[Kita Memang Tak Mungkin]

819 66 11
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
[Fake love]


Sungjae beberapa kali kedapatan menggeram kesal karena beberapa pekerjaan di mejanya, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat saat Yoongi menghubunginya lewat telepon intercom.

Lelaki itu berusaha untuk memedam amarahnya sebelum menemui Yoongi, perlahan dia bangkit dari kursinya dan mulai berjalan menuju ruangan Presdir yang kini diisi oleh lelaki berkulit putih pucat itu.

Sungjae merapikan pakaiannya sebelum mengetuk pintu ruangan, dan masuk membuka pintu dengan pelan saat pemilik ruangan mengijinkannya masuk. Yoongi meliriknya sekilas sebelum kembali memfokuskan dirinya pada berkas yang sedang di ada di tangannya itu.

Errr! Sungjae membenci tatapan mengintimidasi Yoongi! Karena mau seseram apapun tatapan Jimin, dia masih bisa menahannya karena wajah Jimin yang terkadang terlihat seperti anak kecil, juga karena memang lelaki itu mudah dibodohi olehnya.

Tetapi Yoongi, lelaki itu sepertinya terang-terangan membenci dirinya, entah apa yang membuat Yoongi membenci Sungjae. "Ada apa ya Pak?"

Yoongi menopang dagunya, matanya mengisyaratkan Sungjae untuk duduk dihadapannya. "Saya cuma mau tanya perihal uang sebesar seratus juta untuk pembangunan cafe milik KTH." Ujarnya tegas saat Sungjae berhasil mendudukan bokongnya pada kursi dihadapan Yoongi.

"Bukannya udah buat pembangunan?" Tanya Sungjae dengan bibir yang terangkat membentuk senyuman, dia hanya berusaha menutupi rasa gugupnya. "Lagipula bukan kah kafe KTH sudah selesai satu bulan yang lalu?"

Yoongi mengangguk dan menyadarkan tubuhnya, tangannya memainkan pulpen di atas meja. "Saya memeriksa keuangan selama satu tahun ke belakang, dan rasa rasa dana untuk pembangunan Kafe itu terasa mengganjal."

"Bapak nuduh saya yang ngambil?"

Yoongi mengangkat sebelah bibirnya, "Saya ngga ada ngomong gitu,"

"Ta--tapi omongan bapak seolah-olah saya yang korupsi."

"Jika kamu memang tidak mengambil uang itu, seharusnya kamu hanya perlu memberitahu saya kemana uang seratus juta itu pergi ... Misalnya dipakai untuk biaya tambahan pembangunan gitu...?"

[Fake Love]

Mina melihat ponselnya beberapa kali, lagi-lagi seseorang tak dikenalnya mengiriminya pesan. Kini pesan itu berisi foto pernikahan Jimin dan Seulgi, juga foto kebersamaan mereka.

Gadis itu langsung menutup ponselnya terkejut saat seseorang memasuki ruangannya, dia menyembunyikan ponselnya dibalik selimut. Bibirnya tersenyum ke arah seseorang yang baru masuk, "Udah mendingan?" Tanya Seokjin.

Lelaki itu selalu menyempatkan dirinya untuk menjenguk Mina, karena Kai dan Hoseok harus pergi bekerja juga Yoongi yang harus menyelesaikan masalah kantor Jimin. Mina mengangguk mendengar pertanyaan Seokjin, bibirnya berkedut gatal ingin bertanya tentang hubungan Jimin dan juga Seulgi.

"Kak?"

Seokjin menarik kursi agar lebih dekat dengan gadis itu, dia menatap lekat Mina yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa?"

"Menurut kakak mungkin ngga kalo seseorang yang bohong selama bertahun-tahun bakal jujur?"

Seokjin mengangkat satu alisnya, kemudian mengangguk. "Mungkin. Kamu... kenapa?"

Fake Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang