Chapter 11

6.5K 443 7
                                    

Kami makan malam seperti biasa, walaupun Melanie sudah terlebih dahulu menghabiskan makanannya, namun ia tidak mau buru-buru mencuci piring lalu menonton televisi seperti biasa, atau bahkan mengecek surat kabar untuk lowongan pekerjaan, ia lebih s...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami makan malam seperti biasa, walaupun Melanie sudah terlebih dahulu menghabiskan makanannya, namun ia tidak mau buru-buru mencuci piring lalu menonton televisi seperti biasa, atau bahkan mengecek surat kabar untuk lowongan pekerjaan, ia lebih senang duduk di seberangku lantas mengamatiku.

Aku menaruh sendok kemudian meneguk minum perlahan. "Apa ada yang mau kau katakan? Karena kalau kau begitu, aku benar-benar ingin kabur dari rumah."

Melanie menghembuskan napas. "Tadi kalian ... sudah sampai mana?"

"Apa maksudnya itu?"

Melanie menggeleng pean. "Maksudku, apa sudah tahap di mana ... kau tahu, seorang gadis dengan seorang pria, di kamar gadis itu, berduaan lalu ada suasana yang panas, dan salah satu ada yang mulai—aku bahkan nyaris menangkap basah kalian berciuman!—jadi?"

Aku nyaris tersedak lalu menaruh gelasku dengan bunyi keras. "Jangan bodoh, Mel! Maksudku, apa kau menonton film yang tidak-tidak akhir-akhir ini?" Aku kembali menyuapi diriku perlahan. Malam ini jadi lebih tenang dari biasanya, dan aku berharap bisa kembali tidur sebelum Xander kembali. "Jangan bodoh."

"Ah, kau payah!" keluhnya. "Kau pasti tidak bisa melayaninya kan? Apa kau perlu aku ajari? Sungguh? Adikku ini sangat polosnya?!"

"Diamlah," desisku kemudian. "Dengar, apapun yang terjadi, jangan pernah berbicara seperti ini apalagi kalau kita di hadapan Xander. Bersihkan otakmu itu dan istirahatlah." Akhirnya aku pun bangkit untuk membawa piringku untuk dicuci di wastafel. Aneh, nafsu makanku langsung hilang gara-gara alur pembicaraan aneh ini.

Melanie mengekoriku dengan langkah pelan. "Apa kau lesbi?"

Aku berbalik dengan tertegun. "Apa kau bilang?! Tentu saja tidak! Aku masih normal, oke?" Apa-apaan dia ini?

"Oke, jadi jelaskan mengapa si Xander ini, tidak masuk kategorimu kalau kau memang normal seperti itu?"

Aku menyandarkan tubuhku di pinggiran wastafel lantas mengamati wajahnya. "Pertama, kami baru saja kenal, bagaimna mungkin aku dan dia bisa bersama seperti itu? Kedua, dia bukan pria d imana aku bisa mengenalnya secara wajar, dia pemilik Rogue situ, si pembuat masalah itu, kau tahu posisiku kan? Ketiga, aku rasa ..." Beberapa piring itu sudah kering di mesin pengering, aku pun mengeluarkannya lantas menatanya dalam rak. "Dia sama sekali tidak mengencani wanita sepertiku."

Melanie terkekeh. "Apa dia mengatakan kau bukan tipenya?"

"Tidak secara jelas," sahutku. "Tapi aku sadar diri, kalau aku memang bukanlah tipenya."

*

Menjelang malam, aku benar-benar terjaga. Aku berguling dari satu arah ke arah lain, seraya menghembuskan napas dan merapatkan selimutku. Perbincanganku dan Melanie masih ternigang, bagaimana dia justru melebih-lebihkan diriku, membandingkanku dnegan gadis-gadis Xander, bahkan dia berbicara panjang lebar soal prospek cerah hubungan aku dan pria itu.

Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang