EMPATPULUHTUJUH

184K 6K 345
                                    

Alena menjatuhkan box makanan yang ia bawa sehingga semua isinya jatuh berserakan.

"Al-alena" ucap Devano kaget melebihi kagetnya Alena.

Tanpa menunggu penjelasan Devano Alena langung berlari dengan bibir yang bergetar karena menahan tangisnya.

Terlihat Devano mengejar tapi Alena sangat cepat berlari entah kenapa meskipun Alena memakai high heels Devano tak bisa menangkap Alena.

Alena masuk kedalam lift yang hendak turun tapi saat Devano tiba, lift nya sudah tertutup.

Alena menagan tangis nya dengan sekuat tenaga, ia malu jika harus menangis di dalam lift terlebih disana ada beberapa orang.

Ketika lift nya terbuka Alena buru-buru berlari, beberapa kali Alena menabrak orang tapi beruntung ketika ia sampai diluar ada taxi yang baru saja menurunkan penumpang sehingga Alena langsung masuk dan berlalu.

Alena menengok kebelakang dan terlihat ada Devano sedang celingukan seraya bertanya pada orang-orang diluar.

Alena tak bisa menahan tangisnya, ia mengis sesegukan di dalam taxi.

"Nona" .. panggil Driver taxi tersebut seraya memberikan tisu.

Alena mengambil nya dan terus menangis, hati nya begitu sakit dan kali ini hatinya benar-benar patah.

--- Devano pov ---

Aku sedang berada dalam ruanganku sekarang, hanya ada beberapa pekerjaan kecil karena sebagian telah ku selesaikan. Aku sengaja menyelesaikan pekerjaanku lebih awal agar aku bisa lebih bersantai, terlebih beberapa hari lagi aku dan Alena akan menikah.

Aku sedang memainkan Fidget Spinner pemberian Alena waktu aku ulang tahun kemarin.

"Mr. ada yang mencari anda?" Ucap Michele,sekretarisku.

"Suruh masuk" ucapku enteng, entah mengapa aku begitu bahagaia hari ini. Sampai-sampai tidak bertanya terlebih dahulu siapa yang datang atau ada perlu apa mereka datang.

Terdengar suara sepatu berdentum beradu dengan lantai dan aku masih memainkan Fidget Spinner nya hingga tidak melihat siapa yang datang.

"How are you Mr. Devano" ucapnya dengan nada angkuh, sontak aku melihat asal suara tersebut.

"Ma- Marsha" ucapku kaget, fidget spinner berwarna pink pemberian Alena yang sedari tadi ku mainkan terjatuh.

"Kenapa kau kaget seperti itu? Apa kau tidak merindukanku?" Ucapnya,Wanita yang memakai dress pendek berwarna biru dan ketat ini terus mendekati mejaku. Sebagian payudara nya mengembul keluar mungkin dulu aku menyukainya tapi sekarang malah membuatku tidak nyaman.

Aku buat ekspresi setenang mungkin,karea jika aku gugup Wanita Bajingan ini malah akan terus mempermainkanku.

"Kenapa? Uang-uang dari tua bangka yang lari bersamamu sudah habis?" Ucapku santai seraya tersenyum miring.

"Sudahlah jangan bahas itu lagi"
"Sekarang aku mau kita mulai hubungan dari awal lagi" ucapnya

"Kau masih punya malu bicara seperti itu?"
"3 tahun kau meninggalkanku,dan sekarang kau datang seakan tak bersalah? Dasar brengsek" aku benar-benar Emosi mendengar ucapannya yany seakan tak bersalah.

"Vano..."

"Jangan memanggilku seperti itu" sergahku seraya menunjuknya karena hanya Alena yang boleh memanggilku seperti itu.

--flashback on--
Sekilas ku ceritakan tentang aku dan Marsha, kira-kira sekitar 4 tahun lalu aku bertemu dengan nya di sebuah Club ternama di London.

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang