EMPATPULUHDELAPAN

174K 5.6K 177
                                    

Alena sedang berada di dalam perjalanan menuju bandara, air matanya masih mengalir dan Alena memilih mengenakan kaca mata hitam untuk menutupinya.

"Stop" ucap Alena, sontak Driver taxi berhenti mendadak

"Ada apa nona?" Tanya Driver tersebut.

"Putar balik,kita cari jalan lain" ucap Alena seraya terus memperhatikan orang-orang bertubuh kekar yang sedang menghentikan setiap taxi yang lewat bahkan ada beberapa polisi juga di sana.

Tentu Alena tau bahwa orang-orang tersebut adalah orang suruhan Devano, Alena mengenali beberapa di antara mereka karena Alena sering di ikuti mereka ketika Alena berjalan sendiri atau saat sedang bersama Devano.

Driver taxi tersebut menuruti Alena dan mencari jalan lain meskipun jarak ke bandara menjadi 2 kali lebih jauh Alena tidak peduli asalkan dia tidak bertemu dengan Devano.

Setelah 45 menit akhirnya Alena sampai di bandara, ia berjalan masuk dan langsung membeli tiket.

Alena melihat-lihat jadwal keberangkatan yang paling cepat waktu tercepat adalah Singapura hanya 30 menit lagi
"Tidak mungkin aku ke Singapura" batin Alena dan akhirnya Alena memilih New York karena itu yang tercepat setelah Singapura.

Sekitar 50 menit lagi keberangkatan London-New York, Alena duduk di kursi terdekat seraya sedikit memijat kakinya yang pegal karena tadi berlari menggunakan heels dan untung saat hendak berangkat,Alena telah menggantinya dengam Flat Shoes.

"Hatiku kembali salah memilih" batin Alena seraya merenung

"Tuhan memang baik, untung saja ia menujukan sifat Asli Devano sebelum aku menikah dengan nya" batin Alena terus berbicara.

Alena membuka tas nya dan mengeluarkan kopi instan yang selalu ia sediakan, Tangis Alena sudah mereda tapi mata nya masih sangat bengkak.

"Masih 30 menit lagi" gumam Alena seraya melirik jam yang melingkar di tangannya dan menyesap kopinya.

"Keputusanku sudah tepat"
"Ya.. aku yakin" ucap Alena meyakinkan hatinya yang ragu untuk pergi.

Alena beranjak dan memilih untuk menunggu di kursi keberangkatan.

Saat Alena hendak berjalan, tiba-tiba koper Alena ada yang menahannya.

"Kau..mau..kemana..Ale?" Dengan napas yang terengah-engah

"Dev-Devano?" Ucap Alena hampir tak terdengar,ia sungguh kaget karena Devano berhasil menemukannya.

"Aku tidak boleh lemah,aku tidak boleh menangis" batin Alena menguatkan dirinya sendiri.

"Kumohon maafkan aku" ucap Devano memohon.

"Aku sudah memaafkanmu, kau boleh pergi!" ucap Alena datar dengan memalingkan wajahnya, sebenarnya Alena tengah berjuang melawan air matanya yang terus memaksa keluar.

"Alenaa" panggil Devano seraya mendekatinya, sontak Alena mundur untuk menjaga jarak dengan Devano.

"Dengarkan penjelasanku" ucap Devano lembut, Alena masih enggan menatap Devano.

"Sayangnya aku lebih percaya dengan apa yang aku lihat" ucap Alena seraya tersenyum sarkastik.

"Alenaaa kumohon jangan pergi dan semuanya tidak seperti dengan apa yang kau lihat" ucap Devano dengan terus memohon, Alena melirik Devano dari balik kacamata hitam yang ia kenakan dan terlihat Devano juga menitikan air matanya.

"Air mata Buaya" batin Alena

"Sudah selesai?" Tanya Alena sinis, ini benar-benar bukan sifat Alena.

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang