Dia dan Mereka

1K 153 28
                                    


Halaman Tiga Belas

▪▪▪▪

"Lo kenapa sih njing dari tadi nggak bisa diem." Kai berceletuk jengah melihat tingkah Sehun yang sedari bel masuk tadi terus saja menghela nafas kasar, dan kadang menggoyangkan badanya bak cacing kepanasan. "Lo kenapa bangsat, ambeien?" tanya Kai sekali lagi mulai geram karena Sehun terus mengabaikan pertanyaanya.

"Brisik anjing." Chanyeol yang mulai tidak tahan dengan keributan yang diciptakan Kai pun berbalik menatap tajam kedua orang yang duduk di belakangnya itu. "Tau, di seret ke BK aja nyaho lo berdua." Tutur Baekhyun kini turut berbalik menghardik dua orang itu, Kai dan Sehun.

"Bacot, ada juga lo berdua yang bikin kita diseret ke BK." Sehun membuka suara, ia mendengus menatap Baekhyun dan Chanyeol. "Udah sana noleh depan." Serunya lagi sambil menendang bangku Chanyeol menimbulkan suara ribut yang mengundang tatapan tajam dari Pak Rahmat pria paruh baya, berbadan pendek, berkacamata tebal yang mengajar sosiologi di kelas.

"Itu geng berandalan di belakang, sehari saja tidak membuat ulah tidak bisa?!" Bentak pak Rahmat.

Berandalan, panggilan yang Pak Rahmat sematkan pada mereka berempat. Awalnya mereka protes, bagaimana bisa wajah tampan nan berwibawa mereka disamakan dengan berandalan. Sungguh tidak masuk akal. Namun lama kelamaan mereka akhirnya terbiasa dengan panggilan itu.

"Udah pak usir aja kita keluar." Sehun berceletuk asal. Ia bahkan masa bodoh dengan berbagai makian yang di lontarkan Kai, Chanyeol dan Baekhyun padanya.

Entah apa yang ada di pikiranya sehingga berani membantah pak Rahmat, yang Sehun tahu saat ini ia butuh waktu untuk berpikir tentang kejadian memalukanya tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah apa yang ada di pikiranya sehingga berani membantah pak Rahmat, yang Sehun tahu saat ini ia butuh waktu untuk berpikir tentang kejadian memalukanya tadi. Bagaimana bisa ia berkata seperti itu kepada Krystal, bagaimana jika perempuan itu menjadi besar kepala karena perkataanya tadi. Hancur sudah harga dirinya. Otaknya bahkan terus memutar kejadian tadi tanpa henti.

"Oh, kalian mau saya usir dari kelas. Begitu?!" Bentak Pak Rahmat membuat suasana kelas menegang, dan memaksa Sehun kembali sadar dari lamunanya barusan. Walaupun bertubuh kecil pak Rahmat itu terkenal tegas pada anak didiknya. Dia tidak meggunakan kekerasan atau hukuman berat untuk menghukum yang bersalah, melainkan melalui nilai. Pria tua itu tidak segan-segan memberi nilai E pada orang-orang bermasalah.

"Mampus anjing, minta maaf lo buruan." Sehun menatap malas Kai yang baru saja menyenggol, lebih tepatnya menabok lenganya kuat. "Buruan si babi, gue nggak mau dapet E." Paksa Kai lagi.

Sehun mendengus, ia mengangkat kepalanya menatap kedepan, ketempat pak Rahmat berdiri. "Bukan gitu pak, saya sebenarnya nggak mau keluar, malahan saya betah banget disini, cuma yah kasihan teman-teman, mereka pada nggak suka sama saya pak. Jadinya nggak konsen sama pelajaran bapak." Ucapan Sehun mengundang suara protes beserta tatapan sebal seisi kelas padanya. Namun tentu saja di hiraukan olehnya, terusik pun tidak.

"Diam!" Teriak pak Rahmat. Suasana kembali hening, tidak ada yang berani membuka suara lagi kali ini. "Dan kamu, ikut saya keruangan." Tunjuknya pada Sehun, membuat laki-laki itu mendengus sebal. Bukan, bukan ini yang ia inginkan, ia mau dikeluarkan dari kelas bukan malah mendengar siraman kalbu dari pak Rahmat.

You Are My X !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang