Kami berada di restoran mungil yang aku pilih. Setelah turun dari mobil Leonard, akhirnya kami pun masuk bersama dengan Leonard yang terus mengoceh. Maksudku, dia terus mengoceh banyak hal yang aku tidak dengarkan semua. Tetapi bahasan tentang Bianca itu terus mengusik kepalaku. "Hentikan," akhirnya aku jengah. "Cerita dengan jelas tentang gadis itu."
Kami memesan tempat duduk, dan mendapatkan buku menu kami dengan cepat. Leonard duduk di seberangku. "Mengapa kau begitu tertarik?" godanya.
"Bukan apa-apa," ucapku meredakan nada suaraku. "Hanya penasaran."
Leonard menyeringai. "Kalau kau memang cemburu pun aku mengerti. Itu sangatlah wajar, kakaku tidak pernah jatuh cinta pada gadis mana pun selain Bianca. Bahkan aku pikir mereka akan menikah sewaktu kakakku sudah membeli cincin yang teramat mahal untuknya... tapi, well, semuanya sudah berubah." Kami memesan dua porsi kentang goreng besar, burger, dan juga dua milkshake. "Mereka pasangan yang sangat cocok. Bahkan Bianca, adalah orang yang menurutku terbaik untuk kakakku."
Aku hanya menatapnya.
"Mereka sudah pernah tinggal bersama untuk beberapa minggu," Tetapi Xander bilang, hanya aku yang bisa bersamanya? Bagaimana bisa? "Maaf, membuatmu jadi resah, tapi aku perlu menceritakannya, bukan?" Ia menarik garis senyuman tipis. "Asal kau tidak terlalu sakit."
Mengapa aku justru merasa sesesak ini?
Bianca. Bahkan dari namanya saja, aku sudah tahu dia gadis yang luar biasa—rambut panjang yang tebal dan menawan, tubuh sintal, pakaian yang glamour, apalagi bokong indahnya. "Dan ya kurasa mereka pernah liburan khas pasangan yang aku tidak mengerti dan saat itu mereka sangatlah senang."
Pesanan kami datang, aku baru sadar sedaritadi aku menahan napas. Aku menyeruput milkshake-ku sedangkan Leonard mulai mengigit beberapa potong ketang goreng. "Tapi itu kan sudah masa lalu, dia memilihmu sekarang."
"Aku tidak pernah mau dipilih, sudah kubilang kami hanya kebetulan," ucapku coba meneguhkan suaraku, meskipun masih terdengar ... kesal? Entahlah. Aku pun kemudian mendorong gelas milkshake-ku untuk meraih ketang goreng.
"Tapi kebetulan itu bertahan lama, kakaku tidak pernah suka berlama-lama."
Aku mengedikan bahu, mencolek kentangku dengan saus tomat. "Kau sepertinya mengenalnya dengan baik," kataku ketika melahap gigitan per gigitan kentang goreng. "Kalian begtiu dekat?"
Leonard hanya bisa memakan lebih banyak kentang goreng. "Kurasa."
"Hei, apa ada masalah?" kataku kemudian menatap pada matanya. "Sungguh? Apa ada yang terjadi di antara kalian?"
"Aku dan dia punya hubungan yang tidak sesederhana itu pula," kata Leonard kemudian menambahkan senyuman tipis. "Dia begitu membenciku, sebenarnya. Hari ini seharusnya, aku mengatakan semua padanya, soalku, dan soal Bianca padanya. Bahwa semuanya hanya salah paham, dia seharusnya memaafkan Bianca, dan berhenti membenciku."
"Kalian ..."
Leonard menghela napas. "Itu semua hanyalah kecelakaan."
Aku hanya memandanginya ketika bibirnya kembali bergerak, bercerita. "Sebenarnya ini hanya kesalahpahaman, malam itu aku dan Bianca hanya tidak sengaja bertemu. Wanita itu mabuk berat, dan sontak aku mengantarkannya pulang. Namun, dia—maksudku kami—harus mengalami kecelakaan. Maksudku, ia menciumku, mendorong tubuhku, mengoyak pakaianku di saat aku terus mengelaknya. Sampai kakakmu muncul, dan mengira kami ... kau tahu maksudku. Semenjak itu, dia sangat membenciku." Ia tertawa kering. "Dia memang menonjokku dua kali, tapi aku lebih sakit ketika ia mengabaikanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
RomanceDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...