Prologue

13.9K 680 11
                                    

Si Brengsek itu berulah lagi!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Brengsek itu berulah lagi!

Aku membanting tasku dengan bunyi keras, menghalau suara tangis Melanie yang makin kencang. Umur kami berbeda lima tahun, aku lebih muda darinya, namun ia, justru lebih konyol daripada aku. Si patah hati, si melakonlis, yang celakanya malah terjebak dengan bajingan bernama Matthew Eldrn.

Melanie sesenggukan di sofa, menghabisi beberapa kotak tisu. "Reene ... kumohon ... aku ..."

"Apa yang lebih buruk dari ini?! Apa kau mau bilang bahwa Matt-mu itu tetap pangeran?! Dia berselingkuh dengan si Bettie, pelayan tinggal di hunian sebelah, dia menghabiskan uangmu, selalu merengek padamu, dan bahkan dia ..." Aku terkesiap, ketika membuka laci di dalam lemariku, berbalik pada Melanie. "Cukup berani untuk menghabiskan uangku—" Aku membanting laci tadi hingga Melanie terkesiap. "Si Brengsek itu memang ingin mati!"

"Bagaimana—"

"Yah! Itu karena kau terlalu baik padanya!" Amarahku sudah sampai ubun-ubun. Dengan kasar, aku menendang laci yang tidak berisi apapun lagi, bahkan seperak pun tidak ada. Manusia sialan itu ... "Kau masih berani bilang dia mencintaimu?!"

Melanie menatapku dengan matanya yang sembab. "Ini ... mungkin salah paham. Aku tahu Matt memang brengsek tapi mana mungkin dia berani, dia tidak mungkin sampai mencuri uangmu juga. Dia mungkin menyebalkan tapi ini tidak mungkin," kakaku tercinta itu malah meraung-raung di sofa. "Dia tidak mungkin!"

"Aku tidak habis pikir."

"Reene ..." ia setengah sesenggukan. "Maaf."

Aku bergerak membuka lemariku lagi, menghembuskan napas berkali-kali. Itu adalah uang yang aku hasilkan dari keringatku sendiri, selama dua tahun belakangan. Si sial—"Kenapa pula kalungku?" Kali ini aku benar-benar mengerang keras, mengeluarkan seluruh gantungan bajuku dan melemparkan beberapa setelan dengan wajah memerah. "Dia—"

"Reene!"

"Dia benar-benar ingin mati!" Aku cepat meraih ponselku, menekan nomor Matt dengan amarah masih berkecamuk. Kalau sampai aku melihat wajahnya sekali lagi—aku takkan menahan dorongan untuk menonjoknya sampai memar. "Sial!" Teleponnya bahkan tidak terhubung sama sekali.

Melanie pun bangkit, menghampiriku. Ia bahkan sempat memeriksa lemari yang membuatku berdecak. "Matt.."

"Yah, nangisi terus pria bedebah itu!" Aku berseru keras. "Lama-lama, aku bisa gila di rumah ini." Setengah mengerang, aku mendaratkan tubuhku di pinggir ranjang. Sekarang, kalungku juga hilang, aku akan benar-benar mematahkan hidung atau kakinya. "Dimana dia biasanya?"

KakakKu berbalik dengan rambut kusut masai dan mata serta bibir yang bengkak kemerahan. "Maksudmu?"

"Kalau dia tidak berani muncul, kalau dia masih seperti pengecut bahkan setelah merampok semua hartaku ..." aku merenggut jaketku yang berada di dekat kursi. "Tak ada cara lain."

Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang