TUJUHPULUHSEMBILAN

136K 5.1K 307
                                    

Setelah cukup lama terbang, akhirnya pesawat yang Alena dan Devano tumpangi mendarat dengan selamat.

Bibir Alena takhenti tersenyum, entah kenapa Paris selalu membuatnya bahagia.

"Kenapa harus Paris?" Tanya Devano saat mereka memasuki mobil untuk ke Hotel.

Alena menggeleng seraya matanya tak berpaling memandang Menara Eifel yang bersinar dari balik jendela mobil.

"Aku selalu tertarik dengan Paris" balas Alena

"Jika kau harus milih, pilih aku atau Paris?" Devano bertanya konyol

"Pertanyaan macam apa itu?" Alena mengalihkan pandangannya menjadi menatap Devano.

"Yasudah jawab saja" balas Devano

"Aku memilih tinggal di Paris bersamamu" Alena tersenyum girang, ia kembali menatap luar jendela

Devano hanya tersenyum melihat tingkah Alena.

**

"Kita tidur dimana?" Tanya Alena, mereka masih didalam perjalanan.

"Di kasur" balas Devano

"Vanooo.. ih serius" rengek Alena

"Kan memang iya tidur di kasur" keukeuh Devano

"Tau ah bodo amat" balas Alena

"Lagian, dari tadi kau terus saja mengabaikanku"

"Siapa yang mengabaikanmu?" Tanya Alena

"Itu nengok jendela" balas Devano

Mendengar jawaban Devano, Alena langsung tertawa.
"Sama jedela aja cemburu hahaha" balas Alena

"Tau ah" Devano cemberut

"Yasudah sini-sini, aku peluk" balas Alena seraya merangkul Devano kemudian memeluknya.

**

Tak lama mereka sampai disebuah hotel yang cukup jauh dari menara eifel tidak seperti sebelumnya.

"Yuu" ajak Devano

Alena mengangguk, lalu turun dan berlalu mengikuti Devano. Setelah masuk, mereka di sambut hangat oleh para staf hotel tersebut.

Alena mengitarkan pandangannya, Hotel tersebut amat sangat nyaman menurut Alena, memang tidak terlalu besar, mungkin hanya 7 lantai tapi pemilihan interior yang sederhana, serta mayoritas dipasang lampu kuning disetiap sisi itu terasa menghangatkan.

"Kau suka ?" Tanya Devano serta tak lepas menggengam tangan Alena.

Alena mengangguk "seperti rumah sendiri" balas Alena, maksudnya karena Hotel tersebut terasa nyaman hingga Alena merasa seperti dirumah sendiri.

"Akupun begitu" Devano tersenyum

Kemudian mereka menasuki lift dan Devano memencet lantai 3. Tanpa banyak tanya, Alena senantiasa mengikuti Devano.

Tak lama, pintu lift terbuka, Devano dan Alena keluar dari lift dan berlalu memasuki sebuah pintu di antara pintu-pintu lain yang berjejer di lantai tersebut.

Seorang staf membukakan pintu, kemudian mempersilahkan Alena dan Devano masuk.

"Ini bukan vvip, tapi disini view nya paling indah" ucap Devano seraya membuka jendela yang menampakan menara eifel yang terlihat kecil karena cukup jauh tapi tetap sangat menawan.

"Terimakasih Devano" ucap Alena

"Jangan terus-terusan terimakasih, aku tidak melakukan apapun, sudah seharusnya aku membuatmu senang" balas Devano

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang