknya dengan lelaki yang tidak benar, atau setidaknya lelaki yang dijodohkannya mendekati seleranya. Mungkin.

Seulgi membanting dirinya ke atas kasur berusaha untuk memejamkan matanya. Dirinya sudah pasrah dengan keputusan kedua orang tuanya itu, memilih berdoa yang terbaik untuk dirinya dan masa depannya.



[Fake Love]




"Astagaaa Mah," Seulgi mengeluh, menaikkan satu kakinya ke atas kasur sambil memakan roti selai coklat yang dibawa oleh ibunya. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit, "Ini masih soree, lagian juga masih pada beres-beres belom pada masak."

Ibunya datang dan membawakan roti juga susu untuk Seulgi, membangunkan gadis itu untuk pergi menghadiri pertemuan keluarga calon suaminya itu.

Fake Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang