CHAPTER TIGA BELAS
Melanie akan menceramahiku semalaman penuh mengenai bahayanya keluyuran malam hari dan berpesta. Maksudku, selain karena malam ini sangat ramai, aku sudah minum hampir tiga gelas dan pandanganku mulai berkunang. Sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu tapi berada di sekeliling orang ini, membuatku tenggelam. Tidak, bukan dalam arti tenggelam yang buruk, tapi tenggelam dalam euphoria yang gila dan menyenangkan!
Aku melihat Xander sudah sibuk bersama Dash untuk mempersiapkan mobilnya. Bisa dibilang, aku begitu bangga menjadi kekasihnya—psst, apakah kita benar-benar resmi menjadi kekasih? Entahlah—dia tampan, gigih, dan sekarang menjadi idola siapapun. Oh, aku mungkin sedikit cemburu karena teriakan banyak gadis yang terus mengeluhkan namanya, tapi jauh sekali, aku merasa ... yah sangat bangga saja. Xander seperti Bintang di manapun.
Seperti yang sudah aku duga, setelah aku mengaktifkan kembali ponselku, banyak sekali pesan yang masuk. Kebanyakan dari Melanie namun tidak jarang dari nomor tidak dikenal. "Oh, Thomas itu." Aku mendengus namun akhirnya satu panggilan masuk. "Hallo?" Suara di sini agak berisik jadi aku coba menepi beberapa saat.
"Nona! Kau pikir kau bisa bebas begitu saja?"
"Apa yang kau mau? Aku sudah bilang secara jelas bahwa aku tidak berminat dan—"
"Tunggu di sana." Akhirnya panggilan tertutup.
Aku mengeryit dalam dengan mata menatap ponsel, setengah jengkel. "Apa yang ... astaga." Thomas mengingatku akan sosok Ryan, supir pribadi keluargaku yang terus mengeluh jika aku kabur setelah pulang sekolah, dan tidak berminat untuk dijemput melainkan aku sibuk mencari pekerjaan paruh waktu dan menghindari rumah. Sekarang, kalimatnya seperti membawa deja vu. "Tunggu di sana, Nona Reene. Atau aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia. Kau tidak tahu apa yang Tuan akan lakukan jika aku gagal membawamu pulang?"
Oh, aku rindu dia. Entah di mana ia berada sekarang.
"Oh, you. Where have you been?" Satu suara membuatku terkesiap seraya menoleh ke sisi kananku untuk mendapati satu wanita bertubuh ramping dengan jaket melekat di tubuhnya. Malam ini dia sepertinya meluangkan banyak waktu untuk mendadanin diri apalagi gayanya pun seperti biker sejati. "Aku tidak sering melihatmu di sini. Aku penasaran," kata Bianca dengan senyuman terlukis di bibir merah terangnya.
"Oh, ya. Tapi mulai malam ini aku akan di sini, semoga kau menyukainya."
Bianca tertawa. "Aku akan sangat menyukainya. Kapan lagi aku melihat Xander bermain-main dengan gadis naif dan lugu sepertimu." Ia mendekatiku seraya menyentuh sisi rambutnya yang terurai di bahu. "Kau akan menikmatinya pula. Dimanjakan kemudian dibuang."
Wajahku mendadak merah padam. "Sungguh?" kataku sengit. "Apakah itu pengalamanmu?"
"Yah, bisa dibilang begitu." Ia menarik dirinya dan memindai penampilanku dari atas hingga bawah. Sejujurnya, aku tidak ingat bagaimana penilaianku akan Bianca saat pertama kali bertemu karena aku berusaha menguburnya dalam-dalam dan mencoret bagian 'Bianca Si Mantan Terindah Xander' dari daftar memoriku. Namun, sekarang, aku tahu, pasti aku sangat membencinya, sejak awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...