Melanie menungguku di pintu. Sepertinya dia sudah tahu apa yang terjadi, entah bagaimana, namun aku pun enggan membahasnya. "Kau kan harusnya di sana. Untuk apa kau pulang? Apa perkataanku tidak cukup jelas?' katanya di belakangku ketika aku sudah melengang masuk.
"Aku lelah, oke?"
"Dia mencintaimu, Reene," ungkap Melanie. "Mengapa hatimu seperti batu?"
Aku melenguh, kemudian berbalik padaya. "Apa yang kau tahu tentang cinta? Terakhir kali kau mengatakannya, kau menangis meraung-raung d isini dan Matt—si bodoh itu—telah merampas semuanya. Hish, yang benar saja," Aku pun berjalan dengan derap langkah keras. "Jangan menasihatiku soal cinta di saat kisah percintaanmu pun tragis!"
"Reene, kau tidak mengerti."
"Yah, dan biarkan saja seperti itu," ucapku kemudian membuka kulkas. Kosong, benar-benar kosong. Padahal aku hanya pergi selama satu hari! "Kemana uang yang aku berikan?"
"Dengarkan dahulu, aku tengah bicara soal..."
"Apa kau menghamburkannya? Kau berikan pada kekasih barumu?" Mataku melebar padanya. "Katakan padaku! Apa yang—" Aku mengerang keras. "Apa kau tidak tega melihat kita kelaparan bersama?"
Melanie menggeleng. "Josh tidak sepetri itu, dia hanya meminjamnya sementara waktu."
Aku membanting pintu kulkas dengan keras. "Cukup dengan semua ini!" Sial! Bahkan tidak ada apapun di dapur ini. Aku pun berbalik, "Ini kan rencanamu? Mencarikanku pacar yang kaya sehingga kau bisa menghamburkan uang? Dengar, kau yang sebaiknya mencari kekasih kaya, karena aku sama sekali tidak sudi diperalat olehmu!"
Melanie hanya menatapku, terpaku.
"Aku muak!" kataku kemudian melangkah dengan cepat menuju kamar.
*
Mataku terbuka pada sore hari. Kurasa mataku terasa lebih besar sedangkan tubuhku serasa remuk. Perutku keroncongan, dengan hidungku yang memerah. Akhirnya, aku menyibakkan gorden untu melihat matahari yang nyaris tenggelam, dengan keadaan yang gelap.
Yah hidup takkan pernah berjalan seperti yang kau inginkan terus menerus kan, Reene? Aku merenggut kasar. Sebenarnya sejak awal aku sudah bisa membaca kemana arah pikiran kakaku, Melanie; dia ingin aku menarik perhatian banyak pria hidung belang di luar sana namun berkantong tebal, aku menjerat pria tersebut lantas mengambil seluruh hartanya. Kakakku? Dia akan mandi dengan uang yang banyak di sekelilingnya. Aku? Aku yang harus terus menanggung semua penderitaan yang ada, di mana aku justru bertemu pria—sialan kaya dan brengsek—seperti Xander. Ini memuakkan.
Apakah hidup memang berjalan seperti itu? Hanya demi uang, dia merelakan apapun termasuk adiknya? Bahkan aku teramat kesal karena ide gilanya itu tetap berlangsung meskipun aku sudah menolaknya keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...