Namanya Mantan

3.5K 226 23
                                    


Halaman Satu.

▪▪▪▪

Jakarta, 2017.

Seorang remaja laki-laki melenguh dengan pandangan bosan ke arah papan tulis. Di depan sana ada wanita tua berbadan gembul menjelaskan berbagai rumus matematika yang bahkan tidak satu pun di mengertinya. Merasa tidak tahan, remaja itu menoleh ke samping memandang dengan cengiran teman sebangku yang sepertinya juga sama bosanya denganya. Dimulai dengan teguran ringan, mereka berdua akhirnya larut dalam obrolan seru dan melupakan rasa bosan akibat suara lantang di depan sana.

"Sehun silahkan jawabanya."

Merasa di panggil, remaja tadi sontak menoleh. Wajahnya sarat akan kebingungan. Jawaban apa? Ia tidak mengerti.

"Iya bu? Ada apa?"

Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulutnya. Terkesan polos dan juga bodoh.

Yang memanggil tentu saja menggeram marah. Kentara sekali siswanya itu tidak mendengarkan materi sedari tadi. "Ngobrolin apa sama Kaisar. Sudah pintar kamu?" Bentak wanita paruh baya yang akrab di sapa bu Mitra itu. Dia seorang guru matematika sekaligus wali kelas hunian Sehun.

Sehun mengernyitkan dahi aneh. Berpura-pura tidak peka dengan maksud sindiran Bu Mitra padanya. "Maksudnya apa bu? Sedari tadi saya dengan khyusuk memerhatikan penjelasan ibu." Jawabnya tiba-tiba berubah formal, mengundang tawa mengikik seisi kelas.

"Oh ya? Kalau begitu coba kamu kerjakan soal ini." .

Mati sudah.

Sehun bungkam.

Sepertinya ia sudah salah ngomong. Laki-laki itu terdiam sejenak, kemudian kembali tersenyum kala sebuah ide muncul di kepalanya. "Bagaimana kalau Kai saja yang menjawab, bu. Dia yang dari tadi merusuhi saya bu." Tawarnya sembari menunjuk Kaisar-- laki-laki yang tadi ia ajak ngobrol. Salah satu sahabat karibnya.

Kaisar mendelik, kemudian menendang kaki Sehun keras. Perkataan tak masuk akal Sehun tadi membuatnya kesal bukan main. Sejak kapan ia merusuhi Sehun? Jelas-jelas Sehun lah yang memulai cerita padanya mengenai Golden State Warriors yang baru saja mengalahkan Cavaliers di kompetisi NBA kemarin dan sekarang laki-laki itu malah seenaknya memfitnahnya.

Teman kampret memang.

"Tenang saja saya masih punya banyak stok soal." Jelas bu Mitra seperti sudah hafal dengan pola licik siswa bandel seperti Sehun. "Ayo sekarang kamu dulu. Setelahnya baru teman seperjuangan kamu." Ucap bu Mitra final.

Sehun mendengus, tentu saja tawaranya ditolak mentah-mentah oleh bu Mitra. Wanita paruh baya itu memang tidak suka padanya. Karena malas mendebat, Sehun akhirnya menyerah. Dengan malas ia berjalan ke depan, bermodalkan secarik kertas berisi jawaban yang di sodorkan Baekhyun.

"Tuh bu, sudah kan?" Tukas Sehun, menunjuk pada papan berisi jawaban yang ia salin dari kertas tadi. "Jawab soal ginian doang mah gampang. Saya kan sudah bilang kalau saya mendengar dengan jelas materi yang ibu paparkan. Ibu sih nggak percayaan." Bualnya terlampau percaya diri.

Bu Mitra tersenyum mengulum, wanita paruh baya itu menepuk pelan bahu Sehun. "Bagus sekali, ayo beri tepuk tangan untuk Sehun."

Mendengar itu membuat Sehun besar kepala, ia kemudian tersenyum angkuh di depan kelas seiring dengan riuh tepukan teman sekelasnya. Sehun mengalihkan pandangan pada ketiga sahabatnya yang duduk di bangku bagian sudut kelas. Bibirnya bergerak membentuk kata terima kasih pada Baekhyun yang tersenyum penuh arti padanya.

 Bibirnya bergerak membentuk kata terima kasih pada Baekhyun yang tersenyum penuh arti padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Are My X !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang