Si Pemilik Topeng

971 161 59
                                    


Halaman Dua Enam.

"Kamu kenapa? Kok nggak dimakan, makananya." Sehun memandang sosok Irene yang duduk dihadapanya. Keduanya kini tengah berada di kantin. Tepat setelah bel istirahat tadi Irene menyusulnya di uks dan mengajaknya untuk ke kantin bersama.

Sehun tersenyum tipis. "Ngak apa-apa.Lagi nggak nafsu makan aja."

Tentu saja Irene tidak langsung percaya dengan jawaban Sehun barusan. Bagaimana bisa laki-laki itu berkata baik-baik saja saat ekspresi wajahnya menunjukan sebaliknya. Irene meneliti wajah Sehun dengan seksama, membaca raut wajah laki-laki itu. "Kamu yakin nggak apa-apa?" tanyanya ragu, lalu menyentuh permukaan telapak tangan Sehun yang berada di atas meja. "Kalau ada masalah, cerita aja sama aku. Mungkin aku bisa bantu." Ujarnya meyakinkan.

Sehun tersenyum tipis, sedikit tersentuh dengan sikap perempuan dihadapanya itu. "Nggak apa-apa kok." Ujarnya lagi yang kemudian mendapat anggukan mengerti dari Irene.

Sehun sebenarnya bisa saja menceritakan masalahnya dengan Krystal pada Irene. Namun, ia tidak mau hal itu malah membuat Krystal semakin menjauh darinya. Ia tahu betul bagaimana Krystal begitu tidak menyukai Irene, yang entah karena alasan apa. Pernah sehun berpikir untuk bertanya langsung pada Irene, namun sifat lemah lembut gadis itu membuat Sehun mengurungkan niatnya. Ia takut Irene tersinggung dengan pertanyaanya.

Sehun melirik Irene sebentar. Perempuan itu terlihat sangat bersemangat menikmati makananya, dengan sebelah tanganya masih memegang punggung tangan Sehun. Sehun tersenyum tipis, kemudian mendongkak mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Seperti biasa, suasana kantin akan selalu ramai dan gaduh setiap jam istirahat.

Tidak sengaja netranya bertemu pandang dengan netra kecokelatan milik Krystal. Perempuan itu terlihat dua kali lipat lebih dingin dari biasanya.

Refleks Sehun menarik kembali tanganya dari genggaman Irene, dan menyembunyikanya dibawah meja. Entah kenapa, ia takut Krystal akan salah paham melihat itu.

Irene yang kaget dengan gerakan refleks Sehun pun ikut menoleh ke belakang, kearah Sehun memandang. Perempuan itu mendesah berat saat tahu alasan dari sikap Sehun barusan. Di sana, di baris ketiga dari belakangnya ada Krystal duduk menikmati makananya.

Irene kembali menoleh, memandang Sehun yang seolah enggan melepas pandangan dari sosok Krystal. "Hun." Panggilnya berusaha mendapatkan perhatian laki-laki itu. Namun nihil, Sehun bahkan hanya berdehem ria membalas panggilanya tanpa menoleh sedikit pun.

Masih tak menyerah, Irene kembali bertanya. "Kamu lagi ada masalah sama Krystal?" Irene sedikit mendesah kasar mendapati respon Sehun yang langsung memandangnya saat ia menyebutkan nama Krystal.

"Nggak kok." Balas Sehun singkat. Laki-laki itu hanya melempar senyum seperti biasanya.

"Udahlah nggak usah bohong, kelihatan kok dari muka kamu sekarang."

Sehun tidak tahu harus merespon apa. Ia hanya bisa tersenyum canggung memandang Irene.

"Tuh kan. Udah aku duga, kamu apain Krystal?" tanya Irene dengan nada kesal. Matanya membulat, memandang Sehun dengan ekspresi garang.

Sehun menggeleng keras, melihat respon Irene. "Nggak aku apa-apain kok. Dia cuma salah paham aja." Kilahnya, takut akan di ceramahi oleh perempuan itu. Biar bagaimana pun Sehun tahu, Irene dulu bersahabat dengan Krystal, ya walaupun sekarang hubungan mereka sedikit berbeda.

"Pasti kamu jahilin lagi kan, udah dibilangin nggak boleh gitu juga!" Bibir Irene semakin mengerucut, prempuan itu memandang sebal Sehun. "Udah kamu diem disini biar aku aja yang ngomong sama Krystal." Tegas Irene hendak bangun dari duduknya.

You Are My X !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang