Aku sudah coba mengusirnya, namun itu tidak mempan. Setelah urusan laudry dan pengeringan selesai, ia bersikeras mengikutiku dan aku ingin sekali beteriak di depan wajahnya. "Aku akan menemanimu pulang, memang salah?" Ia balas bertanya. "Aku mau menemui kakakmu yang tidak kalah cantik darimu."
"Jangan membuatku semakin kesal," kataku seraya melipat tangan.
"Aku mau berbicara dengannya," akunya. "Aku mau meminta izin penting."
Alisku terangkat penting. "Dan hal yang penting itu adalah..."
"Aku mau memintamu darinya," ujarnya dengan senyuman penuh. "Kita lihat apakah dia mengizinkannya atau tidak. Seingatku, dia memahami siatuasi kita, dan dia mulai menyukaiku juga." Ia menarik lenganku ke dekat mobilnya yang terparkir di depan Willss.
"Yang benar saja!"
Xander membukakan pintu. "Dia sangat sayang pada kita. Dia bilang, kau boleh tinggal denganku, asalkan kau pun menyetujunya."
"Aku tidak akan pernah setuju," tukasku. "Bagaimana mungkin itu hal wajar? Kakakku yang kehilangan akal." Melanie terkadang membuatku kesal bukan main, tapi satu hal ini... "Aku tidak percaya."
"Kita bicarakan di dalam oke?" Ia menarik senyum kemudian mendorongku secara perlahan agar masuk ke dalam mobilnya. Aku tidak pernah merasa ingin sekali mengomeli Melanie lebih daripada hari ini.
*
Kami berkendara dengan cepat, yah aku bahkan baru tahu si makhluk ini memiliki mobil yang well cukup keren. Xander mengetahuinya hanya dari ekspresiku. "Aku punya beberapa koleksi, kau pasti akan tercengang. Salahmu yang pergi begitu cepat hari itu padahal aku ingin menunjukkan koleksiku."
Aku menyandar. "Tidak perlu. Aku lebih baik tetap kabur."
"Kau sangat jahat."
Akhirnya kami pun sampai, aku buru-buru turun padahal Xander hendak membukakan pintu untukku. Aku hanya tersenyum. "Aku bisa sendiri," kataku lantas memimpin jalan untuk ke dekat pintu. Rasanya aku ingin sekali memukul kepala kakaku. Di lantai bawah ada pasangan tua Mrs. Gilbon yang menyambut kami. Mereka tersenyum padaku, namun berhenti kaku ketika melihat satu sosok di belakangku, Xander tentu saja.
"Selamat siang," sapaku hangat, dan mereka tetap membeku. Akhirnya aku pun menaiki tangga dengan Xander masih mengekoriku.
"Apa mereka baik-baik saja?" ia bertanya, menoleh sesekali ke bawah.
"Mereka tidak pernah melihatmu."
Xander tersenyum, "Apa aku sebegitu tampannya?" Enyahlah. "Oh, ayolah, mengapa susah sekali untukmu mengakui pesonaku?"
"Diamlah kau." Di depan apartemenku, aku pun langsung membukanya dan mendapati Melanie langsung tergopoh-gopoh menghampiriku. "Kita harus bicara."
Melanie tergagap, apalagi melihat Xander ikut masuk lantas menutup pintu. Dia pun terduduk di sofa, seiring Xander yang duduk juga di sofa seberang. "Ree—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...