Dasar psikopat!
Di dalam kamar ini—sungguh, ini mengesalkan—dia bahkan mengunci kami berdua dan menyembunyikan kuncinya dariku. Aku pun menutup pintu kamar mandi, mengurung diriku. Selama sepuluh menit terakhir, dengan mulut yang penuh busa karena aku sibuk mengosok gigiku, aku sudah menyumpahinya berulang kali.
"Sayang, apa yang kau lakukan di dalam? Apa kau tengah bercukur? Tenanglah, aku terima apapun yang kau punya," seru Xander dari balik pintu kamar mandi, membuatku ingin mencuci mulutnya dengan sikat wc.
"Diamlah, jangan ganggu aku!" Aku mendengus pelan kemudian mulai menyalakan keran, dan berkumur perlahan. Ketika selesai, aku menaruh kembali sikat gigiku ke dalam kabinetnya. "Dasar pria gila. Memang apa bagusnya menyekap anak gadis di sini?'
"Sayang, jangan takut, aku sudah menunggumu. Kau mau aku bercukur pula atau bagaimana? Mereka bilang mencukur area pribadi kita itu bagus; dapat meningkatkan sensitivitas sekaligus menyenangkan pasangan kita."
"Diamlah!"
Suara tawa Xander terdengar "Baiklah, tidak perlu bercukur, baik, kau pun tidak sabar." Aku menggeram lebih keras, menyalakan keran air lebih kencang, tidak peduli bagaimana air itu semakin berbunyi keras. Aku tidak mau mendengar ocehan mesum Xander lagi.
"Sayang... apa kau tengah membuka bajumu di sana? Hei, itu kan menjadi tugasku di sini, jangan mengambil start lebih dahulu!"
"Diamlah!" bentakku lagi, kemudian memijat pelipisku. Aku bisa gila, sungguh. Setelah membasuh wajahku, mengeringkan lamat-lamat, akhirnya aku meraih kenop pintu. Sebelum itu, aku meneguk ludahku dalam. Apa yang tengah Xander lakukan? Apa yang akan dia lakukan?
"Sayang—" Ia terlonjak, ketika aku membuka pintu kamar mandi. Tubuhnya nyaris terjatuh ke belakang karena sebelumnya dia menyandar pada pintu.
"Apa?" sahutku, lantas melewatinya yang masih memperhatikanku. Aku pun merangkak naik ke atas tempat tidur, lantas meraih selimut di ujung kaki. Ketika ia berbalik, pandangan kami kembali bertemu.
Xander berjalan ke dekatku lalu terduduk di sebelahku. "Kau mau tidur? Sungguh?"
"Tentu saja, mau apa lagi?" kataku mulai membaringkan tubuhku, bahkan aku memilih bantal yang jauh lebih empuk lantas menutupi tubuhku. Mata kami bertemu lagi, aku menggerakkan tubuhku menyamping padanya, "Tidurlah, dan bersihkan isi kepala kotormu itu."
Xander meraih selimutku. "Sungguh? Aku sudah menunggu. Baiklah, gagasan kau sudah membuka baju terlebih dahulu lebih keren," Ia merenggut selimutku. "Ayolah, masa seperti ini? Di dalam rumahku tidak ada yang bisa tidur setidaknya sampai pukul dua."
"Aku bisa lelah besoknya."
Xander tersenyum, mendekatkan wajahnya. "Aku memang berniat membuatmu lelah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogues (2017) ✔ (Akan Diterbitkan)
Roman d'amourDemi mendapatkan uangnya kembali, Reene rela melakukan apapun. Mulai dari mencari sosok Matt, si kekasih kakaknya yang terkenal brengsek, sampai mendatangi klab tersohor di kota bernama Rogues. Namun, siapa sangka karena tindakan nekatnya tersebut...