CHAPTER SEMBILAN"Oh, you." Aku berusaha menjaga ekspresiku kemudian menyingkirkan tangannya yang mulai menghalangi jalan masukku. "Menyingkirlah."
"Where have you been?"
Aku mendengus. "Bukan urusanmu." Kemudian aku mendorong pintu masuk itu berkali-kali, karena meskipun aku sudah memutar kuncinya, ada bagian yang macet hingga aku berusaha tetap mendorongnya. Sementara Xander, dia tetap berdiri di hadapanku seolah tidak mengubris apa yang aku katakan atau lakukan. Menjengkelkan. Aku pun mengangkat wajahku. "Tuan, jika ada yang ingin kau katakan, katakan sekarang."
"Reene..." Carlson terengah-engah di sisi tubuhku namun aku menahannya yang hendak maju. "Oh, dia bukannya..."
"Dan aku begitu sibuk sekarang."
Xander mengerang pelan. Setelah aku berusaha keras mendorong pintu akhirnya Xander melangkah masuk lebih dahulu, disusul olehku yang coba mengatur napas. Rasanya seperti sudah berabad-abad tidak kembali kemari. Aku terbatuk karena debu namun tetap melangkah masuk. Xander cepat bertahan di pintu kemudian berbicara kepada Carlson dan Matt hingga mereka berdua mundur dan Xander dapat menutup pintu rapat. Aku terduduk di sofa dengan bahu lemas. Kupikir dia sudah melupakanku. Derap langkah Xander memantul di sekitarku. "Jadi, jelaskan kepadaku sekarang."
"Soal apa?"
"Kau. Kemana kau pergi, apa urusannya .... dan mengapa kau menjauhiku," ia meringis di tempatnya. "Kau pergi begitu lama." Aku mengusap lenganku dan membuang wajah. "Reene."
"Semua sudah berakhir, okay? Aku dan kau. Semua hal konyol ini, aku sudah memutuskannya ini sudah berakhir."
"Tidak."
"Ya!" Aku menyalak keras. Xander mendekatiku hingga membuatku bangkit dan menatapnya lekat. "Apapun hubungan kita, ini sudah berakhir." Napasku tercekat namun aku tetap teguh di tempatku berdiri. Sejujurnya, menatap matanya membuatku mengingat begitu banyak kenangan di tengah kami namun tidak, aku tidak akan mau terlibat lagi. Aku sudah terlibat terlalu jauh dan kurasa ini waktunya mengatur langkah masing-masing.
"What if..." Suara Xander terdengar parau. "Aku memintamu untuk bertahan denganku untuk sekali lagi? Aku tahu, aku sudah begitu banyak berbuat kesalahan, tapi aku tidak mau ini berakhir, kumohon." Sorot matanya terlihat sendu dan lelah. Aku tidak tahan menatapnya dan mataku terasa semakin tersengat. "I need you. I'm crazy without you. I've been..."
Aku mendorong tubuhnya yang berusaha mendekat kepadaku. "Cukup."
"Apakah kau sudah melupakanku?"
"Aku ..." Mata sialan... "Aku baik-baik saja sejauh ini. Kupikir kau pun mulai terbiasa dengan—" Sepasang lengan besar itu langsung menarik tubuhku hingga aku terkesiap namun tidak dapat berkutik. Xander mendekapku begitu erat, nyaris tidak membiarkanku bernapas. Oh, dia mulai lagi. "Xander, let me go. Now. Atau akan berteriak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
Storie d'amoreDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...