Halaman Dua Delapan.▪ ▪ ▪ ▪
Tidak ada yang bersuara diruangan itu, kecanggungan melanda sepasang remaja itu. Sehun menggaruk tengkuk lehernya dengan gugup, matanya sedikit melirik kearah Krystal yang sibuk mengutak-atik kotak obat di hadapanya. Sehun tahu Krystal juga pasti merasa canggung denganya saat ini. Apalagi sejak kejadian tadi, gadis itu bahkan belum membuka suara sedikit pun.
"Ekhhm." Sehun berdeham, mencoba menarik atensi Krystal, namun reaksi perempuan itu biasa saja. Krystal hanya meliriknya sebentar, dan berlanjut dengan membersihkan luka di sudut bibir Sehun tanpa repot-repot merespon dehaman laki-laki itu.
"Nong." Tegur Sehun lagi dengan nada mengejek. Seperti yang diharapkan, seorang Krystal memang tidak tahan jika di ejek olehnya. Buktinya saja kini perempuan itu menatapnya dengan tatapan sinis khas seorang Krystal.
Sehun terkekeh pelan melihat respon Krystal. "Lo nggak ada yang mau ditanyain ke gue?" tanya Sehun dengan nada ragu.
"Apaan?" Krystal bertanya balik. Layaknya Sehun, Krystal juga sebenarnya canggung dengan keadaan sekarang ini. Jika bisa, ia ingin pergi dari ruangan itu sesegera mungkin. Susah payah ia mengatur ekspresinya untuk terlihat tenang dan biasa aja.
Sehun mendongkak memandang wajah serius Krystal. Posisinya yang duduk serta Krystal yang berdiri membuatnya harus mengangkat sedikit kepalanya. "Soal Irene tadi." Ucap Sehun menggantung, matanya menangkap wajah memerah milik Krystal membuatnya tersenyum tanpa sadar. "Lo nggak mau nanya kenapa gue lebih milih di obatin lo ketimbang Irene?" Lanjut Sehun lagi.
Krystal berdeham, perempuan itu gugup, rasa panas menjalar di wajahnya. Perempuan itu sedikit bergeser kesamping menteskan betadine ke kapas, mencoba menghindar dari tatapan Sehun padanya. "Gue nggak peduli, mau lo milih gue atau Irene, atau siapapun, gue nggak peduli. Nggak penting juga buat gue."
Kali ini krystal berkata jujur, ia mungkin sedikit ingin tahu. Tapi kalo dipikir-pikir untuk apa penasaran, toh ini juga hanya tentang siapa yang mengobati siapa, walaupun tadi ia sedikit senang saat Sehun menarik tanganya dan pergi meninggalkan Irene. Bagian yang paling menarik bagi Krystal adalah saat melihat wajah Irene yang memerah karena menahan marah dan malu tadi.
Sehun mendesah remeh mendengar jawaban Krystal, laki-laki itu menarik pergelangan tangan Krystal menghadapkan tubuh perempuan itu padanya. "Karena gue butuh waktu berduaan sama lo, tanpa ada satu orang pun yang ganggu." ucap Sehun pelan. Sehun tidak peduli jika Krystal tidak penasaran dengan tingkahnya tadi. Ia hanya ingin perempuan itu mendengar alasanya, itu saja. Kalaupun Krystal menganggap hal itu tidak penting, ya terserah. Yang penting ia sudah menyampaikan isi hatinya.
Tiga detik Krystal terpaku mendengar ucapan Sehun, namun cepat-cepat ia mengembalikan kesadaranya, memperingati dirinya dalam hati untuk tidak terlena dengan tingkah maupun ucapan Sehun lagi. Perlahan perempuan itu menarik kembali tanganya dari genggaman Sehun.
"Terserah apa kata lo aja." tanggap Krystal cuek. Tanganya bergerak membereskan kotak P3K yang ia pake untuk mengobati luka Sehun tadi.
"Temenin gue disini ya, klee." celetuk Sehun dengan nada memelas, seolah tidak peduli dengan respon dingin Krystal barusan.
Krystal mencebik sebal memandang Sehun, sedang yang dipandang hanya tersenyum senang. Walaupun Krystal tidak mengiyakan permintaanya, namun Sehun tahu Krystal mau menuruti permintaanya kali ini. Hanya saja gengsi gadis itu terlalu tinggi untuk sekedar berkata iya.
▪ ▪ ▪ ▪
Irene berjalan menghentak menuju kelas, wajahnya memerah menahan marah. Penolakan Sehun tadi cukup melukai harga dirinya. Bagaiamana bisa Sehun bersikap seperti itu padanya di depan Krystal. Sedangkan tadi laki-laki itu bersikap seolah membelanya di kantin.
"Akhh-" Irene merintih sembari memegang sebelah pundaknya. "Sialan, kalo jalan tu pake-" baru saja hendak memaki orang yang berani menabraknya hingga terdorong tadi, namun niatnya di urungkan saat tahu siapa sosok yang menabraknya.
"Seulgi." Nada bicara Irene berubah lembut, sebuah senyuman terbit di wajahnya.
Seulgi berdeham remeh. "Nggak usah gitu sama gue ren, gue bukan orang yang baru kenal sama lo." Ucap Seulgi sarkas.
"Gi, gue nggak tahu apa yang Krystal certain sama lo tentang gue selama ini, yang jelas gue cuma mau bilang ini semua salah paham, lo nggak seharusnya denger cerita sebelah pihak dari Krystal aja gi, gue juga sahabat lo, gue nggak tahu apa yang udah krystal certain ke lo sampe lo ikutan benci sama gue." Ucap Irene dengan nada sendu, genangan air mata membendung di kelopak matanya.
Tawa seulgi memecah, melihat aksi Irene barusan. "Yaampun ren, nggak usah acting depan gue, gue kenal lo lama say." Celetuknya, menepuk pundak Irene pelan. "gue kesini bukan mau liat air mata buaya lo, gue kesini mau kasih peringatan ke lo." Seulgi sedikit mencondongkan badanya kedepan, mendekatkan wajahnya ketelinga Irene. "jangan pernah ganggu krystal, kalo nggak mau masa SMA lo surem beb, oke." Peringat seulgi, perempuan itu mengedipkan sebelah matanya pada Irene sebelum berjalan pergi.
Jangan tanya bagaimana reaksi Irene, wajah gadis itu kian memerah, tanganya mengepal menahan emosi."Sialan." makinya pelan.
To Be Continued.
Hallo, aku balik. Gila, aku hiatus lama amat ya, sebulanan lebih nggak sih? Maaf ya:( bulan kemarin jadwal full sama kkn jadi kayak agak sulit bagi waktu. Konsentrasi kebagi,aku harap masih ada yang sabar nunggu kelanjutan cerita ini. ❣
Salam Aurora🌼💙
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My X !
Teen FictionNote : Beberapa Chapter di Private!! WARNING!! Jangan ditiru/menjiplak karya ini. Terimakasih! Jakarta, 2015 " Dasar cowok sampah! Gue mau kita putus!!" Pekik Krystal Tepat di muka lawan bicaranya. Sehun, laki-laki itu tertawa remeh mendengar perkat...