LIMAPULUHSEMBILAN

206K 5.9K 285
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui celah tirai membuat Alena terbangung, Alena mengucek matanya beberapa kali, ia belum bergerak dari tempat tidur dan masih mencoba mengumpulkan kesadarannya. Setelah beberapa detik Alena tersadar, sebuah tangan besar tengah mendekapnya, Alena terperangah terlebih ketika ia menyadari bahwa ia tidak mengenakan pakaian, Alena memutar ingatannya malam tadi atas apa yang telah mereka lakukan.

"Bodoh kau Alena" rutuk Alena kepada dirinya sendiri.

Dengan hati-hati Alena mengangkat tangan Devano yang berada di atas tubuhnya kemudian Alena bergerak sedikit demi sedikit, menurutnya ia harus pergi sebelum Devano terbangun, dengan susah payah, akhirnya Alena dapat terlepas dari dekapan erat Devano.

Alena berjalan mengendap-endap menuju kamar mandi, setelah beberapa saat Alena keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih basah dan hanya di lilit handuk.

Alena membuka pintu kamar mandinya pelan
"Untunglah dia masih tertidur" ucap Alena ketika melihat Devano yang masih pulas.

Alena berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan sekarang dan tak ada sedikitpun niat Alena untuk membangunkan Devano, alasannya hanya satu yaitu Alena merasa malu dan gugup atas apa yang ia lakukan semalam dan tidak siap jika harus berhadapan dengan Devano.

"Kau sudah bangun"

Tiba-tiba suara Devano mengagetkan Alena, sontak Alena manjatuhkan pakaian yang telah di pilihnya.

"Su-sudah" balas Alena tanpa melihat ke arah Devano, ia tengah mengatur nafasnya yang tidak karuan.

"Alena.." panggil Devano

"I-iya" jawab Alena

"Berbaliklah" pinta Devano

Alena menarik nafasnya dalam-dalam kemudian ia berbalik dengan senyum yang sedikit ia paksakan.

"Kau kenapa?" Tanya Devano

"Ak-aku tidak apa-apa" balas Alena

"Kemarilah" ucap Devano seraya menepuk tempat di sebelahnya.

"Ak-aku mau ke kamar mandi dulu" balas Alena seraya berbalik dan berjalan dengam tergesa-gesa.

"Alena" panggil Devano lagi

Alena menghentikan langkahnya tanpa berbalik dan tanpa menjawab panggilan Devano.

"Kau mau berpakaian?" Tanya Devano lagi

Alena mengangguk

"Tapi kau tak bawa baju" balas Devano santai, padahal ia mengejek.

Alena melihat kedua tangannya yang kosong, kemudian berbalik dengan langkah cepat dan mengambil baju yang tadi ia jatuhkan di lantai, Alena kembali ke kamar mandi dengan langkah cepat.

Devano hanya tertawa kecil melihat Alena yang seakan salah tingkah.

Di kamar mandi, Alena buru-buru mengenakan pakaian yang tadi ia bawa.

"Ini kependekan" rutuk Alena melihat tampilan dirinya di Cermin. Sebuah dress berwarna putih yang melekat sempurna di tubuh Alena, dengan ukuran super pendek sehingga jika ia menungging, bokongnya akan kelihatan.

"Kenapa harus buru-buru sih Alena..." rutuknya lagi..

Tapi tidak ada pilihan lain, Alena sudah terlalu lama berada di kamar mandi dan ia harus segera keluar, jika tidak, mungkin Devano akan menganggapnya pingasan di kamar mandi.

Sebelum keluar, Alena menarik ujung dress nya agar lebih panjang.

"Sudah selesai?"

Baru saja sebelah kakinya keluar, Alena sudah di kagetkan dengan suara Devano.

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang