Halaman Tiga Delapan.
▪▪▪▪
Setelah menyadari perkataanya Krystal memilih beranjak pergi, meninggalkan Sehun yang masih terpaku dengan di temani Irene.
"Hun kamu nggak apa-apa?" tanya Irene khawatir, menepuk punggung Sehun pelan. Sehun yang mulai tersadar pun, mulai menatap sosok Irene yang tersenyum di hadapanya itu. "Udahlah kamu nggak usah dengerin omongan Krystal dia emang-"
"Gue harap lo nggak bakal nyakitin Krystal kayak tadi lagi." Sehun berujar dingin, memotong perkataan Irene. Laki-laki itu memandang dalam dan menusuk pada sosok perempuan di hadapanya itu. "Gue lihat bekas cakaran di tangan Krystal, nggak ada orang disini selain lo sama Krystal. Dan gue cukup yakin Krystal nggak sebego itu ngelukain tanganya sendiri." Lanjut Sehun lagi.
Bias muka Irene berubah memerah, mendengar perkataan Sehun bahkan bahkan laki-laki itu menggunakan sebutan lo gue padanya. Ia tidak tahu, bahwa Sehun sadar tentang goresan di tangan Krystal. "Sehun itu bukan aku, aku mana berani nyakitin Krystal, hun. Kamu percaya kan sama aku?" Jelas Irene penuh harap. Wajahnya sarat akan kekhawatiran akan anggapan Sehun nantinya. Namun, ia tetap memaksa membentuk sebuah senyuman.
Sehun mendesah. "Gue ikutin dia dari tadi, dan nggak ada bekas luka ditanganya. Dan sekarang ada saat dia ketemu sama lo, rene."
Ucapan Sehun membuat senyum di wajah Irene luntur. "Maafin aku hu, itu-itu aku nggak sengaja." Jelas Irene tergagap. Wajahnya menunjukan rasa penyesalan, tanganya memegang lengan Sehun.
Sehun menggeser lenganya perlahan, menepis genggaman Irene. Ekspresi laki-laki itu masih seperti tadi datar, tidak ada emosi di wajahnya hanya datar. "Gue belain lo bukan karena lo bener Ren, gue belain lo karena gue nggak mau Krystal kehilangan lo karena sikapnya, satu lagi. Gue belain lo karena lo temen gue." Jelas Sehun akhirnya.
Penjelasan Sehun membuat Irene menunduk, wajahnya berubah merah begitu pun dengan matanya. Sehun yang melihat itu pun hanya bisa menghela nafas. "Gue nggak tahu apa yang terjadi antara lo berdua tadi, tapi gue harap lo nggak bakal nyakitin Krystal kayak tadi lagi. dan maaf kalau gue kasar kali ini." Ucap Sehun akhirnya sebelum beranjak pergi meninggalkan Irene yang tertunduk menahan tangis.
Setelah kepergian Sehun, Irene kembali mendongkak. Perempuan itu menghapus sisa air matanya kasar. Tanganya mengepal menahan emosi, baginya ini semua salah Krystal. Sikap Sehun padanya sekarang ini karena Krystal. Hubungan mereka bahkan sudah berakhir, tapi bagaimana bisa Sehun selalu memihak pada gadis itu, bahkan sedari dulu.
▪▪▪▪
Kejadian tadi benar-benar memberi dampak besar pada suasana hati Krystal. Kali ini perempuan berparas cantik itu memilih tidak masuk kelas dan berdiam diri di uks. Krystal menunduk, suasana uks yang sepi membuatnya melamun, kembali mengingat setiap perkataan Sehun tadi. Sungguh, sekuat apapun dirinya, tetap saja ia seorang perempuan. Ia punya hati, tentu saja ia merasakan sakit hati. Diantara semua orang, Krystal tidak menyangka bahwa Sehun lah yang memanggilnya dengan sebutan gampangan.
Tanpa sadar tetes demi tetes air mata pun jatuh. Dia menangis, seorang Krystal Aurora Prasaja menangis, untuk sekian kalinya karena orang yang sama. Perempuan itu susah payah membekap mulutnya, agar suara tangisanya tidak terdengar oleh orang lain yang mungkin saja melewati uks. Ia tidak tahu kenapa Sehun memperlakukanya seenaknya seperti ini. Ia juga bingung akan dirinya yang selalu mau saja di perlakukan seperti itu, bahkan berulang kali.
Satu setengah menit berlalu, dan tangisan Krystal mulai mereda. Pelan-pelan ia menghapus jejak air mata di pipinya. Merapikan diri, dan mulai merentangkan kakinya keatas kasur. Uks. Baru saja ingin membaringkan diri, suara keritan dari arah pintu, membuatnya memenoleh sebentar dari sela-sela gorden.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My X !
Teen FictionNote : Beberapa Chapter di Private!! WARNING!! Jangan ditiru/menjiplak karya ini. Terimakasih! Jakarta, 2015 " Dasar cowok sampah! Gue mau kita putus!!" Pekik Krystal Tepat di muka lawan bicaranya. Sehun, laki-laki itu tertawa remeh mendengar perkat...