CHAPTER SATU
Si gila itu berulah lagi!
Aku menggeram samar kemudian menghempaskan diriku di sofa. "Argh!" Bagaimana bisa dia datang ke hadapanku seperti itu? Melamarku lantas melakukan segalanya seenak yang dia mau? Apakah dia pikir jantungku ini tidak lemah karena kehadirannya? "Aku bisa mati," keluhku sembari menutup wajahku yang bisa-bisanya tetap merona.
Sungguh, jika ada satu alat yang bisa mengeyahkan eksistensi pria itu di muka bumi, aku akan menjadi yang pertama menggunakannya. Karena, heck, aku tidak bisa menanggung semua hal ini lebih lama.
Setelah berusaha menenangkan diri—aku bahkan tidak mengerti mengapa aku masih gemetaran dan merona di tempat—aku cepat mengikat rambutku tinggi kemudian mulai berjalan menuju kamar mandiku. Mungkin mandi air hangat akan meredakan segalanya. Meskipun aku tidak yakin, ini bahkan sudah pukul satu lewat, sedangkan pikiranku masih sama kacaunya ketika aku melihat Xander dan mendengarnya mengatakan. "So, marry me?"
Oh, C'mon! Apakah tidak ada lelucon yang lebih buruk dari itu?
Akhirnya, setelah menyiapkan bathup dan menuangkan sabun cair beraroma mawar dan madu, aku pun mulai melepaskan seluruh pakaianku dan beredam. Perlahan aku merasa rileks seraya memejamkan mataku.
"Reene, segalanya akan lebih buruk. Kau mungkin harus bersyukur untuk hari ini." Yah, meskipun aku sadar bahwa masa tenangku-tanpa-Xander telah habis, aku merasakan perasaan meletup-letup aneh dalam dadaku karena menyadari bahwa dia sejauh ini baik-baik saja dan sialnya, justru lebih tampan. "Oh, diamlah, Reene," aku meracau dalam upaya mengatur napasku lebih tenang.
Setelah itu aku mulai bersandar nyaman dan membayangkan bagaimana jika kami benar menikah—oke, aku tidak punya pikiran lagi sekarang—dan bagaimana aku dapat tinggal berdampingan dengan Xander atau bertahan di sisinya di saat dia terus saja menyusahkanku. Aku pun tersenyum.
"You're so silly, Mr. Alfonso." Aku terkekeh pelan, mengingat ulang bagaimana sikap canggungnya menjulurkan laaran tersebut atau menatapku menanti-nanti cemas. "Silly but also so damn sexy, heck."
*
Shift siang ini aku mulai dengan senyuman. Tadi pagi aku sempat menengok Melanie karena aku menyiapkan sarapan khusus untuknya—sandwich kalkun lezat—padahal aku sendiri tidak tahu mengapa aku membawakannya.
"Jadi, ada perayaan spesial?" tanya Melanie dengan jahil, karena aku berada di kamar flatnya dan menyantap sandwich bersamanya. Ini seperti kami sebenarya tinggal bersama dan dia hanya menginap di tempat asing untuk beberapa lama. "Apa ada sesuatu?"
Aku hanya menggeleng pelan. Jika aku memberitahu Melanie yang sebenarnya, aku tidak akan pernah bisa menduga apa yang ia katakan. Mendukungku? Menentangku? Entahlah. Kami hanya makan dalam diam, sampai Melanie pun perlu bersiap untuk bekerja. "Terimakasih untuk sarapannya, Ree."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...