Dari review Arumdalu di Internet, restoran itu menyediakan makan malam dengan bahan dan teknik penyajian serba berkelas. Beberapa hidangan internasional, dan beberapa menu Yogya-Jawa Tengah yang direkonstruksi menjadi sajian fine dining, dengan deskripsi canggih semacam caramelized garlic dan turmeric with herbs, simmered with beef broth, topped withcrisp bean sprout, fried shallot and certified Japanese Kobe beef hanya untuk menjelaskan soto sapi.
Suasana restoran ramai namun tak terasa menyesakkan. Pelayan mondar-mandir melayani pengunjung yang datang. Langi-langit restoran yang tinggi dan pencahayaan yang hangat, serta dentingan piano yang dimainkan di salah satu sudut restauran membuat suasana restoran secara keseluruhan terasa khidmat.
Namun Emma duduk dengan kikuk di kursi. Makanan dihadapannya nyaris tak tertelan meski rasanya lezat. Rasanya dia ingin menginjak kaki Indra agar lelaki itu membawanya pergi dari sini dan menuntut penjelasan darinya.
Emma kembali melirik ke dua orang yang menjadi sumber keresahannya, Bapak dan Ibu Ibrahim Wiradilaga.
Mereka sudah duduk lebih dahulu saat Emma dan Indra tiba di restoran. Emma sempat menghentikan langkah, saat tahu meja yang ditujunya sudah ditempati oleh dua orang yang tahun lalu sempat wara-wiri di televisi dan berbagai media pemberitaan.
"Kita duduk di meja mana?" bisik Emma, sembari menahan lengan Indra.
"Di depan itu."
"Maksudmu, teman makan malam kita adalah Ibrahim dan Hanum Wiradilaga?" bisik Emma, lebih mendesak lagi.
Indra hanya mengangguk tanpa menjelaskan lebih lanjut. Emma punya sejuta pertanyaan di benaknya namun terpaksa tutup mulut karena Ibrahim dan Hanum sudah berdiri untuk menyambut kedatangan mereka.
Indra memperkenalkan Emma sebagai calon istrinya, dan kepada Emma, Indra memperkenalkan Ibrahim sebagai ayahnya, Hanum sebagai istri Ibrahim. Mata Emma terbelalak mendengar penjelasan Indra, namun berusaha mengendalikan diri, tersenyum manis sembari menjabat tangan Ibrahim dan Hanum.
Pembicaraan yang terjadi antara Ibrahim dan Indra berjalan sopan, namun berjarak, nyaris seperti orang yang baru pertama kali bertemu. Topiknya seputar profesi Indra sebagai pengacara dan Ibrahim yang merupakan mantan jaksa agung.
Itulah mengapa saat Rinaldi dan Sarah Wiradilaga diadili tahun lalu karena melakukan pembunuhan terhadap satu keluarga di Bandung, dengan total korban sebanyak lima orang termasuk seorang balita, persidangan mereka menjadi bahan perbincangan satu negara selama berminggu-minggu. Dua orang anak mantan pejabat tinggi yang duduk di kursi terdakwa untuk tuduhan seserius itu merupakan skandal besar. Semua masih ingat bagaimana kamera mengarah ke wajah Ibrahim dan Hanum, mengenakan baju putih-putih dan terpekur di bangku penonton pengadilan, duduk mendengarkan keputusan hakim, yang menghukum Sarah dan Rinaldi masing-masing dua puluh tahun penjara.
Emma termasuk yang mengikuti perkembangan kasus Sarah-Rinaldi. Bersama teman-teman kantornya, mereka berbagi cerita yang mungkin benar mungkin tidak tentang kasus tersebut. Motif sebenarnya mengapa Rinaldi dan Sarah melakukan pembunuhan tak pernah benar-benar terkuak, namun ada yang mengatakan karena masalah bisnis, masalah percintaan hingga narkoba. Emma ingat setiap makan siang, dia dan teman-temannya membicarakan kasus Sarah-Rinaldi dengan berapi-api, memperlakukannya seolah sumber gosip lezat. Mengulik setiap detail pribadi semua orang yang terlibat. Seperti kecelakaan yang terjadi di jalan tol, semua orang yang melewatinya selalu tak tahan untuk menoleh ke arah lokasi kecelakaan, dan bersyukur bukan mereka yang mengalaminya.
Kini, berhadapan dengan Ibrahim dan Hanum, membuat Emma menyadari bahwa mereka tak sekedar kasus di surat kabar atau berita di TV. Ibrahim dan Hanum terlihat jauh lebih tua dari yang Emma lihat di televisi tahun lalu. Kalau Ibrahim dan Hanum saja terlihat begitu terpengaruh, Emma tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Sarah, Rinaldi, atau keluarga korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segala Masa Lalu Kita
RomanceEmma, Indra dan pernikahan mereka yang sarat bencana. - Unwilling wife, reluctant husband, a perfect recipe for disastrous marriage.