LIMAPULUHTUJUH

247K 6.9K 743
                                    

Semilir angin meniup tubuh Devano yang hanya terbalut piyama tipis bergambar bulan bintang.

"Kau tidak mengantuk?" Tanya Alena tiba-tiba dan memecah keheningan.

Devano menggeleng "belum" seraya tersenyum singkat,kemudian tubuhnya kembali berbalik membelakangi Alena.

Alena menarik nafasnya dalam, ia mencoba mencari topik untuk berbicara dengan Devano perihal yang tadi di bicarakan yang menciptakan ketegangan seperti saat ini.

Devano memutar tubuhnya kembali dan menatap Alena yang tengah bediri di ambang pintu "kemari" panggil Devano, kemudian Alena mengahampiri Devano yang tengah berdiri di ujung balkon.

Devano menyambut kedatangan Alena dengan mendekapnya.
"Devano..?" Panggil Alena ragu

"Iya Ale?" Balas Devano dengan menatapnya seraya menyelipkan anak rambut yang jatuh di wajah Alena.

"Aku minta maaf" ucap Alena lirih,ia menundukan kepalanya tidak berani menatap Devano.

"Kau bicara dengaku?" Tanya Devano dan pertanyaan Devano membuat Alena menyerngitkan dahi nya karena bingung.

"Apa maksudmu?" Alena mengangkat wajahnyan dan balik bertanya

"Nah.. kalau kau sedang bicara denganku begitu" ucap Devano seraya tersenyum lebar
"Kalau kau nunduk,kesannya kau sedang berbicara dengan kakimu" sambung Devano

"Menyabalkan" sergah Alena dan pura-pura cemberut, padahal ia sedang berusaha menahan tawa nya.

"Uhh kau lucu sekali" goda Devano dengan mencubit kedua pipi Alena dan menggoyangkan nya ke kiri dan kanan

"Lepaskan" sergah Alena

"Alenaa..." panggil Devano,raut wajahnya berubah serius.

"Kenapa?" Tanya Alena

"Rasanya.." Devano menggantung kalimatnya

"Rasanya apa?" Tanya Alena semakin penasaran, ditambah raut wajah Devano yang serius dan tegah menatap tajam mata Alena membuat Alena takut.

"Rasanya aku.." Devano menggatung kalimatnya lagi

"Apa? Katakan yang benar?" ucap Alena semakin penasaran, Alena memablikan dirinya untuk memastikan sesuatu,tapi di belakang tubuh Alena tidak ada apa-apa.

Devano tak menjawab,ia malah semakin mengeratkan dekapannya.

"Devano.. katakan sesuatu" rengek Alena, ia benar-benat ketakutan.

Devano mendekatkan wajahnya seperti mau berbisik pada Alena.

"Rasanya aku sudah lama tidak membuatmu sesak nafas" bisik Devano tepat di telinga Alena, membuat aliran darah di tubuh Alena berhenti sejenak.

"Ap-apaan sih" balas Alena seraya mendorong tubuh Devano agar menjauh.

Entah mengapa Alena selalu gugup jika Devano nenggodanya seperti itu, padahal itu bukan pertama kalinya tapi Alena selalu merasa gugup.

"Kau tidak bisa mendorongku" ucap Devano dengan semakin mencengkram pinggang Alena yang sangat pas di tangan Devano.

"Devano.. aku mengantuk" ucap Alena, bermaksud agar Devano melepaskan nya.

Devano mengangkat alisnya dan tersenyum miring. "Begitu yaaa??" Tanya Devano

Alena menyerngitkan keningnya bingung sekaligus gugup karena Devano semakin mendekatinya.

Tangan Devano yang sedari tadi mencengkram pinggul Alena mulai meluruh dan beralih ke punggung Alena.

"Sepertinya sekarang aku bisa kabur" batin Alena

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang