Berteman

772 151 31
                                    

Halaman Empat Lima.

▪▪▪▪

Melongo? Itu yang Krystal lakukan sekarang. Perempuan bernama lengkap Krystal Ardani Prasaja itu menatap tidak percaya sosok Mark yang berdiri dihadapanya saat ini.

Tadi saat Krystal baru turun dari mobil Sehun, Mark langsung menarik tanganya. Membawanya masuk kedalam mobil laki-laki itu. Sehun? Jangan ditanya. Laki-laki itu tentu saja tidak tinggal diam. Dan berakhir dengan membuat kehebohan di tempat parkir. Namun, bukan Mark namanya jika tidak bersikap masa bodoh. Laki-laki itu malah langsung menancap gas menghiraukan protesan Krystal dan makian Sehun padanya.

Dan disinilah mereka berakhir. Berdiri didepan bangunan megah berhalaman luas dengan bau obat-obatan yang khas. Rumah sakit. Krystal tidak tahu kenapa Mark membawanya kesini. Tadinya ia ingin bertanya pada Mark, namun melihat laki-laki itu diam saja membuat Krystal mengurungkan niatnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia memang belum seberani itu pada Mark.

"Gue tahu lo pasti kaget sama tindakan gue tadi pagi. Sorry, tapi gue butuh bantuan lo sekarang."

Krystal menatap Mark yang akhirnya membuka suara setelah sekian lama. Yup tentu saja ia kaget. Siapa yang tidak kaget jika seorang laki-laki menarik paksa, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dan membawamu ketempat tak tertuduga seperti rumah sakit. Sedikit aneh bukan jika menjawab tidak? Tapi itulah yang keluar dari mulut Krystal.

"No, it's okay. Lo butuh bantuan apa btw?"

Tanpa menjawab Mark menarik tangan Krystal lagi, berjalan di sepanjang lorong rumah sakit dan berhenti pada sebuah pintu kamar inap pasien. Mark menoleh memandang Krystal. "Bu Yasmin ada di dalam, dia kena panick attack tadi pagi dan itu karena gue—" Mark diam sebentar, menarik nafas dalam sebelum berucap lagi. "Gue tahu lo masih nggak percaya sama perkataan gue dulu tentang bu Yasmin itu ibu tiri gue. Tapi itulah yang terjadi, dia ibu tiri gue."

Krystal diam saja, tidak merespon apapun. Hanya mendengar. Karena ia rasa itu yang dibutuhkan Mark saat ini. Sejujurnya, Krystal percaya dengan omongan Mark di perpustakaan waktu itu. Namun, setelah mendengar cerita laki-laki itu saat di atap. Saat itulah Krystal percaya dengan pengakuan Mark soal bu Yasmin adalah ibu tiri laki-laki itu.

"Gue—gue nyesel, tal. Kalau aja gue nggak bikin masalah dan berakhir berantem sama dia semua pasti nggak bakalan kayak gini. Papah nggak bakal semurka semalam. Gue nyesel karena selalu berpikir nggak, padahal gue tahu dia sayang sama gue. Gue selalu memusuhi dia hanya karena gue pikir dia ngerebut posisi mama. Gue nyesal karen udah bertindak childish kayak gini. Gara-gara gue, semuanya jadi kayak gini." Aduh Mark yang kini menunduk. Walau tidak ada air mata dari laki-laki itu. Krystal tahu bahwa Mark tulus dengan perkataanya.

Krystal menggenggam pergelangan tangan Mark lembut, menarik laki-laki itu untuk duduk di salah satu bangku yang ada disitu. "Hushh—" desis Krystal sembari menepuk punggung Mark lembut. "Jangan nyalahin diri kayak gini. Semua nggak bakal berubah kalau lo hanya berdiam diri dan menyesal." Ujar Krystal pelan.

Mark mendongkak menatap Krystal menanti perkataan selanjutnya yang akan keluar dari bibir perempuan itu. "Yang perlu lo lakuin sekarang adalah masuk ke dalam dan minta maaf. Buat bu Yasmin tahu kalau lo terima dengan kehadiranya." Nasehat Krystal lagi.

"Tapi—"

"Sekarang atau lo nyesal nantinya?" Potong Krystal. "Bukanya lo culik gue kesini buat nemenin lo minta maaf?" tanya Krystal yang kini tersenyum simpul.

Mark terdiam sebentar, laki-laki itu kembali menunduk sebelum akhirnya mengenggam tangan Krystal. "Temenin gue, oke?" Pintah laki-laki itu.

Krystal mengendik. "Sure." Ucap Krystal lagi sembari tersenyum pasti.

Senyum yang menenangkan bagi Mark.

▪▪▪▪

Krystal tersenyum simpul melihat rentetan notifikasi yang masuk di ponselnya. Ada sekitar 30 pesan dengan 17 missed call disana. Semuanya dari orang yang sama, Sehun Rafardan Aldrich. Sebagian besar isi pesan pun sama.

Lo dimana?

Bedanya adalah, semakin kebawah tanda tanya berganti dengan tanda seru begitupun hurufnya yang berubah menjadi huruf kapital semuanya. Membuat Krystal tidak punya pilihan lain selain membalas pesan Sehun jika tidak ingin laki-laki itu mengamuk padanya.

"Thanks buat tadi."

Krystal mendongkak menatap Mark yang duduk di hadapanya saat ini. Ah, untuk diketahui, mereka sedang berada di kafe sekarang. Setelah menemani Mark berdamai dengan Bu Yasmin dan berakhir dengan wali kelasnya itu mengomeli mereka berdua karena membolos akhirnya mereka memilih menghabiskan waktu di kafe yang Mark bilang ini kafe langganan laki-laki itu.

"Yup, sama-sama." Balas Krystal sembari tersenyum. "Gimana rasanya baikan sama ibu tiri lo? Lega kan?" tanya Krystal sembari meletakan ponselnya diatas meja.

Mark sendiri hanya tertawa mendengar pertanyaan Krystal. "Well, not bad lah." Jawab laki-laki itu santai.

Krystal tersenyum melihat Mark, laki-laki itu terlihat lebih baik dari sebelumnya. Krystal mencondongkan badanya kedepan sedikit mendekat kearah Mark. Menatap wajah laki-laki itu dengan seksama sebelum berucap. "Lo tahu nggak, lo kelihatan lebih ganteng kalau ketawa kayak gitu." Ucapnya santai, tidak sadar jika apa yang dilakukanya barusan memberi efek aneh pada laki-laki di hadapanya itu.

Mark sontak memberhentikan tawanya. Sebelah alisnya naik, menatap Krystal yang kini kembali menyender di sandaran kursi dengan wajah tersenyumnya. "Lo tahu nggak kalau senyum lo itu bisa bikin orang lain jatuh cinta?" Ucap Mark yang langsung membuat Krystal bungkam. Perempuan itu melongo, tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

"Mark lo—"

"Tenang aja, gue nggak suka sama lo kok. Kalau itu yang lo khawatirin." Potong Mark langsung. Mark cukup sadar akan penolakan Krystal saat melihat respon yang diberikan perempuan itu. Apalagi setelah perkataanya ini, Krystal menghela nafas lega. Itu sudah cukup membuktikan kalau perempuan dihadapanya ini tidak mengharapkan perasaanya. Mark cukup mengerti itu.

"Well, gimana lo sama Sehun?" tanya Mark lagi.

"Hah?"

"Gue lihat kalian jadi lebih akur sekarang." Mark memberi jeda sebentar sembari menyesap kopinya sedikit. "Gue tahu kalian mantanan, dan gue rasa satu sekolah tahu itu." Mark menatap Krystal tepat di netra kecokelatan perempuan itu. "Jadi gimana, lo balikan?" tanya Mark langsung yang membuat Krystal otomatis tersedak akibat kaget.

"Lo ngomong apasi. Balikan apanya, kita nggak balikan. Yakali gue balikan sama si cadel." Balas Krystal cepat. Perempuan itu terlihat tak karuan akibat pertanyaan Mark.

Mark sendiri hanya tertawa pelan melihat reaksi berlebihan Krystal. "Yaudah kalau gitu." Balas Mark. "Btw, Krystal?"

"Hm?"

Mark menggeser bangkunya sedikit maju kedepan. Memandang Krystal pasti. "Mau jadi teman gue?"

Krystal mengeryit heran karena pertanyaan Mark barusan. Bukankah selama ini mereka memang berteman? Apa dirinya saja yang menganggap begitu. "Kita emang temenan kan selama ini?" Krystal bertanya balik.

Mark menggeleng merespon pertanyaan Krystal. "Yup, I mean, teman yang sebenarnya. Yang bisa becanda bareng, berbagi cerita atau mungkin yang bisa lo ajak ke kantin bareng. Kayak lo dan Seulgi." Jelas Mark.

Krystal tertawa mendengar penuturan Mark yang terlampau lucu untuknya. Sungguh Krystal tidak menyangka kalau Mark se lugu ini.

Sebagai jawaban dari Mark, Krystal akhirnya mengangguk mantap, kemudian menyodorkan kelingkingnya pada Mark. "Yaudah kalau gitu berteman?" ucap Krystal menawarkan.

Mark terdiam sebentar,sebelum akhirnya mengangguk dengan senyum yang melekat di wajahnya. "Hm, berteman." Ucap laki-laki yang tidak mengalihkan pandanganya dari Krystal itu.

To Be Continued.




Jangan jadi sider ya. Being a sider doesn't cool at all bebs.

Jangan lupa tinggalkan jejak, and see ya!!

With love Aurora🌼

You Are My X !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang