Sebuah Cerita

971 157 49
                                    


Halam Dua Tujuh

▪▪▪▪

"Thanks ya, buat tadi." Ujar Krystal, menoleh pada Mark yang duduk menyender disampingya. Setelah kejadian memalukan di kantin tadi, Mark langsung menarik Krystal pergi dan membawanya ke atap sekolah. "Gue nggak tahu bakal semalu apa gue kalo lo nggak dateng tadi."

Mark sendiri diam saja, ia bertingkah seolah sedang tidur. Tapi Krystal tahu laki-laki itu sedang mendengarkanya saat ini.

"Gue punya satu cerita, miris banget. Mau dengar nggak?" tanya Krystal, perempuan itu kembali menoleh menatap Mark yang masih saja memejamkan mata, dan menghiraukan perkataanya. "Okedeh, gue mulai ceritanya ya." Ucap Krystal lagi menghiraukan sikap cuek Mark padanya.

Krystal kembali menghadapkan diri kedepan. Ikut menyender pada tembok seperti yang dilakukan Mark. "Ada satu cewek. Dia punya pacar—" Mulainya. Sedikit ia melirik kearah Mark yang sepertinya masa bodoh dengan ceritanya. Namun Krystal tidak peduli akan hal itu, suasana tenang saat itu membuatnya ingin meluapkan isi hatinya. Sekalipun itu pada pria dingin seperti Mark.

"Dia sayang banget sama pacarnya itu. Tapi satu hari dia ngeliat pacarnya ciuman sama sahabatnya sendiri, tepat saat dia mau nganterin sahabatnya yang bakal pergi keluar negeri." Lanjut Krystal lagi, sedikit memberi jeda membiarkan memori masa lalu bermain di otaknya

Mark perlahan membuka mata, melirik Krystal melalui ekor matanya.

Krystal tertawa hambar. "Padahal hari itu, cewek bodoh itu bela-belain pulang duluan dari upacara kematian ayahnya cuma buat nganterin sahabatnya itu. Eh yang di dapetin malah gitu." Krystal menoleh memandang Mark. "Miris ya." Ucapnya sambil tertawa hambar.

Mark sendiri hanya diam saja, meneliti Krystal sebentar. Perempuan itu tertawa dengan mata yang sendu.

Mark menarik nafas pelan."Mau dengar cerita yang lebih miris?" tanya Mark.

Krystal memandang Mark dalam diam, menunggu cerita laki-laki itu.

"Ada satu keluarga. Satu pasang orang tua sama satu anak cowok." Cerita mark. Krystal terkekeh sedikit, mendegar awal dari cerita barusan. Kemudian diam lagi saat Mark kembali bersuara. "Keluarga mereka bahagia banget, sampai suatu hari istri dari keluarga itu meninggal. Anaknya yang sayang banget sama ibunya pun nggak bisa nerima kenyataan itu. Saking nggak bisa terimanya, dia sampe nggak mau ada yang gantiin posisi ibunya."

Mark diam sebentar. Laki-laki itu memejamkan matanya. "Tapi, lo tahu apa yang terjadi? Ada sosok lain yang masuk kerumah mereka. Sosok yang sekarang gantiin posisi ibunya, istri ayahnya yang otomatis jadi ibu tirinya juga."

Mark diam, menarik nafas kemudian menghembuskanya kasar. "Dan lo tahu apa yang lebih miris?"

Krystal memandang Mark yang memandang lurus kedepan.

"Ibu tirinya itu sekarang jadi wali kelasnya dia." Ucap Mark akhirnya.

Tatapan mata Krystalsontak berubah menjadi tatapan iba. Entah kenapa ia merasa cerita barusan merupakan cerita Mark. Krystal yakin, pasti tidak mudah untuk Mark berbagi cerita ini pada orang lain.

"Nggak usah ngeliatin gue gitu. Itu bukan gue." Ucap Mark tanpa memandang Krystal.

Krystal mengangguk cepat mendengar perkataan Mark barusan. "Gue anak yatim. Papa gue meninggal pas gue masih kelas dua SD." Krystal kembali bercerita. Mendengar cerita Mark barusan membuatnya ingin sedikit menghibur laki-laki itu.

" Waktu itu Jaehyu masih kelas satu. Masih kecil. Kita punya memori yang dikit banget soal papa. Kadang kita suka iri sama anak-anak lain yang tiap ada acara sekolah orang tuanya lengkap. Saking irinya kita sampe maksa mama buat nikah lagi, kita pengen ngerasain punya papa kayak yang lain."

You Are My X !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang