DELAPANPULUHDUA

136K 5.5K 456
                                    

"Ada apa?" Tanya Alena saat Devano menghampirinya

"Tidak apa-apa, hanya saja kau tidak boleh kecapean" balas Devano seraya tersenyum dan mengelus rambut Alena.

Alena mengangguk

"Albert.. mulai sekarang Alena tidak lagi bekerja di tempatmu" ucap Devano pada Albert

"Tidak apa-apa Devano, aku rasa aku bisa mengerjakan hal-hal kecil" ucap Alena

"Tidak.. kau tidak boleh bekerja" sergah Devano

"Sudahlah Alena.. turuti saja Devano, daripada nanti kantorku di bakar" ucap Albert

"Kalau perlu kuratakan dengan tanah" sambung Devano

"Tuh dengerin" ucap Shila seraya terkekeh

"Baiklah.." Alena menyerah.
"Aku boleh pulang sekarang?" Tanya Alena

"Boleh, tapi sebentar..." balas Devano, ia merogoh sakunya dan mengambil handphone.

"Jay sudah siap?" Tanya Devano pada Jay di sebrang telfon.

"...."

"Baik, kita segera kesana" ucap Devano, kemudian ia menutup telfonnya sepihak.

"Ada apa?" Tanya Alena

"Tidak apa-apa, tunggu sebentar biar ku ambil kursi roda" ucap Devano

Alena menahan tangan Devano yang hendak pergi "tidak usah, aku masih kuat jalan" ucap Alena

Devano menggenggam tangan Alena "biarkan aku memberikan yang terbaik untukmu" ucap Devano lembut

Alena mengangguk

"Aduuuhhh... ayah siaga bangeeet" goda Albert

"Kapan nikah?" Balas Devano

"Shilllll...." rengek Albert pada Shila, kemudian mereka tertawa.

Taklama, Devano datang dengan membawa kursi roda, Dengan sangat hati-hati, Devano membantu Alena turun dan segera menemui Jay untuk pulang.

"Ada apa ini banyak polisi?" Tanya Shila

"Ada pejabat yang sakit kali,atau ada kasus pembunuhan di Rumah sakit" balas Albert menduga-duga karena di sana sangat banyak polisi.

"Bukan kedua-duanya" balas Devano seraya tersenyum penuh arti.

"Terus ada apa?" Tanya Shila

"OMG.. KAU MEMBAWA POLISI SEBANYAK INI UNTUK MENGAWAL KALIAN PULANG?" sergah Albert

"Yaps.. betul" balas Devano

"Serius? Dikawal dengan 5 mobil polisi dan 7 polisi pake motor?" Tanya Shila

"Ya ampun.. ini udah kayak kunjungan Presiden" sergah Albert

"Sudah jangan berlebihan.." balas Devano seraya kembali mendorong kursi roda Alena.

"Yuu" ucap Devano seraya membantu Alena untuk masuk.

Mobil-mobil polisi mulai menyalakan sirinenya saat mereka hendak berangkat. Sebagian di depan mobil yanh ditumpangi Devano dan Alena, Sebagian mengikutinya.

"Vano..." panggil Alena

"Aku hanya ingin memberikan yang terbaik" ucap Devano

"Tapi--"

"Ale.. kau tau ? Hari ini akan ada Demonstrasi para pekerja, kata Dokter kau tidak boleh kelelahan, jalanan akan macet dan itu bisa membuatmu lelah atau bahkan stress, jadi percayalah, ini untuk kebaikan kita bersama" jelas Devano

Alena tersenyum "Terimakasih Devano.." ucap Alena

"Sudah seharusnya aku melakukakannya" balas Devano

***
Devano berniat untuk pulang kerumah orang tuanya, berhubung kedua Orangtua Devano sedang berada di luar Negeri, Jadi Devano memutuskan pulang ke kediaman mereka seperti biasanya.

"Alena.. sepertinya kita harus segera pindah rumah, kau bisa kelelahan jika harus naik setiap hari seperti ini" Ucap Devano

"Tidak apa-apa, terlalu diam juga gak bagus untuk ibu hamil, lagian kita kan naik lift bukan naik tangga, jadi gak akan cape" balas Alena seraya tersenyum.

**

"Kenapa?" Tanya Alena karena Devano hanya berdiri di ujung tangga.

"Kau akan kelelahan jika harus naik turun tangga setiap hari" ucap Devano
"Kita harus pake lift" sambungnya

"Yatuhan.. Devano, tidak usah aku tidak apa-apa" sergah Alena

"Kalau gitu.. kita pindah rumah, yang pake lift" Devano mengangguk-angukan kepalanya seperti meyakinkan dirinya sendiri.

"Gak usah, aku masih bisa jalan" ketus Alena seraya menaiki tangga.

"Ehhh Alena tunggu" panggil Devano seraya menyusul Alena

"Apaaa?" Balas Alena ketus seraya terus berjalan mengabaikan Devano

"Jangan cepat-cepat jalannya, kau bisa cape" ucap Devano

"Gak ngerasa cape tuh" balas Alena setelah selesai menaiki tangga, kemudian ia memasuki kamarnya.

"Alena..." panggil Devano, dengan nafas terengah-terengah Devano menggenggam tangan Alena.

"Kenapa?" Tanya Alena seraya duduk di tepi tempat tidur.

"Jangan ulangi lagi" ucap Devano lirih
"Aku khawatir" sambungnya.

"Aku benar-benar tidak apa-apa Devano" balas Alena

"Tapi tidak ada salahnya kita berhati-hati, ini untuk kebaikan kita semua" balas Devano, ia mengelus perut Alena yang masih rata.

"Yasudah.. maafkan aku.." ucap Alena lirih

Devano tersenyum, ia mengelus pipi Alena "aku yang minta maaf"

Alena terdiam

"Maaf Ale.." ucap Devano, ia menunduk.

"Maaf kenapa?" Tanya Alena

"Maaf aku tidak ada di sampingmu" Devano terisak

"Tidak apa-apa Devano, aku baik-baik saja" balas Alena, ia mengelus Devano.

Devano memeluk Alena, ia terisak dan menangis sesegukan.

"Sudah jangan nangis" ucap Alena, ia menenangkan Devano.

"Maaf.." ucap Devano lagi, tangisnya semakin keras.

"Aku yang hamil, kenapa Dia yang sensitif" batin Alena






__________________________________________________
Stuck :(

IMAGINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang